Senin, 08 April 2019

KEHIDUPAN DALAM HATI



بسم الله الر حمان الر حيم

Inti Kehidupan manusia yang sebenarnya ada di dalam hati (qalbu)nya.  Allah Subhanahu wa Ta’ala mengibaratkan hati manusia layaknya sebidang tanah yang ada di permukaan bumi.  Tanah yang subur, mampu menumbuhkan berbagai macam tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan, seperti aneka buah-buahan, bunga-bunga yang indah, pepohonan, hingga rerumputan yang bermanfaat bagi kehidupan hewan ternak.
Namun, bagi tanah yang tidak subur (gersang / tandus), tanaman yang tumbuh di atasnya akan merana, bahkan tidak menghasilkan apa-apa, meskipun ditimpa oleh air hujan berkali-kali.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Dan, Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu dearah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan.  Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran.  Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanam-tanamannya hanya tumbuh merana.  Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda Kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.  (Al-A’raf;  57-58)
Allah mengabarkan, bahwa angin dan hujan merupakan kehidupan sementara waktu, dimana yang satu menjadi ungkapan dan qiyas bagi yang lain.  Kemudian Allah menyebutkan qiyas yang lainnya.  Bahwa di antara tanah itu ada yang subur – yang menumbuhkan tanaman dengan seizin Rabb-nya jika ia ditimpa hujan, dan yang lain ada tanah yang tandus, yang tidak bisa menumbuhkan tanaman kecuali dalam keadaan merana, atau yang sedikit manfaatnya.  Jika hujan menimpanya, maka ia tidak bisa menumbuhkan tanaman seperti yang ditumbuhkan tanah yang subur.
Allah menyerupakan wahyu yang diturunkan-Nya dari langit ke dalam hati manusia, seperti air yang diturunkan-Nya ke atas tanah, karena masing-masing dapat memberi kehidupan.
Hati diserupakan dengan tanah, karena hati itu merupakan lahan amal, sebagaimana tanah yang menjadi lahan bagi tanaman.  Hati yang tidak bisa mengambil manfaat dengan adanya wahyu, tidak akan menjadi suci karenanya dan tidak beriman kepadanya - seperti tanah yang tidak mendatangkan manfaat karena hujan yang menimpanya, yang tidak menumbuhkan tanaman kecuali hanya sedikit, dan itu pun tidak bermanfaat.
Hati yang beriman kepada wahyu dan menjadi suci karenanya serta mengamalkan kandungannya, seperti tanah yang mengeluarkan tanam-tanaman karena hujan yang menimpanya.
Jika orang-orang mukmin mendengarkan Al-Qur’an dan memikirkannya serta memahaminya, maka pengaruhnya akan tampak pada dirinya.  Orang mukmin semacam ini diserupakan dengan tanah yang subur dan baik, yang baik pengaruhnya disebabkan hujan yang turun (menyirami)nya, lalu tumbuh berbagai macam tanaman yang berpasang-pasangan.  Sementara orang yang berpaling dari wahyu kebalikan dari keadaan ini.
Hanya Allah-lah Yang mampu memberi taufik.

oOo

(Disadur dari kitab, “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar