Senin, 18 Februari 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-10)



بسم الله الر حمان الر حيم

"MENUDUH ORANG YANG BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ISLAM DENGAN PICIK DAN TIDAK LUAS PEMIKIRANNYA"

Untuk (memvonis) bathil Agama para Rasul, mereka berdalil dengan kedangkalan pemahaman orang-orangnya dan rendahnya pemikiran pengikutnya (tidak mempunyai wawasan).  Sebagaimana perkataan mereka yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-Nya,
. . .بادي الراي . . ./ “Baadiya ar-ra’yi” / “orang yang tidak memiliki pemikiran (wawasan)”  
(QS. Hud;  27)

SYARAH (PENJELASAN)
Allah menyebutkan (contoh) tentang ummat Nabi Nuh ‘alahissalam, bahwa mereka (kaumnya) berkata,
. . .وما نراك اتبعك الا الذ ين هم اراذ لن . . ./ “wamaa naraaka at-taba’aka illaa alladziina hum araadziluna”  / “Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami”  
(QS. Hud;  27), maksudnya orang-orang yang lemah / fakir miskin.
. . . بادي الراي . . . / “Baadiya ar-ra’yi” / “Orang yang tidak memiliki pemikiran (wawasan)”  (Hud;  27)
Orang-orang jahiliyah mencela para pengikut Rasul.  (Mereka mengatakan) bahwa para pengikut Rasul itu dangkal pemahamannya, tidak bisa mencermati perkara-perkara (melihat keadaan), dan tidak memiliki pemikiran (wawasan) yang luas.  Dan hal inilah yang banyak digembar-gemborkan orang-orang fasik dan musuh-musuh Allah pada hari ini.  Mereka merendahkan derajat dan harga diri kaum muslimin dan para ‘ulama (Rabbani, pen.), dengan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pemahaman dan tidak pemikiran yang luas.
Mereka mendiskreditkan kaum muslimin dan ‘ulamanya dengan kedustaan.  Padahal ‘ulama kaum musliminlah yang berilmu, merekalah yang sebenarnya memiliki pengetahuan.  Karena mereka memandang (segala persoalan) dengan cahaya (petunjuk) dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan memerintahkan sesuatu sesuai dengan perintah (petunjuk) Allah.  Demikian pula mereka melarang sesuatu sesuai dengan apa yang Allah larang.
Tidak diragukan lagi, bahwa para ‘ulama yang telah merealisasikan ilmunya adalah manusia yang paling utama setelah para Rasul ‘alaihimussalam.  Keutamaan seorang ‘ulama di atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang.
Orang yang mendiskreditkan ‘ulama dan menuduh mereka dengan rendahnya pemikiran, atau tidak memiliki pemahaman (wawasan), maka dia adalah orang yang memiliki perilaku yang sama dengan orang-orang jahiliyah.  Dan juga sama dengan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam, dimana mereka menyifati pengikut para Rasul dengan sifat ini.  Tujuannya adalah membuat manusia lari (menjauh) dari para Rasul.
Kalimat ini juga muncul pada sebagian orang pada hari ini, yaitu dengan mengatakan, “Mereka (para ‘ulama Ahlussunnah) adalah ‘ulama haid dan nifas.  ‘Ulama yang ilmunya berkisar tentang hukum membersihkan kotoran dengan batu (istijmar), ‘ulama parsial (juz’iyah), dan tidak mengenal Fiqhul Waqi’ (kondisi kekinian umat islam).”
Yang mereka namakan dengan fiqhul waqi’ adalah perkara politik (ala kafir barat) dengan gerakan revolusi (memberontak) terhadap Pemerintah (muslim).

oOo

(Disalin dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar