Selasa, 03 November 2020

TERLANJUR BENCI...

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Jika hati telah dikuasai kebencian dan kemurkaan, sementara hamba tidak berusaha untuk berlapang dada (menetralisir), maka apapun yang diperbuat oleh saudaranya akan tampak sebagai suatu keburukan, dan tak berharga.


Terlanjur benci. Sebuah sikap tercela dan akhlak yang buruk dalam sejarah kehidupan anak manusia di dunia. Akibatnya tak terelakkan lagi. Kebaikan apapun tidak akan bernilai kebaikan jika mata telah memandang dengan kebencian. Api permusuhan yang semestinya mulai redam bahkan hampir padam akhirnya justru semakin berkobar. Dan setan pun bergembira saat melihat dua anak keturunan Adam hidup dalam kebencian.

Jangan sampai keliru di dalam bersikap! Jika memang sebuah kebaikan dilakukan oleh saudaramu, maka akuilah itu, dan nilailah sebagai kebaikan.  Walaupun ada ketidak senangan di dalam hatimu terhadap nya.  Jangan biarkan sikap “terlanjur benci” menjadi tali pegangan hidupmu.

Al-Imam Ibnu Hazm (MudaawatunNufuushal, 47) menegaskan,

مِنْ قَبِيْحِ الظُّلْمِ الإِنْكَارُ عَلَى مَنْ أَكْثَرَ الإِسَاءَةَ إِذَا أَحْسَنَ فِيْ النُّدْرَةِ

“Termasuk bentuk kedzaliman terburuk adalah mengingkari orang yang sering menyakiti pada saat sesekali ia berbuat kebaikan”

Dia memang selalu menyakiti dan menganggu hati kita. Mungkin tangan dan lisannya tidak bisa selamat dari mencaci dan mencela kita . Akan tetapi, pada saat ia melakukan kebaikan, maka akuilah bahwa memang ia telah melakukan kebaikan. Termasuk zhalim jika kita selalu menilainya berbuat salah, padahal belum tentu ia salah.

Bercermin pada diri sendiri.

Bayangkanlah saja jika kita sendiri yang menjadi obyek “terlanjur benci”. Bukankah kita sendiri adalah makhluk yang lemah?  Alangkah berbahagianya seorang hamba yang memiliki sekian banyak kesalahan dan kekurangan lalu memperoleh ampunan dari Ar-Rahman dengan sebab maaf dari orang-orang yang kita salahi.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an,

وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan janganlah sekali-kali kebencian mu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akan kamu kerjakan.”  (QS. 5:8)

Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan,

“Jangan sampai kebencian kalian kepada suatu kaum mendorong kalian tidak bersikap adil. Bersikap adillah kepada siapapun.  Baik dia sebagai kawan atau sebagai musuh”

Subhaanallah!

Betapa agung dan luhurnya ajaran-ajaran Islam.  Keadilan di dalam bersikap menjadi sebuah tuntutan wajib bagi setiap muslim dan muslimah.  Tidak boleh berlebihan di  dalam bersikap benci.  Meski terhadap musuh sekalipun.

Abdullah bin Rawahah diutus oleh Rasulullah untuk menemui kaum Yahudi Khaibar setelah mereka takluk.  Rasulullah menetapkan hasil kebun-kebun kurma di Khaibar harus dibagi  antara mereka dengan Rasulullah. Abdullah bin Rawahah diutus untuk menaksir hasil panen yang akan diperoleh.

Setelah selesai menaksir, Abdullah bin Rawahah menyatakan di hadapan kaum Yahudi Khaibar,

“Wahai kaum Yahudi!  Kalian  adalah makhluk yang paling aku benci. Kalian telah membunuh para Nabi dan mendustakan Allah.  Akan tetapi, kebencianku kepada kalian tidaklah membuatku berbuat curang atas kalian.  Sungguh aku telah menaksir, ternyata jumlahnya 20.000 wasaq kurma.  Kalau kalian setuju silahkan, jika tidak maka kembali kepadaku”

Kaum Yahudi menanggapi, "(Dengan keadilan semacam inilah) Langit dan bumi menjadi tegak”

Kisah di atas dibawakan oleh Imam Ahmad, Al-Baihaqi dan Ath-Thahawi. Syaikh Al-Albani membahas riwayat di atas di dalam Irwa’ul Ghalil, 3/281

Subhaanallah!

Kepada musuh sekalipun, kaum yahudi kafir, kita dilarang untuk bersikap melampui batas. Apalagi kepada sesama saudara muslim!

Akan tetapi sungguh benar ucapan seorang pujangga Arab,

فَعَيْنُ الرِّضَى عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ…وَلَكِنْ عَيْنُ السَّخَطِ تُبْدِيْ المسَاوِيَ

Pandangan ridha telah menutupi semua cacat,

Sementara pandangan benci selalu menampakkan cacat


ADAKAH BENCI MENJADI CINTA?

Terkadang, bahkan seringkali,  kita merasa sulit untuk merubah benci menjadi cinta. Apalagi saudara kita terlalu sering berbuat zhalim dan salah terhadap kita. Kadang-kadang kita pun bertanya-tanya,” Hingga kapankah kebencian ini akan berakhir?”

Betapa pahitnya hidup jika diliputi kebencian sesama saudara muslim.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an,

وَلاَتَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَالسَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.Tolaklah (kejahatanitu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang  yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telahmenjadi teman yang sangat setia.”  (QS. 41:34)

As-Syaikh As-Sa’di  (Taisir Kariimir Rahman) menafsirkan ayat di atas,

“Jika ada seseorang berbuat tidak baik kepadamu, lebih-lebih orang tersebut memiliki hak besar atas dirimu seperti kerabat, sahabat atau semisalnya, entah itu dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan, maka hadapilah dengan sikap baik kepadanya!

Jika ia memutus hubungan denganmu, tetaplah engkau menyambungnya. Jika ia mendzalimi dirimu, maka maafkanlah dia.  Jika ia membicarakan tentang dirimu, dihadapanmu atau tanpa sepengetahuanmu, janganlah engkau balas sikap itu namun maafkan saja, dan layani dengan kata-kata yang lembut.

Jika ia menghajr (menjauhi) dirimu dan tidak ingin berbicara denganmu, maka berbicaralah dengan kata-kata lembut kepadanya dan curahkanlah salam untuknya maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sebab, jika engkau membalas sikap buruk dengan mengedepankan sikap baik pasti akan terwujud manfaat besar”

Subhaanallah!

Mahasuci Engkau ya Allah..

Walaupun kita sendiri masih bertanya-tanya, apakah memang mungkin kebencian itu akan berubah menjadi cinta?  Namun, inilah firman Allah!  Firman Nya pasti benar dan tidak ada sedikit pun keraguan di dalamnya.  Cinta kepada Allah bisa dibuktikan dengan ketundukan dan kekhusu’an terhadap perintah dan bimbinganNya.

Apalagi, kebencian itu hanya disebabkan oleh persaingan bisnis, salah paham, keliru mendengar kata-kata, atau hal-hal lain yang sangat remeh. Tentu kebencian itu masih sangat besar kemungkinannya untuk berubah menjadi cinta.

Seorang pujangga mengungkapkan,

وَقَدْ يَجْمَعُ اللهُ الشَّتِيْتَيْنِ بَعْدَ مَا … يَظُنَّانِ كُلَّ الظَّنِّ أَلَّا تَلَاقَيَا

Seringkali Allah menyatukan dua hamba yang saling berlawanan, setelah sekian lama

Kedua-duanya sama-sama menyangka tidak mungkin terjadi perjumpaan

Lebih dari itu semua, Allah telah berfirman di dalam Al Qur’an,

عَسَى اللهُ أَن يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُم مِّنْهمُ مَّوَدَّةً وَاللهُ قَدِيرٌ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka.  Dan Allah adalah Maha Kuasa.  Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  (QS. 60:7)

Benar!  Allah adalah Maha Kuasa!  Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang!

oOo

Disalin dengan editan dari tulisan;

Ustad.  Abu Nasiim Mukhtar "Iben" Rifai La Firlaz

catatanmms.wordpress.com/2013/09/05/terlanjur-benci/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar