Rabu, 24 April 2019

PERUMPAMAAN BINATANG TERNAK BAGI ORANG-ORANG KAFIR



بسم الله الر حمان الر حيم

Secara istilah syariat Islam kata Kafir mengandung dua konotasi, yakni Kafir Ashli  (orang kafir yang tidak pernah mengenal Islam sama sekali, tidak pernah masuk ke dalam Islam), dan Kafir Riddah; keluar dari Al-Islam setelah masuk ke dalamnya (murtad) / terkena amalan yang membatalkan ke-Islamannya.
(Baca artikel, SEPULUH PEMBATAL KEISLAMAN)

Firman Allah Subhanhu wa Ta’ala (artinya),
Atau apakah engkau mengira, bahwa kebanyakan dari mereka itu mendengar atau memahami.  Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (daripada binatang ternak).”  (Al-Furqan;  44)
Allah Subahanahu wa Ta’ala menyerupakan mayoritas manusia dengan binatang ternak.  Yang menghimpun dua jenis ini ialah, karena masing-masing sama-sama tidak menerima petunjuk dan tunduk kepada-Nya.  Allah juga menjadikan mayoritas di antara mereka lebih sesat jalannya daripada binatang ternak.  Sebab binatang ternak tunduk kepada orang yang menuntunnya, sehingga dia mengikuti (menurut), dan mengikuti jalan (jalur) yang seharusnya di tempuh, sehingga ia tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan.  Sementara mayoritas manusia diseru oleh para Rasul yang mengajak mereka ke jalan yang lurus, namun mereka tidak mau memenuhi (mengikuti) seruan itu, sehingga mereka tidak mengikuti petunjuk, tidak mampu membedakan mana yang mengandung manfaat dan mengandung mudharat bagi mereka.
Sementara binatang ternak masih bisa membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang bermudharat dari jenis tanam-tanaman, dan juga tahu mana jalan yang harus dihindari dan mana jalan yang harus dilalui karena jalan itu bermanfaat.
Allah tidak menciptakan akal bagi binatang ternak yang dapat digunakan untuk berpikir, tidak memiliki lisan untuk berucap.  Allah memberikannya kepada manusia, namun mereka tidak mempergunakan akal dan pikiran, pendengaran dan penglihatan mereka untuk mencari kebenaran.  Jadi tidak mengherankan jika mereka lebih sesat daripada binatang ternak.  Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengikuti petunjuk jalan yang lurus disertai dalil (tersesat karena salah menggunakan dalil, pen blog), maka dia adalah orang yang paling sesat, dan keadaannya lebih buruk daripada orang yang tidak mendapatkan petunjuk dan tidak memiliki dalil (hujjah).[1]

oOo

(Disadur bebas dari kitab, “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy)
[1]  A’laam Al-Muwaqqi’iin, 1/189-190.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar