“MENGINGKARI SEBAGIAN ATAU KESELURUHAN DARI AYAT-AYAT ALLAH”
بسم الله الر حمان الر حيم
Orang-orang jahiliyah berbeda-beda dalam
mendustakan ayat-ayat Allah. Di antara
mereka ada yang mendustakan sebagian ayat-ayat Allah, ada juga yang mendustakan
keseluruhannya, dan tidak mau beriman kepada salah satu kitab Allah, seperti
yang dilakukan kaum musyrikin. Mereka
tidak beriman kepada para Nabi, baik sebagian atau keseluruhannya. Utamanya, bahwa mereka tidak mau mengimani kitab-kitab
yang diturunkan dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
SYARAH
(PENJELASAN)
Di
antara mereka juga ada orang-orang yang mengimani sebagian ayat-ayat Allah, dan
mengkufuri sebagian lainnya. Padahal
yang demikian itu sama saja seperti mendustakan ayat-ayat Allah secara keseluruhan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
افتء منو ن ببعض الكتاب وتكفرون ببعض فماجزاء من يفعل ذ لك منكم الا خزي في الحياة
الدنيا / “Afatuk minuuna
biba’dhi al-kitaabi watakfuruuna biba’dh
famaa jazaau man yaf’alu dzaalika minkum illa khizyun fii al-hayati ad-dunya...”
“Apakah
kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang
lain? Tiadalah balasan bagi orang yang
berbuat demikian daripada kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia.” (Al-Baqarah;
85)
Mereka tidak mau beriman kecuali pada apa yang
mencocoki hawa nafsu mereka. Dan semua yang menyelisihi hawa nafsu – mereka dustakan. Oleh
karena itu, tidaklah bermanfaat keimanan kepada sebagian kitab itu - bila
mengingkari sebagian yang lainnya, meskipun Cuma 1 (satu) ayat atau 1 (satu)
kata dari Al-Qur'an. Perbuatan
seperti ini tidak akan memberi manfaat kepada mereka sedikitpun.
Orang-orang
jahiliyah mengatakan (sebagaimana dalam firman-Nya),
ما انزل الله على بشر من شيء / “Maa anzala Allahu ‘alaa
basyarin min syai’in”
“Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.”
(QS. Al-An’am; 91)
Maksudnya; Mereka mengingkari Risalah secara keseluruhan
dan mengingkari wahyu secara total.
Adapun yang
mendorong mereka untuk mengucapkan perkataan tersebut adalah, karena hasad
(dengki) kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu
membantah mereka dengan firman-Nya,
قل من انزل الكتاب الذي جاءبه موسى نورا وهدى للناس
“Qul
man anzala al-kitaaba alladzii jaa abihi muusa nuuran wa hudaa linnaasi”
“Katakanlah,
‘Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya
dan petunjuk bagi manusia?’”
(QS. Al-An’am; 91)
Maksudnya; Selama ini kalian mengatakan, bahwa
kitab yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihissalam adalah dari sisi Allah,
dan Musa ‘alaihissalam seorang manusia.
Maka, mengapa kalian mengatakan (sebagaimana di dalam surat Al-An’am;
91), “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia?!”
Ini adalah
sikap Tanaqudh (penentangan) dari kaum Yahudi, semoga Allah melaknat
mereka. Dengan didorong oleh sifat hasad
(dengki), mereka mendustakan para Rasul dan kitab-kitab yang telah
diturunkan kepada mereka secara keseluruhan, karena (datangnya) Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam dan turunnya Al-Qur’an.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kebaikan.
Perhatikan
apa yang diperbuat oleh orang-orang yang memiliki sifat hasad
tersebut. Contohnya adalah ucapan
golongan Jahmiyyah. Mereka
mengatakan, “Al-Qur’an itu tidak diturunkan dari sisi Allah.” Dan ucapan seseorang yang mengatakan, “Sunnah
itu bukan wahyu dari Allah, akan tetapi hanyalah Ijtihaj dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam!
Di
antara mereka juga ada yang mengatakan, “Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah
makhluk, baik lafazh maupun maknanya.”
Atau, “Sesungguhnya lafazh-lafazhnya adalah makhluk, dan maknanya bukan
makhluk.” Dan ini juga merupakan
perkataan kelompok Asya’rah (Asy’ariyyah), ini adalah perkataan
yang mendustakan Al-Qur'an. Maka,
barangsiapa yang mengatakan, “Bahwa Al-Qur'an itu adalah makhluk, baik lafazh
maupun maknanya, sebagaimana yang dikatakan kelompok Jahmiyyah, atau ia
mengatakan, “Sesungguhnya lafazhnya adalah makhluk, sedangkan maknanya dari
Allah”, ini juga termasuk perbuatan Kufur.
Pelakunya
mungkin seorang muqalid (mengikuti sesuatu tanpa dalil) atau mungkin
ahli takwil (memalingkan makna dari yang semestinya), sehingga ia
menjadi sesat. Karena Al-Qur'an adalah
kalamullah (Perkataan Allah Jallaa Jalaluhu), baik lafazh maupun
maknanya, semuanya adalah Perkataan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah bukanlah susunan huruf tanpa
makna, dan bukan pula makna tanpa susunan huruf-huruf.
Catatan Penulis Blog;
Hari ini kita mendengar dan menyaksikan orang yang mengatakan, bahwa kitab suci itu adalah fiksi (khalayalan / rekaan / tidak berdasarkan kenyataan / dongeng), bukan merupakan firman (perkataan) Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang seperti ini telah mewarisi 100 % sifat-sifat jahiliyah tempo dulu. Di samping hal tersebut juga merupakan taktik / strategi Dajjal (nanti) untuk menyeret manusia sebanyak-banyaknya ke Neraka Jahannam.
Catatan Penulis Blog;
Hari ini kita mendengar dan menyaksikan orang yang mengatakan, bahwa kitab suci itu adalah fiksi (khalayalan / rekaan / tidak berdasarkan kenyataan / dongeng), bukan merupakan firman (perkataan) Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang seperti ini telah mewarisi 100 % sifat-sifat jahiliyah tempo dulu. Di samping hal tersebut juga merupakan taktik / strategi Dajjal (nanti) untuk menyeret manusia sebanyak-banyaknya ke Neraka Jahannam.
oOo
(Disadur dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul
Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)