Selasa, 24 November 2020

FAIDAH KAJIAN AQIDAH DAN MANHAJIYAH

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Secara bahasa, Aqidah adalah sesuatu yang diimani dan diyakini di dalam hati serta diamalkan, baik perkara yang diyakini (diimani) tersebut benar (shahih) adanya, atau menyimpang (sesat).  Sedangkan Manhaj, adalah metode (cara) yang digunakan seseorang untuk memahami dan mengamalkan syariat Islam.


❓ Soal:

"Apakah perbedaan pendapat di tengah-tengah umat itu adalah rahmat?"


✅ Dijawab oleh Asy-Syaikh Al-'Allaamah DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzaan ُحَفِظَهُ اللّٰه:

"Perbedaan pendapat tidak diperbolehkan di dalam perkara 'aqiidah (keyakinan) dan ushuulud diin (prinsip-prinsip maupun kaidah-kaidah pokok agama).  Sebaliknya, wajib hukumnya untuk ber-ittifaaq (bersepakat) lagi ber-ijtimaa' (berkumpul bersama-sama) di dalam perkara yang demikian tersebut.

Adapun perbedaan pendapat (khilaaf) di dalam persoalan-persoalan fiqhiyyah, maka ini memang terjadi. Akan tetapi, sikap yang wajib adalah bersegera untuk merujuk kepada pendapat manakah yang dibenarkan oleh dalil, sebagaimana firman Allah تَعَالَى:

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

"Apabila kalian mendapati perbedaan pendapat tentang suatu perkara apapun, maka kembalikanlah (hukum putusannya) kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya yang shahiih lagi shariih), jikalau kalian memang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhirat (karena hal tersebut merupakan bagian dari prinsip dan kaidah pokok keimanan).  Sebab, sikap yang demikian itulah yang merupakan kebaikan (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya (di dunia maupun di Akhirat kelak)."  (QS. An-Nisaa': 59)

Jikalau demikian; Artinya perbedaan pendapat di dalam perkara 'aqiidah (keyakinan) itu tidaklah diperbolehkan, sebab perkara 'aqiidah (keyakinan) itu merupakan sesuatu yang tauqiifiyyah (baku, harus sesuai dengan bimbingan wahyu (yang terdapat di dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah), sehingga tidak boleh meyakini sesuatu apapun kecuali setelah adanya nash terlebih dahulu yang menetapkan), (jadi, perkara Aqidah) sama sekali bukanlah tempat untuk ber-ijtihaad bagi siapapun.

Adapun jika perkaranya adalah persoalan-persoalan fiqih, dan istinbaath (sisi pendalilan, serta penarikan hukum-hukum dari lafadzh-lafadzh dalil yang ada), maka setiap orang bisa ber-ijtihaad dan ber-istinbaath (maksudnya; 'ulama yang ahli ijtihaad dan ber-istinbaath, bukan sembarang orang).  Sehingga terkadang didapati adanya perbedaan sudut pandang dan sisi pendalilan di antara mereka, hanya saja perbedaan tersebut tidak mereka biarkan berlarut-larut (apalagi sengaja dipelihara), akan tetapi segera mereka kembalikan rujukan kebenarannya kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.  Barulah kemudian diteliti dengan seksama, dan didapati pendapat mana yang mencocoki dalil (lebih kuat), maka merekapun serempak bersama-sama untuk ber-ittibaa' (mengambil, lagi mengikuti) terhadap pendapat yang benar tersebut, serempak bersama-sama untuk memilih pendapat yang benar tersebut, dan serempak pula meninggalkan pendapat-pendapat pribadi mereka sendiri (yang salah).  Inilah madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah, serta inilah arahan dan bimbingan dari Rasulullah ﷺ kepada kita.

Adapun, jikalau kita mengatakan: "Tinggalkan semua manusia (jangan hiraukan pendapat mereka, siapapun ia, meskipun ahli ijtihaad atau bukan), karena setiap orang bebas untuk mengambil pendapat pribadinya masing-masing, sebab perbedaan pendapat di dalam umat ini adalah rahmat." Sebagaimana yang mereka nyatakan.

Maka kita katakan: Pendapat dan pemikiran seperti ini adalah bathil (sesat), sebab Allah جَلَّ وَعَلَا secara tegas telah menyatakan:

وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ ● إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ 

"Mereka akan senantiasa berbeda pendapat (di dalam perkara apapun, baik itu dalam urusan Agama maupun urusan dunia), kecuali hanya orang-orang yang dirahmati oleh Rabb-mu." 

(QS. Huud: 118-119).

Di mana lafadzh pada firman Allah : 

(إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ ) pada ayat di atas

menunjukkan, bahwa orang-orang yang dirahmati Allah itu adalah orang-orang yang justru tidak berbeda pendapat.  Dan, sekalipun mereka berbeda pendapat, maka merekapun akan segera mengembalikan rujukan kebenarannya kepada Al-Kitab dan As-Sunnah, di mana mereka hanya akan mengambil pendapat yang shahiihnya saja, dan meninggalkan pendapat-pendapat yang salah. Inilah thariiqah (jalan, dan metodenya) Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah.

Adapun setiap orang yang ngotot mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri, atau ngotot mempertahankan harus mengikuti pendapat si Fulan dan Fulan (meskipun pendapat itu salah, lagi menyelisihi dalil), maka yang demikian ini bukanlah thariiqah (jalan atau metodenya) orang-orang Islam (kaum muslimin).

Ini justru merupakan thariiqah (jalan dan metodenya) para ahlul ahwaa' (para pengekor hawa nafsu) serta para ahlusy syahwaat (para pengekor syahwat);

Di mana mereka selalu hanya ingin mencari-cari, lagi mengambil pendapat-pendapat yang sesuai dengan hawa nafsu, keinginan, tujuan, dan kepentingan mereka semata (bukan untuk mencari kebenaran).

Adapun pendapat-pendapat yang menyelisihi hawa nafsu, keinginan, tujuan, dan kepentingan mereka, maka merekapun serta merta pasti langsung meninggalkannya, tidak perduli meskipun itu adalah ucapan (pendapat) dari seorang Imam yang dijadikan rujukan, lagi diambil pendapat-pendapatnya sekalipun."

📚 Sumber: Ittihaaful Qooriy (341).

➖➖➖

📜teks arab,

[هل اختلاف الأمة رحمة⁉️]

-الاختلاف لا يجوز في أمور (( العقيدة وأصول الدين )) وإنما يجب الاتفاق والاجتماع عليها

-وأما الاختلاف في: (( المسائل الفقهية )) فهذا يحصل, ولكن يجب الرجوع إلى :ما قام عليه الدليل من الأقوال. قال تعالى : (فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا) [النساء: ٥٩]

إذا:

1⃣ الاختلاف في العقيدة :لا يجوز, لأن العقيدة توقيفية ليست محل اجتهاد.

2⃣وأما في مسائل الفقه والاستنباط: فكل يجتهد ويستنبط (( من أهل العلم المؤهلين للاجتهاد )) وقد يختلفون في وجهات نظرهم 

ولكن لا يبقون على الاختلاف بل يرجعون إلى كتاب الله وسنة رسوله, فمن كان معه(( الدليل )) تبعوه وأخذوا بقوله وتركوا رأيهم. هذا مذهب أهل السنة والجماعة وهذا الذي أرشدنا الرسول ﷺ إليه.

-أما أن نقول :اتركوا الناس كل يأخذ برأيه

واختلاف الأمة رحمة كما يقولون

فنقول : هذا باطل. الله جل وعلا يقول :

( وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ ● إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ ) [هود: ١١٨-١١٩] فدل قوله : ( إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ ) على أن الذين رحمهم الله لم يختلفوا, وإن اختلفوا :رجعوا إلى الكتاب والسنة, فأخذوا بالصحيح, وتركوا الخطأ. هذه طريقة أهل السنة والجماعة .

-أما أن يبقى كل على رأيه وما قال به فلان وفلان فليست هذه طريقة المسلمين. هذه طريقة أهل الأهواء وأهل الشهوات :

▪يتلمسون ما يوافق أهواءهم من الأقوال ويوافق رغبتهم

▪وما يخالف رغبتهم يتركونه ولو قال به الإمام الذي يأخذون بقوله.


✍ العلامة أ.د صالح بن فوزان الفوزان حفظه الله

📚إتحاف القاري (ص٣٤١).

oOo

Disadur dari tulisan;

FAEDAH AQIIDAH DAN MANHAJIYYAH

📌 grup whatsapp Daarul Hijroh

✍🏼 Alih bahasa : Ustadz Abu Abdillah Erlangga Dwi Kuncahyo Hafizhahullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar