بسم الله الرحمن الرحيم
Waktu (kesempatan) adalah "harta" paling berharga yang dimiliki seorang mukmin, melebihi nilai seluruh kekayaan dunia.
Tak ada penyesalan yang lebih besar bagi orang yang telah meninggal dunia selain dari waktu yang terbuang sia-sia, tidak bermanfaat bagi kehidupan Akhirat.
Lalu, mereka meminta sedikit waktu kepada Allah Jalla Jalaaluhu yang bisa mengubah segalanya, namun itu tidak mungkin dipenuhi. Sebagaimana mustahilnya memasukkan seekor unta ke lubang jarum.
Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah,
ومن علامات صحته أن يكون أشح بوقته أن يذهب ضائعا من أشد الناس شحا بماله.
"Di antara tanda sehatnya (hati) adalah, seseorang lebih pelit terhadap waktunya agar tidak terbuang sia-sia, melebihi orang yang paling pelit terhadap hartanya."*
📚 Ighatsatul Lahafan, hlm. 121
* Pepatah bangsa Arab mengatakan; Waktu itu ibarat sebilah pedang yang senantiasa terhunus. Bila tidak digunakan dengan baik, maka ia akan menebas leher pemiliknya.
Alangkah sayangnya bila waktu yang sangat berharga ini dihabiskan hanya untuk "berselancar" di Medsos dari waktu ke waktu yang tidak jelas manfaatnya (screen time yang berlebihan).
Persepsi yang keliru dari generasi akhir zaman yang menganggap bahwa keberadaan seseorang itu diukur dari eksistensinya di Media Sosial (elektabilitas dan postingan-postingan), serta followers yang banyak, sehingga semakin jauh dari nilai-nilai keikhlasan.
Berkata Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah;
"Tanda bahwa Allah telah berpaling (menelantarkan) seorang hamba adalah, Allah menjadikannya sibuk dengan perkara yang sia-sia."
(Baca puisi, WAKTU, dan KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA)
(pen blog).
oOo
Disadur dari
https://t.me/Salafy_Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar