Kamis, 28 Februari 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-47)



بسم الله الر حمان الر حيم

“MENGKUFURI NIKMAT ALLAH”

Orang-orang jahiliyah menyandarkan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada mereka kepada selain-Nya.  Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يعر فون نعمة الله ثم ينكرونها   / “Ya’rifuuna ni’matallahi tsumma yunkiruu naha”  / “Mereka mengetahui nikmat-nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya”  
(QS. An-Nahl;  83)

SYARAH (PENJELASAN)
Menyandarkan kenikmatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perbuatan Syirik kepada-Nya.  Perbuatan ini merupakan perbuatan orang-orang jahiliyah.  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka (artinya),
“Mereka mengetahui nikmat-nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.”  
(QS. An’Nahl;  83)
Berkaitan dengan tafsir ayat di atas, maka ada dua pendapat di kalangan ‘ulama;
Pendapat pertama;
Orang-orang jahiliyah tersebut mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Risalah (yang Beliau bawa), kemudian mereka mengingkarinya, menentangnya dan sombong terhadapnya.  Padahal di dalam lubuk hati mereka mengetahui bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Sesungguhnya Kami mengetahui, bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”  
(QS. Al-An’am;  33)
Mereka mengetahui kenikmatan Allah, dengan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Dan keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kenikmatan terbesar bagi manusia (penduduk bumi).  Akan tetapi mereka mengingkari (hadits-hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menentang Beliau (Risalahnya).  Ini adalah pendapat pertama dari tafsir ayat di atas.
Pendapat kedua;
Orang-orang jahiiyah mengetahui kenikmatan Allah atas mereka yang telah disebutkan dalam surat An-Nahl di atas, akan tetapi mereka mengingkarinya.  Mereka menyandarkan (nikmat-nikmat tersebut) kepada selain Allah.  Yakni menyandarkan kepada kemampuan, kekuatan, jerih-payah, dan hasil usaha mereka sendiri, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Qarun;
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.”  
(QS. Al-Qashash;  78)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan, bahwa manusia apabila telah diberi oleh Allah suatu kenikmatan, maka ia berkata, “Ini dari (usaha)ku.”  Maksudnya, “Aku memang berhak mendapatkannya dan aku yang diberi hak dengannya, bukan milik Allah.”  Dia telah menyandarkan kebaikan yang dia peroleh kepada dirinya sendiri, dan tidak mengatakan, “Ini adalah karena keutamaan dan kasih sayang Allah.”

oOo

(Disalin dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzaan bin Abdullah Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar