Rabu, 23 Desember 2020

DENGAN APA JIWA ITU MENJADI SUCI?

 


بسم الله الرحمان الرحيم

"Manusia akan senantiasa terbimbing (terjaga) fitrahnya selama mereka mau mengikuti kebenaran, tidak menolaknya.  Sehingga, setiap kali ia menerima kebenaran, maka ilmunya akan semakin bertambah.

Barangsiapa yang tawadhu' satu derajat, maka Allah akan mengangkatnya satu derajat - terus menerus demikian hingga akhirnya ia berhasil menduduki maqam yang tinggi ('Illiyyin)

Akan tetapi, bila ia sombong (menolak kebenaran) sekali saja, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan merendahkannya satu derajat - terus demikian hingga lama-kelamaan ia berada di maqam (tempat) yang paling rendah (Sijjin)."

('Ulama)


📝 Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam salah satu kitabnya, Az-Zuhd wal Wara’,

Jiwa akan menjadi suci dengan meninggalkan hal yang diharamkan dan melaksanakan hal yang diperintahkan oleh Allah.”

وَنَفۡسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠

“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan (kefasikan) dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”  

(QS. Asy-Syams: 7—10)

📝 Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan ayat berikut,

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدًا

“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.” 

(QS. An-Nur: 21)

"Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan, bahwa kesucian jiwa hanya bisa diperoleh dengan meninggalkan perbuatan kejiOleh karena itu, Allah berfirman,

قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ

‘Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya.’ 

(QS. An-Nur: 30)

💎 Sebab, meninggalkan kejelekan-kejelekan adalah amalan jiwa. Secara tabiat, jiwa mengetahui bahwa amalan jelek adalah perbuatan yang tercela dan dibenci. Maka dari itu, hendaklah jiwa itu melawan keinginan buruk yang mengajaknya ke sana; jika ia benar-benar beriman kepada kitab-Nya, dan Risalah yang dibawa oleh Nabi-Nya.

✅  Jadi, percaya, iman, benci, dan melawan hawa nafsu adalah amalan yang dilakukan oleh jiwa yang suci, yang akan menjadikannya semakin suci apabila ia melakukannya

❌  Berbeda halnya jika jiwa tersebut justru mengerjakan berbagai kejelekan.  Jiwa akan ternodai dan tidak tumbuh (menjadi baik), ibarat sebuah tanaman yang ditumbuhi semak belukar di sekelilingnya.” (Az-Zuhd wal Wara’)


Catatan penulis;

Di negara Indonesia tercinta ini terdapat ratusan kelompok Tarikat (Cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala / Suluk) yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.  Mereka mengambil jalan dan metode sendiri yang disangka baik untuk menyucikan jiwanya.  Tidak merasa cukup dengan bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Bagaimana mungkin tujuan tersebut bisa tercapai bila cara yang ditempuh menyelisihi syari'at Rasul yang diutus, padahal Beliaulah manusia yang paling mengenal-Nya dan paling paham tentang syariat-Nya?

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah;
"Andaikan seseorang mahir membaca Al-Qur'an, namun akidahnya dibangun di atas Ilmu Filsafat;  Kewajiban apa yang telah dia tunaikan terhadap Al-Qur'an?"

(Syarah Lum'atul I'tiqad, Syaikh Utsaimin, yang dilengkapi Syarah Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, hal 290-292).

(Baca juga artikel, KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA)


oOo


Disadur dari tulisan;

DENGAN APA JIWA MENJADI SUCI?

🌎 simpellink.com/salafyonline



Tidak ada komentar:

Posting Komentar