Jumat, 26 April 2019

HAMBA-HAMBA PILIHAN



بسم الله الر حمان الر حيم

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قل الحمد لله وسلام على عباده الذين اصطفى  /  “Quli alhamdulillahi wa salaamun ‘alaa ‘ibadihi alladziinashthafaa”
“Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.”  (An-Naml;  59)

Secara mutlak, mereka adalah orang-orang yang paling tinggi tingkatannya dan paling mulia derajatnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Mereka adalah para Rasul, makhluk yang paling mulia di Mata Allah dan yang paling khusus di sisi-Nya.  Mereka adalah orang-orang pilihan di antara hamba-hambanya, yang kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka di seluruh alam, seperti makna firman-Nya,
وسلام على المر سلين  /  “Wa salaamun ‘alaa al-mursaliin”
“Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul.”  (Ash-Shaffat;  181), dan
سلام على نوح في العالمين  /  “Salaamun ‘alaa nuuhin fii al-‘aalamiina” 
“Kesejahteraan dilimpahkan kepada Nuh di seluruh alam.”  (Ash-Shaffat;  79), dan
سلام على ابراهيم  كذلك نجزى المحسنين  /  “Salaamun ‘alaa ibraahiima  kadzaalika najziy al-muhsiniin.”
“Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.  Demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”  (Ash-Shaffat;  109-110)
Keberadaan kesejahteraan yang berasal dari Allah, dapat dikuatkan dengan beberapa hal;
Pertama;  Kesesuaiannya dengan firman Allah yang lain yang senada di dalam Al-Qur’an, berupa kesejahteraan dari Diri-Nya yang disampaikan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, seperti makna firman-Nya, “Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul.”  (Ash-Shaffat;  181).  Makna firman-Nya yang lain, “Kesejahteraan dilimpahkan kepada Nuh di seluruh alam.”  (Ash-Shaffat;  79).  Begitu pula makna firman-Nya, “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.  Demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”  (Ash-Shaffat;  109-110)
 Kedua;  Hamba-hamba yang dipilih-Nya adalah para Rasul.  Allah menggabungkan tasbih kepada Diri-Nya dengan kesejahteraan atas mereka, antara pujian kepada Diri-Nya dengan kesejahteraan atas mereka.  Contoh untuk yang pertama seperti makna firman-Nya,
“Mahasuci Rabb-mu Yang memiliki Keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul.”  (Ash-Shaffat;  180-181)
Allah telah menyebutkan pembebasan diri-Nya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan keAgungan-Nya, kemudian menyebutkan kesejahteraan atas para Rasul-Nya.  Penggabungan kesejahteraan atas mereka dengan tasbih kepada Diri-Nya terkandung rahasia yang besar dari berbagai rahasia Al-Qur’an, yang mencakup bantahan terhadap setiap Ahli bid’ah yang bathil.  Sesungguhnya Allah membebaskan Diri-Nya dari hal-hal itu secara mutlak, sebagaimana Dia membebaskan Diri-Nya dari apa yang dikatakan orang-orang yang sesat, dan setelah itu Dia menyampaikan kesejahteraan atas para Rasul.  Yang demikian ini mengharuskan keselamatan mereka dari semua yang dikatakan orang-orang yang mendustakan mereka dan yang menyelisihi mereka.  Jika mereka terbebas dari apa yang dituduhkan para musuh, (berarti) mengharuskan keselamatan mereka dari kedustaan dan kerusakan yang dibawa.
Sesuatu yang paling besar dari apa yang mereka bawa adalah Tauhid, ma’rifat tentang Allah, mensifatinya dengan sesuatu yang sesuai dengan keAgungan yang disifatkan kepada Diri-Nya sendiri dan yang disifatkan para Rasul-Nya itu.  Jika apa yang mereka bawa itu terbebas dari kedustaan, kemustahilan dan kerusakan, berarti itu merupakan kebenaran semata.  Apa pun yang bertentangan dengannya adalah bathil dan dusta.
Inilah makna yang terkandung dalam firman-Nya, “Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya’.”  (An-Naml;  59). 
Maknanya mencakup pujian-Nya dengan sifat-sifat keAgungan dan keSempurnaan, perbuatan yang terpuji dan Al-Asma Al-Husna.  Juga mencakup keselamatan para Rasul-Nya dari segala aib, kekurangan dan kedustaan.  Yang demikian ini juga mencakup keselamatan apa yang mereka bawa dari segala macam bentuk kebathilan.
Rahasia ini serupa dengan penggabungan kesejahteraan atas para Rasul-Nya dengan pujian dan tasbih kepada-Nya.  Hal ini mempersaksikan keberadaan kesejahteraan itu dari sisi Allah, seperti yang disebutkan di akhir surat Ash-Shaffat.
Sedangkan penggabungan pengabaran dan permintaan, banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti;
“(Muhammad) berkata, ‘Ya Rabbi, berilah keputusan dengan adil.  Dan, Rabb kami ialah Rabb Yang Maha Pemurah lagi Maha dimohon pertolongan-Nya.”  (Al-Ambiya’;  112), dan
“Dan katakanlah, ‘Ya Rabbi, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik’.”  (Al-Mukminun;  118), dan
“Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.”  (Al-A’raf;  89)
Yang pasti, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang menyampaikan kalam Allah, Beliau hanya sekedar penyampai dari Allah, sementara perkataan tetap perkataan Allah.  Maka kitapun harus mengatakan seperti yang dikatakan Rabb kita, “Segala puji bagi Allah, dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.”
Kata “Kesejahteraan” di sini dimungkinkan untuk dimasukkan ke dalam inti perkataan, sehingga ia disambungkan dengan kalimat khabar, yaitu “segala puji bagi Allah”, sehingga perintah untuk mengatakan mencakup dua kalimat ini secara bersama-sama.
Allah telah menyampaikan kesejahteraan atas hamba-hamba yang dipilih-Nya dan para Rasul yang telah dilebihkan-Nya.  Allah telah mengabarkan, bahwa merekalah orang-orang-orang yang paling ikhlas dan suci;
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada Negeri Akhirat.  Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.”  (Shad;  46-47)
Bukti kemuliaan dan kelebihan mereka, bahwa Allah mengkhususkan mereka dengan wahyu-Nya, menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dipercayai-Nya untuk mengemban Risalah, sebagai perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, mengkhususkan mereka dengan berbagai jenis karomah, di antara mereka ada yang dijadikan-Nya sebagai kekasih, ada yang berbicara langsung dengan-Nya dengan suatu pembicaraan, ada yang ditinggikan dengan derajat yang paling tinggi di antara mereka semua.  Allah tidak menjadikan jalan bagi hamba-hamba-Nya untuk sampai kepada-Nya kecuali melalui jalan mereka, tidak pula dapat masuk ke dalam Surga-Nya jika menyelisihi mereka.[1]

oOo

(Diringkas dari kitab, “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy)
[1]  Thariiq Al-Hijratain, hal 453-455.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar