بسم الله الر حمان الر حيم
Inti Kehidupan manusia yang sebenarnya ada di
dalam hati (qalbu)nya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengibaratkan hati manusia layaknya sebidang tanah yang ada di permukaan bumi. Tanah yang subur, mampu menumbuhkan berbagai
macam tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan, seperti aneka buah-buahan,
bunga-bunga yang indah, pepohonan, hingga rerumputan yang bermanfaat bagi kehidupan hewan ternak.
Namun, bagi tanah yang tidak subur (gersang /
tandus), tanaman yang tumbuh di atasnya akan merana, bahkan tidak menghasilkan
apa-apa, meskipun ditimpa oleh air hujan berkali-kali.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Dan,
Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami
halau ke suatu dearah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian
mengambil pelajaran. Dan tanah yang
baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah, dan tanah yang tidak
subur, tanam-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda Kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.” (Al-A’raf; 57-58)
Allah
mengabarkan, bahwa angin dan hujan merupakan kehidupan sementara waktu, dimana yang
satu menjadi ungkapan dan qiyas bagi yang lain. Kemudian Allah menyebutkan qiyas yang
lainnya. Bahwa di antara tanah itu ada
yang subur – yang menumbuhkan tanaman dengan seizin Rabb-nya jika ia
ditimpa hujan, dan yang lain ada tanah yang tandus, yang tidak bisa menumbuhkan
tanaman kecuali dalam keadaan merana, atau yang sedikit manfaatnya. Jika hujan menimpanya, maka ia tidak bisa
menumbuhkan tanaman seperti yang ditumbuhkan tanah yang subur.
Allah menyerupakan wahyu yang diturunkan-Nya dari
langit ke dalam hati manusia, seperti air yang diturunkan-Nya ke atas tanah,
karena masing-masing dapat memberi kehidupan.
Hati
diserupakan dengan tanah, karena hati itu merupakan lahan amal, sebagaimana
tanah yang menjadi lahan bagi tanaman. Hati
yang tidak bisa mengambil manfaat dengan adanya wahyu, tidak akan menjadi suci
karenanya dan tidak beriman kepadanya - seperti tanah yang tidak mendatangkan
manfaat karena hujan yang menimpanya, yang tidak menumbuhkan tanaman kecuali
hanya sedikit, dan itu pun tidak bermanfaat.
Hati yang
beriman kepada wahyu dan menjadi suci karenanya serta mengamalkan kandungannya,
seperti tanah yang mengeluarkan tanam-tanaman karena hujan yang menimpanya.
Jika
orang-orang mukmin mendengarkan Al-Qur’an dan memikirkannya serta memahaminya,
maka pengaruhnya akan tampak pada dirinya.
Orang mukmin semacam ini diserupakan dengan tanah yang subur dan baik,
yang baik pengaruhnya disebabkan hujan yang turun (menyirami)nya, lalu tumbuh
berbagai macam tanaman yang berpasang-pasangan.
Sementara orang yang berpaling dari wahyu kebalikan dari keadaan ini.
Hanya
Allah-lah Yang mampu memberi taufik.
oOo
(Disadur
dari kitab, “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh Muhammad
Uwais An-Nadwy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar