Sabtu, 24 Oktober 2020

DOSA YANG LEBIH BESAR DARIPADA DOSA SYIRIK

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Berkata Syaikh Shalih bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah;

"Kaidah kesesatan, yaitu dasar kesesatan seorang ‘alim dan pijakannya adalah berkata-kata atas nama Allah dengan tanpa ilmu.

Berkata atas nama Allah dengan tanpa ilmu itu lebih besar (dosanya) daripada dosa syirik. Oleh karena itu Allah berfirman: 

قُلۡ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلۡإِثۡمَ وَٱلۡبَغۡيَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَأَن تُشۡرِكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَٰنٗا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

"Katakanlah (Muhammad), 'Rabbku hanyalah mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kalian berbicara atas nama Allah apa yang tidak kalian ketahui ilmunya.'”  [QS. Al A’raf; 33]

Maka Allah menjadikan berkata-kata atas nama Allah itu di atas kesyirikan kepada Allah, maka tidak boleh bagi siapapun untuk berucap atas nama Allah dengan tanpa ilmu. Seperti mengatakan:  Sesungguhnya Allah mengharamkan ini, sesungguhnya Allah membolehkan (menghalalkan) ini, atau sesungguhnya Allah mensyariatkan ini, padahal itu tidak disyariatkan

Ini adalah berkata atas nama Allah dengan tanpa ilmu, wal’iyaadzu billah.

Atau berfatwa dalam keadaan dia tidak mengetahui ilmunya.  Bahkan dia mengada-ada, maka ini bahayanya besar sekali dan ingatlah kedustaan atas nama Allah :

۞فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى ٱللَّهِ وَكَذَّبَ بِٱلصِّدۡقِ إِذۡ جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ

“Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di Neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir?"  [QS. Az-Zumar 32]

Maka tidak boleh berkata atas nama Allah dengan tanpa ilmu.

Sedangkan Rasulullah ﷺ saja, apabila ditanya tentang suatu perkara, dalam keadaan belum ada wahyu yang diturunkan kepada Beliau, Beliau pun menunda jawabannya sampai turun kepada Beliau Wahyu dari sisi Allah. Terus, bagaimana dengan (orang-orang) selain Beliau?"


📑 Syarh Masa’il Al-Jahiliyyah, 285-286

oOo


Disalin dengan editan dari;  Salafy Online

@ahlussunnahposo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar