Minggu, 10 Maret 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-80)



“BERSIKAP GHULUW (BERLEBIH-LEBIHAN) TERHADAP INDIVIDU TERTENTU”
بسم الله الر حمان الر حيم

Mereka menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang shalih sebagai masjid.

SYARAH (PENJELASAN)
Termasuk juga perilaku orang-orang jahiliyah dari kalangan Ahli Kitab dan selain mereka adalah, menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang shalih sebagai masjid-masjid.  Hal ini senantiasa akan ada pada kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrikin bangsa Arab.  Dan demikian pula (akan didapati) pada orang-orang yang menyandarkan diri mereka kepada Islam, yakni para penyembah kubur.  Dan yang pertama kali melakukan hal ini adalah para Ahli Kitab.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“sesungguhnya orang-orang sebelum kalian biasa menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai masjid, ketahuilah (ilmuilah, pen.) janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai masjid-masjid.”
Maksudnya; Mereka menjadikan kuburan sebagai tempat shalat, dimana mereka mengerjakan shalat di sampingnya.  Karena (mereka mengerjakan) shalat di sisinya adalah sebagai wasilah (sarana) untuk beribadah kepadanya, meskipun shalatnya untuk Allah.  Sebab apabila mereka shalat di sisi kuburan, maka sesungguhnya hal ini akan menjadi wasilah untuk mengibadahinya.  Maka bagaimana bila ia berdoa kepada kuburan, meminta tolong kepadanya, dan ber-istighatsah padanya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman sekarang?  Ajaran ini merupakan ajaran agama jahiliyah dari kalangan agama Yahudi, Nasrani, dan selain mereka.
(Disebutkan dalam sebuah riwayat), bahwa Ummu Salamah dan Ummu Habibah menceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang gereja-gereja milik orang Nasrani yang mereka lihat di Negeri Habasyah, yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.  (Mereka melihat hal tersebut) pada saat keduanya hijrah ke negeri Habasyah bersama suami-suami mereka, yakni hijrah yang pertama kali.  Maka Nabi bersabda (artinya),
“Mereka itu adalah suatu kaum, (yang) bila ada seorang shalih atau hamba yang shalih meninggal, maka mereka membangun masjid di atas kuburannya, dan menggambar gambar-gambarnya.  Mereka itu adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.”
Di antara ajaran agama jahiliyah adalah, menjadikan para wali dan orang-orang shalih sebagai sesembahan selain Allah ‘Azzawa Jalla.  Mereka menyangka, bahwa para wali dan orang-orang shalih tersebut akan mampu mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, dan akan memberikan syafat di sisi Allah untuk mereka.  Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Dan mereka menyembah selain Allah, apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.’”  
(QS. Yunus;  18), dan
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), 'Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’  
(QS. Az-Zumar;  3)
Mereka tidak meyakini bahwa para wali dan orang-orang shalih tersebut bisa menciptakan, memberi rezki, menghidupkan, dan mematikan.  Sebab perkara-perkara tersebut khusus dimiliki oleh Allah ‘Azza wa Jalla.  Hanya saja mereka menjadikannya sebagai perantara (wasilah) antara mereka dengan Allah Subahanahu wa Ta’ala, dan sebagai pemberi syafaat.
Orang-orang jahiliyah memalingkan macam-macam ibadah untuk para wali dan orang shalih, dengan tujuan agar dapat mendekatkan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sedekat-dekatnya.  Inilah agama jahiliyah.  Dan termasuk juga yang berjalan di atas jalan mereka, adalah para penyembah kubur pada hari ini.  Kita memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Termasuk sikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap kuburan, adalah membangun bangunan di atasnya, memasang lampu, tabir, memberi tulisan, mengecatnya dan lain sebagainya.  Semua perbuatan ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

oOo

(Disadur dari kitab, “Perilaku dan Akhak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar