Rabu, 16 Desember 2020

KEUTAMAAN MENANGIS KARENA ALLAH


 بسم الله الرحمان الرحيم

Sobat muda, seluruh hamba di hadapan Allah sama, tidak ada yang perkasa.  Tidak ada yang gagah berani, dan tidak ada pula yang hebat.  Makhluk yang bernama manusia itu begitu lemah, dan  membutuhkan Kekuatan Allah 'Azza wa Jalla, membutuhkan kasih sayang dan  ampunan-Nya.  Sehingga, tangisan dan rintihan manusia karena-Nya, baik karena takut maupun rindu, merupakan bentuk penghambaan diri dari orang-orang yang bertakwa, dan dilakukan oleh siapa saja yang merasa dirinya beriman. 


Coba kita tengok, bagaimana Allah  memuji orang yang menangis saat mendengar firman-Nya.  Tangisan yang muncul karena wujud keimanan dalam dirinya. Dalam surat Al-Isra disebutkan,

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur diatas muka mereka sambil bersujud, Dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Mereka tersungkur diatas muka mereka sambil menangis sehingga Allahpun senantiasa menambah ke-khusyu-an (ke dalam hati mereka)”  [QS. Al-Israa: 107-109].

Sikap seperti ini ditunjukkan pula oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai suri tauladan manusia sepanjang zaman. 

Ibnu Mas’ud (radhiyallahu 'anhu) berkata, “Suatu ketika, Rasulullah memintaku agar membacakan Al-Qur'an kepadanya. Maka Ibnu Mas’udpun mengatakan, “Bagaimana (mungkin) aku membacakan Al-Qur'an kepadamu wahai Rasulullah !? padahal Al-Qur'an ini diturunkan kepadamu. “ 

“Aku ingin mendengarnya dari orang lain” ungkap Beliau.  Maka, Ibnu Mas’ud pun memulai bacaannya dari surah An-Nisaa.  Ketika sampai pada ayat; 41 yang berbunyi, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat, dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu...” 

Rasulullah pun berkata, “Cukup”. Ketika aku (Ibnu Masud) menoleh kepada Beliau, ternyata air mata Rasulullah sedang bercucuran.  [HR. Al-Bukhari, dan Muslim]. 

Bahkan, di kalangan para Sahabat Nabipun juga mewarisi sikap (tabi'at) demikian.  Mereka adalah pribadi-pribadi yang cengeng di hadapan Allah di malam hari, tetapi perkasa bak harimau di siang hari di hadapan musuh, dan di medan pertempuran. Demikianlah bila keimanan telah merasuk, dan menetap di dalam hati, dikuatkan dengan ilmu tentang Keagungan dan Keperkasaan Allah Sang Khaliq (Pencipta). 

Allah berfirman dalam Al-Quran (yang artinya),

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para 'ulama (orang-orang yang berilmu).  Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Fathir: 28]. 

Oleh karenanya, tidaklah berlebihan dan mengherankan, bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saja sebagai Penghulu para Nabi dan Rasul, orang yang paling mengetahui, paling mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan,

“Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling tahu tentang Allah, dan paling takut kepada-Nya.”  [HR. Al-Bukhari]

KEUTAMAAN MENANGIS KARENA ALLAH

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjamin keselamatan dari api Neraka bagi mata-mata yang meneteskan air karena takut pada-Nya. 

Sobat muda, dikarenakan tangis merupakan panji keimanan bagi orang mukmin, maka keutamaan yang dimilikinya sangatlah besar. Sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah, 

"Tidaklah akan masuk Neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke asalnya (ke tempat kejadiannya).  Debu peperangan di jalan Allah tidak akan (pernah) menyatu selamanya dengan asap api Neraka”.  [HR. At-Tirmidzi].

Termasuk dalam kategori ini, adalah orang-orang yang akan mendapatkan naungan di Akhirat kelak.  Di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.  Orang yang menangis ketika mengingat Allah dalam kesendirian.  Hatinya terpaut kepada Allah.  Merekalah orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Allah.  

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, 

"Ada 7 (tujuh) golongan yang diberikan tempat bernaung pada Hari (Kiamat). Hari di mana manusia tidak mempunyai tempat bernaung kecuali naungan-Nya: 

Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam nuansa ibadah kepada Allah, orang yang tertambat hatinya di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berdua berkumpul dan berpisah karena cinta kepada Allah.  Seseorang yang diajak (berbuat mesum) oleh seorang wanita bangsawan yang berparas cantik, lalu ia jawab, “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah dengan cara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya.  Dan orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi, hingga menetes air matanya."


Berkata Yahya bin Mu'adz rahimahullah,

مَا جَفَتْ الدُّمُوعُ إلا لِقَسَاوَةِ القُلُوبِ ومَا قَسَتْ القُلُوبُ إلا لِكَثْرَةِ الذُّنُوبِ

"Tidaklah air mata mengering (sulit menangis) melainkan karena kerasnya qalbu (hati).

Dan tidaklah qalbu (hati) mengeras melainkan karena banyaknya dosa."

 (Syu'abul Iman) 9/383


Akhirul kalam, semoga kita dijauhkan Allah 'Azza wa Jalla dari hati yang keras melebihi kerasnya batu gunung atau batu karang, sehingga sangat sulit untuk meneteskan air mata karena Allah.

Amiin, ya Rabbal 'Alamiin.

oOo

Disadur dari tulisan seorang hamba yang Mukhlis, In syaa Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar