Rabu, 30 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (763)

 


بسم الله الرحمان الرحيم

"Sungguh, benar-benar telah beruntung orang yang dijaga dari sifat suka berdebat, pemarah, dan tamak (terhadap dunia)."

(Amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz rahimahullah)

oOo  

DUA SUMBER SEGALA FITNAH


بسم الله الرحمان الرحيم

✍🏻  Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah,

وأصل كل فتنة إنما هو من تقديم الرأي على الشرع، والهوى على العقل

"Sumber segala fitnah (keburukan) adalah;

(1) Mendahulukan akal pikiran daripada Syari'at (Al-Qur'an dan As-Sunnah),

(2) Mendahulukan hawa nafsu daripada akal sehat.

فالأول:أصل فتنة الشبهة، والثاني: أصل فتنة الشهوة.

ففتنة الشبهات تدفع باليقين، وفتنة الشهوات تدفع بالصبر، ولذلك جعل سبحانه إمامة الدين منوطة بهذين الأمرين،

Fitnah syubhat (kebathilan yang berkedok / menyerupai Kebenaran) bisa ditepis dengan keyakinan (Ilmu Agama yang shahih), sedangkan fitnah syahwat (hawa nafsu) bisa ditepis dengan kesabaran.  Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan kepemimpinan dalam agama di atas kedua hal tersebut.

Allah Ta'ala berfirman,

وجعلنا منهم أئمة يهدون بأمرنا لما صبروا وكانوا بآياتنا يوقنون

'Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka Sabar, dan Yakin dengan ayat-ayat Kami.'

فدل علي أنه بالصبر واليقين تنال الإمامة في الدين.

Ini menunjukkan, bahwa dengan kesabaran dan keyakinan akan diperoleh kepemimpinan dalam Agama ini."

(Baca artikel, PERGESERAN)


📚  Ighatsatu Al-Lahafan, 1/167

oOo


Disalin dengan editan dari tulisan;

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (762)

 


MANUSIA TERKUAT 

بسم الله الرحمان الرحيم

"Barangsiapa yang bisa menahan rasa geram, dan meredam amarahnya, maka ia telah berhasil menghinakan Syaithan-nya, dan telah menyelamatkan kehormatan (diri) serta Agama-nya."*

(Al-Imam Ibnu Abdilbarr rahimahullah)


*  Dalam sebuah makna hadits shahih disebutkan, bahwa manusia yang paling kuat sesungguhnya itu bukan yang jago bergulat / berkelahi, tetapi adalah orang yang bisa mengendalikan gejolak amarahnya, (pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (761)

 


HAL YANG SANGAT MENGHERANKAN

بسم الله الرحمان الرحيم

"Termasuk hal yang sangat mengherankan adalah, bahwasanya seorang hamba membenarkan adanya negeri yang kekal (Akhirat) - Di sisi lain dia berupaya keras untuk meraih negeri yang penuh dengan tipu daya ini (Dunia).*

Kebahagiaan dunia hanyalah mimpi-mimpi sesaat ketika sedang tidur, atau naungan yang segera akan lenyap."

(Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah)


*  Meskipun dengan mengorbankan aqidah dan menyia-nyiakan kehidupan Akhiratnya, karena begitu banyak aturan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang bertentangan dengan keinginan (hawa nafsu) manusia.

Laa haula walaa quwwata ilaa billah,

Baca artikel, DUNIA= PENJARA ORANG MUKMIN = SURGANYA ORANG KAFIR, (pen blog).

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (760)

 


AKHLAK YANG WAJIB DIAMALKAN DI ANTARA SESAMA AHLUS SUNNAH

بسم الله الرحمان الرحيم

"Wahai saudara-saudaraku tercinta, hendaklah kita bertaqwa kepada Allah, hendaklah sebagian kita mengambil faidah dari sebagian yang lain, hendaklah kita saling berbaik sangka, tinggalkan tuduhan-tuduhan tanpa bukti yang itu termasuk akhlaq orang-orang munafiq, kita tinggalkan akhlaq yang rendah semacam ini, kita berusaha jujur, berusaha bersikap adil, berusaha bersikap sportif, kita didik diri-diri kita dan anak-anak kita untuk jujur, mencintai kebenaran, membela kebenaran, kita berloyalitas karena kebenaran dan memusuhi juga karena kebenaran."

(Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah)

oOo



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (759)

 


MALU BERTANYA - SESAT DI IMAN

بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidak sepantasnya seseorang malu untuk bertanya, sama saja apakah pertanyaan tersebut tema-nya sesuatu yang bisa membuat malu, atau seseorang menjadi malu dengan pertanyaan tersebut karena khawatir dikatakan  bahwa dia kurang paham."*

(Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)


*  Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah

Sebab terhalangnya ilmu (dari seseorang) ada 6 (enam):

1. Tidak mau bertanya. 

2. Kurangnya perhatian.

3. Tidak mau menghafal.

4. Tidak menyebarkan ilmu.

5. Tidak mengamalkan ilmu.

6. Pemahaman yang kurang (keliru).  

  📚 (Darussa'adah, 1/hal 172)

oOo



Selasa, 29 Desember 2020

SUNNAH MENJADIKAN TIGA SHAF DALAM SHALAT JENAZAH

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Pertanyaan:

"Rombongan takziyah sejumlah sepuluh orang yang hendak sholat jenazah, Apakah memang disyariatkan untuk menjadikan makmum menjadi 3 (tiga) Shaf, sementara menjadikan satu Shaf juga sangat memungkinkan karena tempat shalat cukup luas ? Syukran."

Jawaban:

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyebutkan masalah ini dalam buku beliau Ahkamul Janaiz, hal. 127

Inti dari penjelasan beliau, disunnahkan membuat 3 (tiga) shaf atau lebih di belakang imam berdasarkan dua hadits.

Pertama:

Dari Umamah, dia mengatakan, “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam shalat jenazah, ketika itu Beliau bersama tujuh orang. Maka Beliau membentuk tiga orang sebagai satu shaf, dua orang satu shaf, dan dua orang lagi satu shaf.” (Ath-Thabarani no. 7785)

Kedua:

Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam:

ما من مسلم يموت فيصلي عليه ثلاثۃ صفوف من المسلمين الا اوجب

Tidaklah seorang muslim meninggal lalu dishalati 3 (tiga) shaf kaum muslimin, melainkan wajib (atasnya ampunan -pent)

Dalam lafadz lain :

الا غفر له

“Melainkan diampuni dosanya.”  (HR. Abu Dawud, 2/63)

oOo

Senin, 28 Desember 2020

ORANG YANG TERTIPU MERASA AMAN DARI ADZAB ALLAH

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Sering kita saksikan di media-media sosial, seorang pemuka masyarakat, ustadz (da'i), bahkan seorang Profesor atau Imam Besar (Imam Jumbo) yang tidak memiliki kapasitas untuk berfatwa (bukan ahlinya), memberikan fatwa tentang suatu permasalahan dalam Islam.  Berbicara dengan penuh percaya diri tanpa rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, padahal dirinyapun berpeluang dimasukkan ke dalam Neraka, karena memfatwakan sesuatu yang menyelisihi Kebenaran (Al-Qur'an dan As-Sunnah).

"Na'udzubillah min dzalik."


Berkata Al-Hafizh Adz-Dzhahabi rahimahullah:

كل من لم يخشَ أن يكون في النار، فهو مغرور قد أمن مكر الله به. 

"Setiap orang yg tidak takut kalau dirinya akan berada di Neraka, maka dia adalah manusia yang tertipu, dia telah merasa aman dari makar Allah terhadap dirinya."

📋 Siyar A'laam An-Nubala, 6/291.


Syaikh Arafat Al-Muhammadi hafizhahullah:

نعوذ بالله من النار، ونعوذ بالله من عمل أهل النار، اللهم إنا نسألك أن تجيرنا من النار، اللهم أنقذنا من النار.

"Kita berlindung kepada Allah dari Neraka, kita berlindung kepada Allah dari amalan penduduk Neraka.

Ya Allah, kami memohon kepadaMu, agar Engkau melindungi kami dari Neraka, ya Allah selamatkan kami dari Neraka."

oOo

Disadur dari tulisan;

🔖 MERASA TIDAK AKAN MASUK NERAKA, TANDA  ORANG TERTIPU..

 http://telegram.me/faedahsalafy




Minggu, 27 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (758)

 

KADAR KHAUF (RASA TAKUT) DAN ZUHUD SESEORANG

بسم الله الرحمان الرحيم

"Rasa Khauf (takut) seorang hamba terhadap Allah sebanding dengan kadar Ilmunya tentang Allah.

Sikap Zuhud* seorang hamba terhadap dunia sebanding dengan kecenderungannya terhadap Akhirat."

(Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah)


Zuhud;  Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan Akhirat.

Sedangkan Wara';  Meninggalkan hal-hal Haram yang membahayakan bagi kehidupan Akhirat.

Jadi tingkatan Zuhud lebih tinggi (sulit) daripada Wara'.

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (757)


FAIDAH MEMPERBANYAK ISTIGHFAR 

بسم الله الرحمان الرحيم

"Perbanyaklah istighfar semampumu. Karena pada istighfar terdapat pengusir dari setiap kesedihan, dan jalan keluar dari setiap kesempitan (kesusahan). 

Sampai- sampai sebagian ulama mengatakan, 'Jika ada seseorang meminta fatwa kepadamu, maka beristighfarlah kepada Allah sebelum engkau memberinya fatwa!'"

(Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)

oOo



Sabtu, 26 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (756)

 


TIGA POKOK SUMBER PERSELISIHAN MANUSIA

بسم الله الرحمان الرحيم

"Seluruh perselisihan yang terjadi di antara manusia berawal dari 3 (tiga) pokok (permasalahan), yang masing-masingnya memiliki lawan.

Barangsiapa yang luput darinya satu pokok, maka ia pasti terjatuh pada lawannya;

1. Tauhid, lawannya adalah Kesyirikan.

1. Sunnah, lawannya adalah Kebid'ahan.

3. Ta'at, lawannya adalah Kemaksiatan."

(Yahya bin Mu'azd rahimahullah)

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (751)

 


DUNIA YANG DIRAIH SEORANG MUKMIN MENGURANGI KESEMPURNAAN DERAJATNYA DI AKHIRAT

بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidak ada seorang pun yang berhasil meraih sesuatu* di dunia ini, melainkan akan dikurangi derajatnya di sisi Allah (nanti di Akhirat), meskipun ia tetap mulia di sisi Allah."

(Sahabat yang mulia, Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu)


*  Meskipun diperoleh dengan cara yang halal.  Apalagi dengan cara yang haram?!, (pen blog).

oOo

APAKAH TIDAK MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL INTOLERANSI?

 


بسم الله الرحمن الرحيم

Setiap menjelang tahun baru masehi dan bulan Desember, kaum muslimin selalu diributkan dengan toleransi, atau intoleransi terhadap nonmuslim. Pasalnya, ada saja pihak tertentu yang seolah-olah memaksa kaum muslimin untuk mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Nasrani.  Padahal perayaan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan ajaran Islam, artinya bukan bagian dari Islam sama sekali. 


Lantas mengapa seolah-olah ucapan selamat Natal begitu dipaksakan? Bukankah urusan agama dan keyakinan, setiap kita meyakini keyakinannya sendiri-sendiri? Bukankah hal itu telah ditegaskan dalam ayat yang hampir setiap muslim menghafalnya?

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” (Al-Kafirun: 6)


Tidak Mengucapkan Selamat Natal, Sikap Intoleran?

Bila seorang muslim berkeyakinan, bahwa dalam agamanya tidak boleh mengucapkan selamat Natal, tentu saja ini bukan bagian dari intoleransi. Sebab, undang-undang negara telah mengesahkan (baca; menjamin) setiap pemeluk agama untuk melaksanakan syariat agamanya (masing-masing).

Di sisi lain, tidak mengucapkan selamat Natal tidak lantas berkonsekuensi sikap intoleransi, radikal, atau teror. Sebab, Islam telah mengajarkan toleransi, tetapi dalam bidang lain.  Toleransi yang diajarkan Islam adalah dalam hal perilaku sosial, bukan dalam urusan aqidah yang mengorbankan keyakinan dan prinsip-prinsip Agama.

Oleh karena itu, seorang muslim dibolehkan menjenguk tetangga nonmuslim yang sakit, memberinya hadiah, menjawab salamnya bila mengucapkan salam secara Islam kepada kita, dan tidak boleh mengganggu serta menyakitinya. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Taa’la,

  لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”  (Al-Mumtahanah: 8)

Adapun mengikuti acara hari raya nonmuslim, mengucapkan selamat atas perayaan hari raya tersebut, memberikan kartu ucapan selamat atau hadiah dalam rangka perayaannya, ini bukan toleransi yang diajarkan oleh Islam Sebab, melakukan perbuatan-perbuatan tersebut berarti telah ikut serta dan larut dalam prosesi hari raya mereka, yang sangat erat dengan keyakinan dan aqidah yang mereka yakini. 

Anda muslim? Cobalah ingat kembali sejarah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam buku-buku sirah.  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah diajak bertoleransi oleh orang-orang kafir dalam keyakinan mereka.  Nabi kita diajak untuk beribadah kepada Tuhan mereka satu tahun, lalu pada tahun berikutnya mereka yang beribadah kepada Tuhan Nabi kita Muhammad.  Inilah ide orang-orang musyrik.

Apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima tawaran tersebut?

Tentu saja tidak. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam justru menolak dengan keras. Meskipun demikian, pada saat yang sama Beliau berinteraksi sosial dengan baik dengan pihak-pihak yang tidak memusuhi Islam, seperti pamannya sendiri yang masih musyrik. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tetap menjaga amanat-amanat kaum musyrikin yang dititipkan kepada Beliau, demikian pula berbagai bentuk hubungan sosial lainnya.

Meskipun tidak sama persis dengan toleransi gaya kaum musyrikin, masalah mengucapkan selamat Natal mengandung beberapa hal yang mendekati kemiripan dengannya. Sebab, bila kita tinjau dari sisi ucapan 'Selamat Natal’ saja, terkandung suatu keridhaan terhadap parayaan Natal tersebut.  Tinjauan ini terlepas dari apa yang ada dalam keyakinan saat mengucapkan sesuatu, karena urusan keyakinan hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Akan tetapi, apakah Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mengucapkan suatu perkataan yang tidak berasal dari hatinya? (hanya berpura-pura saja, basa-basi), atau sekedar "lipservice".   Ini sama saja dengan mendustai diri sendiri, atau membiasakan sifat kemunafikan bersemayam di hati seorang muslim (pen blog).

Yang jelas, pada dasarnya suatu ucapan atau amalan yang tidak benar (maksiat) - tidak akan menjadi benar meskipun dilakukan atau diucapkan dengan niat yang benar sekalipun.  Ia tetap saja salah, hanya saja berbeda tingkat kesalahannya. Ibarat orang yang mencuri untuk disedekahkan, dengan orang yang mencuri untuk berjudi, keduanya salah tetapi berbeda derajat kesalahannya. 


Makna Perayaan Natal dan Konsekuensinya:

Sesungguhnya perayaan Natal itu sendiri apa maknanya?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Natal adalah hari raya untuk memperingati kelahiran Isa Almasih (tanggal 25 Desember). 

Atas dasar itu, kita sebagai seorang muslim semestinya memandang Natal menurut keyakinan orang-orang Nasrani saat ini.  Bukankah Natal artinya “Hari raya untuk memperingati kelahiran Isa Al-Masih, sebagai anak Tuhan, dan sebagai salah satu Tuhan?"

Jika demikian, apakah hal ini tidak bertentangan dengan keyakinan atau aqidah yang asasi dalam agama kita, Islam?  Sebab, seorang muslim pasti meyakini bahwa Isa adalah utusan Allah, salah seorang Nabi dan Rasul yang mulia, termasuk Ulul Azmi (yang paling utama) dari para Rasul.  Beliau bukan anak Tuhan, atau Tuhan. 

Nah, kalau begitu, apa makna ucapan seseorang yang mengucapkan “Selamat Hari Natal” kepada seorang Nasrani?

Kalau bermakna seperti yang mereka yakini bahwa Isa adalah anak Tuhan, berarti kita telah ridha dengan keyakinan itu.  Semoga Allah melindungi kita, dan segenap kaum muslimin dari keridhaan terhadap keyakinan tersebut. 

Jelas, ini menyangkut dan berpengaruh buruk kepada aqidah seorang muslim.  Salah besar bila dikatakan, “Ucapan selamat Natal tidak mempengaruhi aqidah.

Kemungkinan lain, orang yang mengucapkan “Selamat Natal” berkeyakinan seperti keyakinan muslimin bahwa Isa bukan anak Tuhan.  Dengan keyakinan ini, orang yang mengucapkan “Selamat Natal” kepada seorang Nasrani telah bersikap munafik terhadap mereka (karena di dalam hati mereka berkata, "kalian telah menempuh jalan yang sesat!").  Bukankah demikian?  Perhatikanlah dengan cermat masalah ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatimu.

Oleh karena itu, sangat tidak dapat dibenarkan bila ada (seorang Profesor yang dianggap sebagai "Ahli Tafsir" di Indonesia) beralasan ("berdalil"), bahwa yang mengucapkan selamat Natal itu adalah Nabi Isa sendiri, karena di dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi,

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Dan keselamatan dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam: 33)

Ucapan selamat yang disebutkan pada ayat di atas, adalah keselamatan atas kelahiran Beliau sebagai hamba Allah dan Nabi-Nya, selamat dari gangguan Syaithan dan Iblis.

Tidak seorangpun 'ulama Ahli Tafsir yang menggunakan ayat ini sebagai dalil dibolehkannya (baca; dihalalkannya) mengucapkan Selamat Hari Natal (pen blog)

Bukankah dalam rangkaian ayat-ayat pada Surah Maryam itu disebutkan pula, bahwa Nabi Isa mengatakan,

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

“Sesungguhnya aku adalah hamba Allah.  Allah telah memberiku kitab, dan menjadikan aku sebagai Nabi.” (Maryam: 30)

Dan, dalam Surah Maryam ayat 88 - 93, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengecam orang-orang yang meyakini bahwa Isa adalah anak Allah.  Subhanallah.

Pembaca muslim….

Belum lagi kalau kita menengok kepada perbuatan apa saja yang mereka lakukan saat perayaan hari Natal tersebut. Tentu saja ada penyembahan terhadap salib, pemanjatan doa kepada selain Allah, dan lain-lain; yang dalam ajaran agama kita, Islam, hal-hal tersebut sangat tidak diperbolehkan.  Termasuk larangan terbesar (Syirik Akbar).  Apakah kita akan mengucapkan selamat atas semua perbuatan itu?!

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,

وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ، ولا يدري قبح ما فعل ، فمن هنّأ عبداً بمعصية أو بدعة ، أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه. (أحکام أهل الذمة  1/44)

“Adapun memberi ucapan selamat pada syiar-syiar kekufuran orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat Natal, -pent.) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijmak (kesepakatan) 'ulama (jadi bukan masalah khilafiyah, seperti yang disebutkan sebagian orang, pen blog).  Contohnya adalah memberi ucapan selamat atas hari raya dan puasa mereka, seperti mengatakan, ‘Ied mubarak atasmu,’ atau dengan ucapan, ‘Selamat hari raya,’ dan semacamnya. Seandainya orang yang mengucapkannya selamat dari kekufuran, minimal dia telah terjatuh pada perkara yang haram. Ucapan selamat hari raya kepada mereka seperti ini sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan kepada salib.  Bahkan, ucapan selamat hari raya tersebut lebih besar dosanya, dan lebih dibenci oleh Allah daripada seseorang memberi ucapan selamat kepada orang yang meminum minuman keras, membunuh jiwa (manusia), berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.  Banyak orang yang kurang menghargai agama Islam terjatuh pada hal tersebut.  Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat.  Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat atas perbuatan maksiat, bid’ah, atau kekufuran; dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah.” (Ahkamu Ahlidz Dzimmah, 1/441)

Berpikirlah sejenak.  Jangan larut terbawa perasaan saja.  Tetaplah pada prinsip agama Anda sebagai seorang muslim.  Anda dijamin benar oleh Islam dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia.  Anda tidak jatuh dalam sikap INTOLERANSI hanya karena tidak mengucapkan “Selamat Natal”, dengan tetap menjaga hubungan sosial yang benar dan baik.  Jangan ikuti pendapat orang-orang yang bersandar kepada akal, perasaan, dan hawa nafsunya belaka dalam menjalankan Syari'at Islam.

Selanjutnya, sebagai sebuah renungan.  Perhatikanlah firman Allah ketika mensifati hamba-hamba-Nya yang disebut “Ibadur Rahman” berikut ini,

    وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ

“Dan orang-orang yang tidak mempersaksikan kepalsuan....” (Al-Furqan: 72)

Para 'ulama ahli tafsir dari kalangan Tabi’in dan yang lain, seperti Abul ‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirin, Adh-Dhahhak, dan Rabi’ bin Anas menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah menyaksikan hari-hari raya orang musyrik. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/341)

Sahabat yang mulia, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Jauhilah musuh Allah pada hari raya mereka.” (Sunan Al-Baihaqi, 9/234)

Sahabat yang mulia Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

“Siapa saja yang tinggal di negeri non-Arab, dan ikut serta dalam hari raya Nairuz dan Muhrajan mereka, dan menyerupai mereka sampai matinya, ia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar kelak bersama mereka.” (Sunan Al-Baihaqi, 9/234)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan hidayah taufik dan petunjuk-Nya kepada kita dalam beribadah dan bermuamalah dengan sesama manusia.  Amiiin.

oOo

Disadur dari tulisan;

Al-Ustadz Qomar Suaidi Lc hafizhahullah.

🌎 simpellink.com/salafyonline



Jumat, 25 Desember 2020

BUKTI NYATA BESARNYA BAHAYA BID'AH

 

بسم الله الرحمان الرحيم

💬  Syaikh  Rabi' bin Hadi Al-Madkhali  حفظه الله mengatakan,

والرسول - عليه الصلاة والسلام - كان يخطب ومَنْ أمامَه ليس فيهم أي مبتدع ، ففي كل خُطَبِه أو جلّها يقول :

《 أما بعد ، فإن خير الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد ﷺ وشرّ الأمور محدثاتها 》.

يردد هذا كثيراً وليس أمامه مبتدعون ، لماذا؟

 لخطورة البدع .

"Dahulu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkhutbah, sedangkan di hadapan Beliau tidak terdapat seorangpun Ahli Bid'ah.  Akan tetapi di setiap khutbah, atau kebanyakannya Beliau selalu berkata (mengulang-ngulang),

'Amma ba'du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman ALLAH dan sebaik- baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallamSejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam Agama).'

Beliau sering mengulang-ulang kalimat tersebut padahal yang ada dihadapan Beliau bukanlah Ahli Bid'ah, kenapa demikian?

Karena (besarnya) bahaya kebid'ahan tersebut."


📚  Marhaban ya Thalibal-Ilmu, 35

oOo


Disalin dengan editan dari tulisan;

BUKTI NYATA AKAN BAHAYANYA BID'AH

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (755)

 


PENGARUH KALIMAT YANG BAIK (KEBENARAN)

بسم الله الرحمان الرحيم

"Ketahuilah, apabila engkau mengucapkan Kebenaran dengan mengharapkan Wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala, pasti akan memberikan pengaruh yang baik, meskipun Kebenaran itu ditolak di hadapanmu.

Kalimat yang Haq (Kebenaran) pasti memberi bekas, cepat atau lambat."

(Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (754)

 


FAKIR, TAPI TENTERAM

بسم الله الرحمان الرحيم

"Orang yang banyak melakukan keta'atan akan merasakan ketenangan (hidup) dan ketenteraman, meskipun seseorang di antara mereka faqir*  Sesungguhnya, Allah memberikan kepadanya pemikiran yang luas, dan perasaan cukup (Qana'ah)"

(Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah)

* Lebih baik faqir tapi tenang, daripada kaya tapi gelisah, (pen blog).

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (753)

 


PENTINGNYA ADAB YANG BAIK

بسم الله الرحمان الرحيم

"Carilah (pelajarilah) adab karena sesungguhnya adab (yang baik) akan mendukung kewibawaan, menambah kecerdasan, menjadi teman dikala sendiri, dan perhiasan dalam berbagai majelis."

(Al-Imam Syabib bin Syaibah rahimahullah)

oOo




Kamis, 24 Desember 2020

INILAH GAMBARAN DUNIA KALIAN...

 


بسم الله الرحمان الرحيم

✍🏻 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

مر عمر بن الخطاب رضي الله عنه علي مزبلة فاحتبس عندها،  فكأن أصحابه تأذوا بها، فقال: هذه دنياكم التي تحرصون عليها

Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu melewati sebuah tempat sampah kemudian berhenti sejenak di situ.  Orang-orang yang bersama beliau seakan-akan merasa terganggu dengan bau (busuk) dari sampah tersebut.  Beliau pun berkata, “Inilah dunia yang kalian sangat berambisi untuk meraihnya.”

Beliau berkata lagi,

وجدنا خير عيشنا الصبر.

Kami dapati kehidupan yang terbaik bagi kami adalah kesabaran.” 

(Maksudnya, sabar dalam menjalankan keta'atan kepada Allah dan Rasul-Nya, sabar ketika menjauhi maksiat, dan sabar ketika tertimpa musibah) 

📚 Az-Zuhd, karya Al-Imam Ahmad, hlm. 146-147

oOo


Disalin dengan editan dari;

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (752)

 


AL-QUR'AN HANYA SEBAGAI BARANG PAJANGAN?

بسم الله الرحمان الرحيم

"Akan datang kepada manusia suatu zaman - di mana mereka akan meletakkan mushaf Al-Qur'an begitu saja, sehingga menjadi sarang laba-laba dan mereka tidak mengambil manfaat dari kandungannya."*

(Ad-Dakhkhak bin Makhlad rahimahullah)

* Tidak menjadikannya sebagai petunjuk / bimbingan dalam hidup dan kehidupan mereka.

Dan mengadulah Rasulullah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala;

وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا

Arab-Latin: Wa qālar-rasụlu yā rabbi inna qaumittakhażụ hāżal-qur`āna mahjụrā

Artinya: "Berkatalah Rasul, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan'."

(QS. Al-furqan; 30)

 (pen blog).

oOo




JAGALAH ALLAH, NISCAYA ALLAH AKAN MENJAGAMU

 


بسم الله الرحمان الرحيم

📝 Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah,

"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu" kalimat ini menunjukkan, bahwasanya setiap kali seseorang menjaga Agama Allah, maka Allah akan menjaga badan, harta, keluarga dan Agama-nya. 

Dan penjagaan (Agama) inilah yang paling terpenting (dalam kehidupan manusia).  Allah akan menjaga agamamu, yaitu menyelamatkanmu dari penyimpangan dan kesesatan.  Karena setiap kali seseorang berupaya menapaki petunjuk (jalan yang lurus), maka Allah akan menambah pentunjuk baginya."*

——

((احفظ الله يحفظك)) جملة تدل علي إن الإنسان كلما حفظ دين الله حفظه الله تعالى في بدنه، وحفظه في ماله وأهله، وفي دينه، وهذه أهم الأشياء، إن يحفظك الله في دينك، وهو إن يسلمك من الزيغ والضلال، لان الإنسان كلما اهتدي زاده الله هدي


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;

وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهْتَدَوْا۟ هُدًى ۗ 

Wa yazīdullāhullażīnahtadau hudā, 

Artinya: Dan Allah akan menambah petunjuk bagi mereka yang telah mendapat petunjuk.

(QS.  Maryam;  76)

Perhatikan bentuk kata kerja Fi'il mudhari' (continuous / berkelanjutan) pada ayat di atas, (pen blog).



oOo

Disalin dengan editan dari;

🌎 Syarhu Riyadhis Shalihin 1/488

🌎 simpellink.com/salafyonline



ISLAM SELURUHNYA MEMBAWA KEBAIKAN DAN KEMUDAHAN

 


بسم الله الرحمان الرحيم

✍🏻 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,

‏إن الإسلام لم يطلب منكم أمرًا يشق عليكم ولا أمرا تفوت به مصالحكم، بل هو نفسه مصالح وخيرات وأنوار وبركات، فتمسكوا به

"Sesungguhnya, Islam tidak menuntut kalian melakukan sesuatu yang akan memberatkan kalian, dan sesuatu yang akan menelantarkan maslahat (kebaikan) kalian.  Justru Islam itu sendiri merupakan maslahat, kebaikan, cahaya, dan keberkahan.  Karena itu hendaklah kalian berpegang teguh dengannya."*

(📚 Adh-Dhiya'ul Lami', jilid 1 hal 447)


* Orang yang memberat-beratkan dirinya (tanpa bimbingan Ilmu / 'ulama), terutama dalam masalah Dakwah dan Jihad akan terkalahkan oleh Islam itu sendiri, sehingga akan merugikan dirinya dunia dan Akhirat, (pen blog).

oOo 

Disalin dari;

ISLAM SELURUHNYA MEMBAWA KEBAIKAN DAN KEMUDAHAN

🌎 simpellink.com/salafyonline



TAQWA MENGUATKAN FIRASAT

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Berkata Asy-Syaikh Muhammad 

bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah;

"Ketakwaan termasuk sebab yang menguatkan pemahaman, dan juga sebab yang (menguatkan) firasat.*

Sesungguhnya Allah Ta'ala menganugerahkan firasat kepada orang yang bertakwa, yang dengan firasatnya itu dia mampu membedakan banyak hal, bahkan terhadap berbagai macam sifat manusia.

Maka, dengan sebatas melihat seseorang, dia bisa merasakan apakah orang itu jujur atau berdusta, orang baik-baik ataukah orang fajir (pelaku maksiat, pen blog). 

Bahkan, dia bisa menghukumi keadaan seseorang - padahal dia belum pernah bergaul dengannya sesaat pun, dengan sebab firasat yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya."

Demikian perkataan Syaikh. 

(Baca juga artikel, PUJIAN ALLAH TERHADAP ORANG YANG DAPAT MEMPERHATIKAN TANDA-TANDA)

* Kekuatan firasat ini dapat pula digunakan untuk mendeteksi lurus atau tidaknya pemahaman seseorang tentang Islam.  Apakah aqidahnya termasuk 72 (tujuhpuluh dua) kelompok Sempalan Islam yang diancam dengan Neraka oleh Allah 'Azza wa Jalla, melalui tanda-tanda yang dapat dilihat dan didengar, (pen blog).

oOo

Disalin dengan editan dari;

📚[Syarhu Riyadlish-Sholihinjilid 1/273]

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (750)

 


JANGAN TERLENA

بسم الله الرحمان الرحيم

"Jika engkau melihat Rabb-mu melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu - sementara engkau dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya, maka berhati-hatilah!"

(Al-Imam Ibnu Hazim rahimahullah)

oOo

Rabu, 23 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (749)


 

 ILMU ADALAH DARAH-DAGINGMU

بسم الله الرحمان الرحيم

"Sesungguhnya, Ilmu itu adalah darah dan dagingmu.  Dan, engkau akan ditanya tentang nya nanti pada Hari Kiamat.  Maka, telitilah dari siapa engkau mengambilnya."

(Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah)

oOo

DENGAN APA JIWA ITU MENJADI SUCI?

 


بسم الله الرحمان الرحيم

"Manusia akan senantiasa terbimbing (terjaga) fitrahnya selama mereka mau mengikuti kebenaran, tidak menolaknya.  Sehingga, setiap kali ia menerima kebenaran, maka ilmunya akan semakin bertambah.

Barangsiapa yang tawadhu' satu derajat, maka Allah akan mengangkatnya satu derajat - terus menerus demikian hingga akhirnya ia berhasil menduduki maqam yang tinggi ('Illiyyin)

Akan tetapi, bila ia sombong (menolak kebenaran) sekali saja, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan merendahkannya satu derajat - terus demikian hingga lama-kelamaan ia berada di maqam (tempat) yang paling rendah (Sijjin)."

('Ulama)


📝 Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam salah satu kitabnya, Az-Zuhd wal Wara’,

Jiwa akan menjadi suci dengan meninggalkan hal yang diharamkan dan melaksanakan hal yang diperintahkan oleh Allah.”

وَنَفۡسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠

“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan (kefasikan) dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”  

(QS. Asy-Syams: 7—10)

📝 Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan ayat berikut,

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدًا

“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.” 

(QS. An-Nur: 21)

"Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan, bahwa kesucian jiwa hanya bisa diperoleh dengan meninggalkan perbuatan kejiOleh karena itu, Allah berfirman,

قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ

‘Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya.’ 

(QS. An-Nur: 30)

💎 Sebab, meninggalkan kejelekan-kejelekan adalah amalan jiwa. Secara tabiat, jiwa mengetahui bahwa amalan jelek adalah perbuatan yang tercela dan dibenci. Maka dari itu, hendaklah jiwa itu melawan keinginan buruk yang mengajaknya ke sana; jika ia benar-benar beriman kepada kitab-Nya, dan Risalah yang dibawa oleh Nabi-Nya.

✅  Jadi, percaya, iman, benci, dan melawan hawa nafsu adalah amalan yang dilakukan oleh jiwa yang suci, yang akan menjadikannya semakin suci apabila ia melakukannya

❌  Berbeda halnya jika jiwa tersebut justru mengerjakan berbagai kejelekan.  Jiwa akan ternodai dan tidak tumbuh (menjadi baik), ibarat sebuah tanaman yang ditumbuhi semak belukar di sekelilingnya.” (Az-Zuhd wal Wara’)


Catatan penulis;

Di negara Indonesia tercinta ini terdapat ratusan kelompok Tarikat (Cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala / Suluk) yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.  Mereka mengambil jalan dan metode sendiri yang disangka baik untuk menyucikan jiwanya.  Tidak merasa cukup dengan bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Bagaimana mungkin tujuan tersebut bisa tercapai bila cara yang ditempuh menyelisihi syari'at Rasul yang diutus, padahal Beliaulah manusia yang paling mengenal-Nya dan paling paham tentang syariat-Nya?

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah;
"Andaikan seseorang mahir membaca Al-Qur'an, namun akidahnya dibangun di atas Ilmu Filsafat;  Kewajiban apa yang telah dia tunaikan terhadap Al-Qur'an?"

(Syarah Lum'atul I'tiqad, Syaikh Utsaimin, yang dilengkapi Syarah Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, hal 290-292).

(Baca juga artikel, KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA)


oOo


Disadur dari tulisan;

DENGAN APA JIWA MENJADI SUCI?

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (748)

 


SETIAP DETIK HAMBA BUTUH PENGOKOHAN ALLAH

بسم الله الرحمان الرحيم

"Sesungguhnya, seorang hamba tak akan bisa lepas dari pengokohan Allah atas dirinya di atas kebenaran, meskipun sekejap mata.  Karena, bila Allah tidak mengokohkannya - maka langit dan bumi keimanannya akan lenyap dari tempatnya."*

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)


*  Salah satu bukti pengokohan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap orang beriman;

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitab Az-Zuhud dengan sanadnya dari Imran Al-Qashir, beliau berkata, "Musa 'alaihissalam berkata, 'Wahai Rabb-ku, kapan aku mencari-Mu?'  Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Carilah Aku di hati-hati mereka yang lara merindukan-Ku!  Sesungguhnya, Aku mendekat kepada mereka setiap harinya satu hasta, kalau tidak demikian mereka akan binasa.' "

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (747)


LEBIH DARI CUKUP

بسم الله الرحمان الرحيم

"Cukuplah Allah sebagai Dzat Yang dicintai, Al-Qur'an sebagai penghibur, Kematian sebagai peringatan, Rasa Takut kepada Allah sebagai Ilmu, dan Tertipu sebagai wujud dari kebodohan."

(Fudhail bin Iyadh rahimahullah)

oOo

Selasa, 22 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (746)

 


RAHASIA SEBAB TERKABULNYA DO'A

بسم الله الرحمان الرحيم

"Rahasia terkabulnya doa orang yang terzalimi, musafir, dan orang yang berpuasa adalah, karena rasa luluh yang ada di hati mereka masing-masing."

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

oOo



Senin, 21 Desember 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (745)

 


HAL-HAL YANG MENGERASKAN HATI

بسم الله الرحمان الرحيم 

"Termasuk perkara yang mengeraskan hati adalah, banyak bercanda, tertawa, terlalu gembira, dan banyak bermain-main.

Maka, wajib atas seorang muslim mewaspadai perkara-perkara ini."*

(Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan rahimahullah)

* Lebih baik banyak menangis di dunia ini daripada banyak tertawa.

Karena, orang yang banyak menangis di dunia ini karena takut kepada Allah 'Azza wa Jalla akan tertawa nanti di Akhirat.  Sebagaimana orang yang banyak tertawa di dunia ini akan banyak menangis nanti di Akhirat, (pen blog).

oOo 


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (744)

 


TIDAK BOLEH MENINGGALKAN AJARAN NABI KARENA MENDENGAR UCAPAN SESEORANG

بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidak boleh menoleh kepada pendapat-pendapat manusia, betapa pun kuatnya - jika terdapat As-Sunnah (ajaran Nabi) yang menyelisihinya.  Dan, tidak perlu mengatakan, 'Bagaimana mungkin hal ini tidak diketahui oleh 'ulama Fulan.'"*

(Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany rahimahullah)

* Karena menganggap ulamanya lebih mengetahui persoalan tersebut daripada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam merupakan ancaman besar terhadap keimanannya, (pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (743)

 


MANUSIA YANG PALING BERUNTUNG

بسم الله الرحمان الرحيم

"Manusia yang paling beruntung, adalah orang yang menjadikan (Ilmu, Kekuasaan, Harta dan Kemampuan)nya sebagai sarana menuju Allah Ta'ala dan negeri Akhirat."

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (742)

 

ILMU YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN LEBIH UTAMA DARIPADA IBADAH YANG TIDAK WAJIB

بسم الله الرحمان الرحيم

"Sungguh, aku menjadi (perantara) seseorang bertaubat dari suatu pendapat yang buruk (menyimpang) - lebih aku sukai daripada 'Itiqaf selama satu bulan."

(Al-Imam Abdul Karim bin Abi Umayyah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (741)

 


KUNCI AGAR HATI BERCAHAYA

بسم الله الرحمان الرحيم

"Barangsiapa yang ingin dibukakan Allah hatinya, atau menjadikannya bercahaya, maka hendaklah dia meninggalkan setiap ucapan yang tidak bermanfaat bagi dirinya."

(Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah)

oOo

CARA AGAR SELALU BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH

 

بسم الله الرحمان الرحيم

Berprasangka buruk terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan dosa yang sangat besar.  Karena, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah menzalimi hamba meski sebesar dzarrah.

Kerugian akibat berprasangka buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut akan kembali kepada yang bersangkutan.  Karena, Allah 'Azza wa Jalla akan memperlakukannya sesuai dengan prasangka buruknya itu.


❓Pertanyaan:

Apa kiat-kiat seseorang agar selalu berbaik sangka (husnuzhan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, meski dalam keadaan sulit, atau sempit?

📝 Dijawab oleh Ustadz Qomar Suaidi, Lc yang telah kami sadur sebagai berikut;

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, bahwa seseorang memerlukan proses untuk mampu mewujudkannya.  Di antara proses tersebut adalah;

1. Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan pengenalan yang benar.

Mengetahui nama-nama-Nya, Sifat-Sifat-Nya,  Kebesaran-Nya, menyadari karunia-Nya kepada kita, dan 

2. Mengetahui kelemahan diri kita.

Bahwa, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang sangat lemah.  Sangat membutuhkan pertolongan, bimbingan, dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap gerak dan diamnya.

3. Menyadari, bahwa semua yang kita peroleh, baik secara lahir maupun bathin semuanya berasal dari Allah 'Azza wa Jalla. Termasuk amal kebaikan yang kita lakukan sendiri.

💎 Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, maka diri kita tidak akan memiliki tujuan hidup yang jelas.  Meskipun, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berkenan memberikan hidayah kepada seseorang - tidaklah Dia menzalimi orang tersebut, karena Dia Subhanahu berbuat sekehendak-Nya - tanpa menzhalimi siapapun.  Bahkan, terhadap orang kafir sekalipun, Allah 'Azza wa Jalla memberikan banyak kebaikan dan kenikmatan kepada mereka di dunia ini.

✔️ Sebagai seorang muslim, kita harus sadar, bahwa semua yang kita miliki adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’alaKita harus menyadari, bahwa nikmat Agama (Islam) yang Dia berikan kepada kita jauh lebih berharga, dan lebih besar (nilainya) daripada segala-galanya di dunia ini.

☑️ Selanjutnya, ketika sesuatu menimpa diri kita dan kita tidak mau merimanya dengan ikhlas, artinya kita adalah manusia yang tidak tahu diri; tidak mengetahui nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala pada diri kita, dan tidak mengetahui kekurangan diri (ibadah) kita terhadap (hak) Allah Subhanahu wa Ta’ala.

❗️Sebagian besar manusia memiliki banyak kekurangan dalam menjalankan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Oleh karena itu, kita harus mengetahui kekurangan kita, mengetahui kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mengetahui begitu banyak karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala pada diri kita yang belum tersyukuri.

💎 Dengan demikian, in sya Allah kita akan senantiasa sadar agar tetap bersyukur, dan berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

الحمدلله رب العالمين

oOo

Disadur dari tulisan;

AGAR SELALU BERBAIK SANGKA

KEPADA ALLAH,

Ustadz Qomar Suaidi Lc

🌎 simpellink.com/salafyonline



Minggu, 20 Desember 2020

AHLUS SUNNAH SEJATI MENDOAKAN KEBAIKAN BAGI PEMERINTAH

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Banyak orang maupun kelompok manusia yang mengaku sebagai Ahlus Sunnah, akan tetapi perangai, sikap, dan tutur kata mereka tidak mencerminkannya sebagai Ahlus Sunnah.  Khususnya sikap mereka terhadap Penguasa (Pemerintah).  Inilah sebagian tanda Ahlussunah sejati menurut para 'ulama;


1. Al-Imam Al-Barbahari rahimahumallah berkata, “Apabila engkau melihat ada orang yang mendoakan kebaikan bagi Penguasa, ketahuilah dia adalah seorang Ahlus Sunnah, In sya Allah.”


2. Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahumallah berkata, “Sekiranya aku memiliki doa (yang terkabul), aku tidak akan mengarahkannya kecuali bagi Penguasa.”

Seseorang bertanya, “Hai Abu Ali (Fudhail), jelaskan maksud kalimat ini kepada kami semua.”

Al-Imam Fudhail rahimahumallah menjawab, “Jika aku arahkan pada diriku (sendiri), kebaikannya tidak akan kembali kecuali kepada diriku. Akan tetapi, jika aku arahkan kepada Penguasa. Penguasa itu akan menjadi baik sehingga baiklah keadaan rakyat dan Negara.”

Maka dari itu, kita diperintah mendoakan waliyyul amri dengan kebaikan, serta dilarang mencemooh atau memberontak kepadanya, meskipun penguasa itu zhalim dan jahat. Sebab, kezhaliman dan kejahatannya kembali kepada dirinya sendiri, sedangkan kebaikannya selain kembali kepada dirinya juga untuk seluruh kaum muslimin.” (Syarhu Sunnah)


Di dalam kitab I’tiqad Ahlus Sunnah, Al-Imam Al-Isma’ili rahimahumallah mengemukakan bahwa mereka, Ahlus Sunnah, memandang harusnya mendoakan kebaikan bagi Penguasa, dan mendorongnya berbuat adil. Ahlus Sunnah tidak memandang bolehnya memberontak dengan pedang / senjata.


3. Al-Imam Ath-Thahawi rahimahumallah mengatakan, “Kami, Ahlus Sunnah, mendoakan kebaikan dan keselamatan untuk waliyyul amri (Pemerintah).” (Al-Aqidah ath- Thahawiyyah)


4. Asy-Syaikh Al-'Allamah Shalih Al- Fauzan menambahkan catatan penting atas apa yang telah dikemukakan Al-Imam Ath-Thahawi rahimahumallah di atas.

Beliau berkata, “Kami, Ahlus Sunnah, senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan waliyyul amri kepada kebenaran, dan meluruskan kesalahan yang ada pada mereka.  Kami mendoakan kebaikan untuk mereka.

Sebab, kebaikannya adalah kebaikan untuk kaum muslimin, dan petunjuknya adalah petunjuk bagi kaum muslimin. Kemanfaatan yang ditimbulkannya pun akan meluas dan dirasakan oleh semua pihak.  Ketika Anda berdoa kebaikan untuk mereka, secara otomatis berdoa untuk kebaikan kaum muslimin (secara keseluruhan).” (Ta’liq ala ath-Thahawiyyah)


5. Samahatul Allamah Ibnu Baz rahimahumallah berkata, “Sebagai bentuk tuntutan dari bai’at (janji setia) adalah menyampaikan nasihat kepada waliyyul amri. Salah satu bentuk nasihat itu ialah mendoakan waliyyul amri agar mendapatkan taufik, hidayah, dan kebaikan dalam hal niat dan amal, serta diberi pendamping yang baik.” (Ad-Dur Al-Mantsur)


Menggunjing & Membicarakan Kejelekan Waliyyul amri, adalah ciri-ciri Ahlul Bid’ah.


6. Al–Imam Ibnul Jauzi rahimahumallah menyebutkan dalam kitab Adab Al-Hasan Al-Bashri.  Al-Hasan Basri rahimahumallah mendengar seseorang membicarakan kejelekan Pemerintah, lantas mengajak melakukan pemberontakan kepada Al- Hajjaj (seorang Penguasa yang zalim waktu itu).


7. Al-Imam Al-Hasan Bashri rahimahumallah berkata, “Jangan engkau lakukan itu, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu. Sesungguhnya kalian diberi Pemimpin itu dari kalangan kalian sendiri.  Kami khawatir, jika Al-Hajjaj lepas dari kursi kepemimpinannya atau mati, yang menggantikannya justru dari bangsa kera dan babi (Yahudi dan Nasrani).”


8. Al-Allamah Al-Fauzan hafizhahullah menegaskan, “Tidak boleh menjelek jelekkan atau menggunjing waliyyul amri.  Sebab, hal ini berarti pemberontakan secara maknawi, layaknya pemberontakan menggunakan pedang.  Yang wajib adalah, mendoakannya agar mendapatkan kebaikan dan petunjuk.” 

Inilah ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah

Apabila Anda mendapati ada orang yang menjelek-jelekkan dan menggunjing waliyyul amri, ketahuilah (pastikan, pen blog) bahwa orang itu sesat akidahnya, dan tidak berada di atas manhaj Salaf. Sebagian orang menganggap membicarakan kejelekan dan memberontak kepada waliyyul amri adalah bentuk kecemburuan, dan benci karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, hal itu sebenarnya adalah kecemburuan dan kebencian yang tidak pada tempatnya. Sebab, jika pemberontakan itu berhasil menggulingkan waliyyul amri, terjadilah berbagai kerusakan.” (Ta’liq ala ath- Thahawiyyah

Wallahu a’lam.*


* Ambillah pelajaran dari Generasi Terbaik Islam, wahai para da'i kerusakan, yang ngotot untuk mendirikan Khilafah.  Perbaikilah akhlak dan aqidahmu terhadap Penguasa kaum muslimin! (pen blog).

oOo

Disalin dengan editan dari tulisan;

Ahlus Sunnah Mendoakan Waliyul Amri, Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafizhahullah

🌎 simpellink.com/salafyonline



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (740)

 


SUNNAH HANYA BISA DIAMALKAN DENGAN ILMU

بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidak ada jalan untuk menempuh jalan Sunnah, kecuali dengan Ilmu Agama, yang akan mengungkap hakikat-hakikat, dan menerangi jalannya."

(Asy-Syaikh Abdus Salam bin Barjas rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (739)

 


KEBANYAKAN DARI MANUSIA MEMBENCI ORANG LAIN KARENA MASALAH DUNIAWI YANG RENDAH

بسم الله الرحمان الرحيم

"Kebanyakan dari manusia sekarang ini, mereka memutuskan hubungannya dengan orang lain karena berseberangan dalam urusan duniawi mereka.

Adapun terhadap orang-orang yang menyelisihi perkara Agama, bagi mereka ringan saja urusannya."*

(Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah)


*  Logika berpikir yang terbalik (salah), masalah kecil dianggap penting, masalah yang besar (Agung) dianggap sepele, (pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (738)

 


KERUGIAN DARI SIFAT SOMBONG

بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidaklah masuk ke dalam hati seseorang sedikit dari sifat Sombong, melainkan akan berkurang akal sehatnya sebanyak itu pula."*

(Asy-Syaikh Muhammad bin Al-Husain bin Ali rahimahullah)

oOo

*  Kalau sifat sombongnya banyak, akan banyak pula berkurang akal sehatnya.

Oleh karena itu, sering kita dapati orang yang sombong, ucapan dan perbuatannya sering keluar dari akal sehat (Al-Ustadz Sirajudin).

**  Yang lebih mengerikan adalah ancaman sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam terhadap orang yang sombong;  "Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebiji dzarrah dari sifat sombong.  Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." (pen blog).


APA ITU AMAL SHALIH?

 


بسم الله الرحمان الرحيم

"Amal shalih itu adalah; amalan yang bersih dari Riya' (Segala macam pamrih duniawi), dan terikat (sesuai) dengan Sunnah."*

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

oOo

* Jadi, niat melakukan perbuatan itu semata-mata hanya mencari;  Surga, Wajah Allah, dan keridhaan-Nya.  Serta tata caranya tidak menyelisihi / bertentangan dengan Sunnah (petunjuk) Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam secara lahir maupun batin.

(Baca artikel, IBADAH BUKAN KEBIASAAN)

Perkataan orang-orang (tarikat Sufi atau sempalan Islam lainnya) yang mengatakan, bahwa keikhlasan itu harus bersih dari seluruh pamrih (dunia maupun Akhirat) adalah keliru, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada umat Islam agar meminta Surga yang paling tinggi (Surga Firdaus) dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Baca artikel, KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA, dan APA ITU FITRAH? (pen blog).