بسم الله الر حمان الر حيم
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قل الحمد لله وسلام على عباده الذين اصطفى / “Quli alhamdulillahi wa salaamun ‘alaa
‘ibadihi alladziinashthafaa”
“Katakanlah,
‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya.” (An-Naml; 59)
Secara mutlak, mereka adalah orang-orang yang
paling tinggi tingkatannya dan paling mulia derajatnya di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Mereka adalah para Rasul,
makhluk yang paling mulia di Mata Allah dan yang paling khusus di
sisi-Nya. Mereka adalah orang-orang pilihan di
antara hamba-hambanya, yang kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka di seluruh
alam, seperti makna firman-Nya,
وسلام على المر سلين / “Wa salaamun ‘alaa al-mursaliin”
“Dan
kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul.”
(Ash-Shaffat; 181), dan
سلام على نوح في العالمين / “Salaamun ‘alaa nuuhin fii al-‘aalamiina”
“Kesejahteraan
dilimpahkan kepada Nuh di seluruh alam.”
(Ash-Shaffat; 79), dan
سلام على ابراهيم كذلك نجزى المحسنين / “Salaamun
‘alaa ibraahiima kadzaalika najziy al-muhsiniin.”
“Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim. Demikian Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(Ash-Shaffat; 109-110)
Keberadaan kesejahteraan yang berasal dari Allah,
dapat dikuatkan
dengan beberapa hal;
Pertama;
Kesesuaiannya dengan firman Allah yang lain yang senada di dalam Al-Qur’an,
berupa kesejahteraan dari Diri-Nya yang disampaikan kepada hamba-hamba-Nya
yang terpilih, seperti makna firman-Nya, “Dan kesejahteraan dilimpahkan
atas para Rasul.” (Ash-Shaffat; 181).
Makna firman-Nya yang lain, “Kesejahteraan dilimpahkan kepada Nuh
di seluruh alam.” (Ash-Shaffat; 79).
Begitu pula makna firman-Nya, “Kesejahteraan dilimpahkan atas
Ibrahim. Demikian Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Ash-Shaffat; 109-110)
Kedua; Hamba-hamba yang dipilih-Nya adalah
para Rasul. Allah menggabungkan tasbih
kepada Diri-Nya dengan kesejahteraan atas mereka, antara pujian kepada Diri-Nya
dengan kesejahteraan atas mereka. Contoh
untuk yang pertama seperti makna firman-Nya,
“Mahasuci
Rabb-mu Yang memiliki Keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan
kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul.”
(Ash-Shaffat; 180-181)
Allah telah
menyebutkan pembebasan diri-Nya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan
keAgungan-Nya, kemudian menyebutkan kesejahteraan atas para Rasul-Nya. Penggabungan kesejahteraan atas mereka
dengan tasbih kepada Diri-Nya terkandung rahasia yang besar dari
berbagai rahasia Al-Qur’an, yang mencakup bantahan terhadap setiap Ahli bid’ah
yang bathil. Sesungguhnya
Allah membebaskan Diri-Nya dari hal-hal itu secara mutlak, sebagaimana Dia
membebaskan Diri-Nya dari apa yang dikatakan orang-orang yang sesat, dan setelah itu Dia menyampaikan
kesejahteraan atas para Rasul. Yang
demikian ini mengharuskan keselamatan mereka dari semua yang dikatakan
orang-orang yang mendustakan mereka dan yang menyelisihi mereka. Jika mereka terbebas dari apa yang dituduhkan
para musuh, (berarti) mengharuskan keselamatan mereka dari kedustaan dan kerusakan yang
dibawa.
Sesuatu yang paling besar dari apa yang mereka
bawa adalah Tauhid, ma’rifat tentang Allah, mensifatinya dengan sesuatu yang
sesuai dengan keAgungan yang disifatkan kepada Diri-Nya sendiri dan yang
disifatkan para Rasul-Nya itu. Jika
apa yang mereka bawa itu terbebas dari kedustaan, kemustahilan dan kerusakan,
berarti itu merupakan kebenaran semata.
Apa pun yang bertentangan dengannya adalah bathil dan dusta.
Inilah
makna yang terkandung dalam firman-Nya, “Katakanlah, ‘Segala puji bagi
Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya’.” (An-Naml; 59).
Maknanya
mencakup pujian-Nya dengan sifat-sifat keAgungan dan keSempurnaan, perbuatan
yang terpuji dan Al-Asma Al-Husna. Juga
mencakup keselamatan para Rasul-Nya dari segala aib, kekurangan dan kedustaan. Yang demikian
ini juga mencakup keselamatan apa yang mereka bawa dari segala macam bentuk
kebathilan.
Rahasia ini
serupa dengan penggabungan kesejahteraan atas para Rasul-Nya dengan pujian dan tasbih
kepada-Nya. Hal ini mempersaksikan
keberadaan kesejahteraan itu dari sisi Allah, seperti yang disebutkan di akhir
surat Ash-Shaffat.
Sedangkan
penggabungan pengabaran dan permintaan, banyak disebutkan dalam Al-Qur’an,
seperti;
“(Muhammad)
berkata, ‘Ya Rabbi, berilah keputusan dengan adil. Dan, Rabb kami ialah Rabb Yang Maha Pemurah
lagi Maha dimohon pertolongan-Nya.” (Al-Ambiya’; 112), dan
“Dan
katakanlah, ‘Ya Rabbi, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah
Pemberi rahmat yang paling baik’.” (Al-Mukminun; 118), dan
“Ya
Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), dan
Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (Al-A’raf;
89)
Yang pasti,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang menyampaikan
kalam Allah, Beliau hanya sekedar penyampai dari Allah, sementara perkataan
tetap perkataan Allah. Maka kitapun
harus mengatakan seperti yang dikatakan Rabb kita, “Segala puji bagi
Allah, dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.”
Kata “Kesejahteraan”
di sini dimungkinkan untuk dimasukkan ke dalam inti perkataan, sehingga ia
disambungkan dengan kalimat khabar, yaitu “segala puji bagi Allah”,
sehingga perintah untuk mengatakan mencakup dua kalimat ini secara
bersama-sama.
Allah telah
menyampaikan kesejahteraan atas hamba-hamba yang dipilih-Nya dan para Rasul
yang telah dilebihkan-Nya. Allah
telah mengabarkan, bahwa merekalah orang-orang-orang yang paling ikhlas dan
suci;
“Sesungguhnya
Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada Negeri Akhirat. Dan sesungguhnya
mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.”
(Shad; 46-47)
Bukti
kemuliaan dan kelebihan mereka, bahwa Allah mengkhususkan mereka dengan
wahyu-Nya, menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dipercayai-Nya untuk
mengemban Risalah, sebagai perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya,
mengkhususkan mereka dengan berbagai jenis karomah, di antara mereka ada yang
dijadikan-Nya sebagai kekasih, ada yang berbicara langsung dengan-Nya dengan
suatu pembicaraan, ada yang ditinggikan dengan derajat yang paling tinggi di
antara mereka semua. Allah
tidak menjadikan jalan bagi hamba-hamba-Nya untuk sampai kepada-Nya kecuali
melalui jalan mereka, tidak pula dapat masuk ke dalam Surga-Nya jika menyelisihi mereka.[1]
oOo
(Diringkas
dari kitab, “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh
Muhammad Uwais An-Nadwy)
[1] Thariiq Al-Hijratain, hal 453-455.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar