Selasa, 19 Maret 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-93)



“FANATIK BUTA”
بسم الله الر حمان الر حيم

Fanatiknya seseorang terhadap golongannya semata, (tak peduli) apakah itu di atas kebenaran atau kebathilan.  Hal ini merupakan perkara yang menjadi keharusan menurut orang-orang jahiliyah.  Dan Allah telah menyebutkan tentang perkara ini (di dalam kitab-Nya).

SYARAH (PENJELASAN)
Fanatisme yang tercela adalah, bila seseorang terus menerus berada di atas kebathilan, dalam keadaan dia mengetahui kebathilan tersebut.  Baik karena kesombongan, menentang (kebenaran), membela individu atau kabilah (kelompok) tertentu.
Perbuatan ini merupakan perbuatan orang-orang jahiliyah.  Salah seorang penyair berkata,
Aku tidak lain hanyalah seorang prajurit
Jika mereka tersesat, aku pun tersesat
jika mereka mendapatkan petunjuk
aku pun akan mendapatkan petunjuk
Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menurunkan (wahyu) berkenaan dengan hal ini, sebagaimana dalam makna firman-Nya,
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”  
(QS. Al-Maidah;  8)
Maksudnya; Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menjadikan kalian tidak berbuat adil di dalam hak-hak mereka, meskipun mereka itu musuh kalian.”
Keadilan itu dituntut, baik kepada teman maupun kepada lawan (musuh).  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),
“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil meskipun dia adalah kerabat(mu).”  
(QS. Al-An’am;  152), dan
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang (yang) benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah meskipun terhadap dirimu sendiri, atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu.  Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemashlatannya.  Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.  Dan jika kamu memutar-balikkan (kata-kata), atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”  
(QS. An-Nisa’;  135)
Yang wajib dilakukan setiap orang adalah berbuat adil terhadap dirinya, kerabatnya, temannya, dan terhadap musuhnya sekalipun.  Janganlah permusuhanmu kepada seseorang menyeretmu untuk berbuat zhalim, atau bertindak sewenang-wenang terhadapnya.  Demikianlah seorang muslim seharusnya bersikap dan berperilaku.
Adapun orang-orang jahiliyah, sesungguhnya mereka fanatik terhadap kaumnya (kelompoknya), meskipun kaumnya tersebut berada di atas kezhaliman.  Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka.  Hendaknya kita mengatakan yang benar, meskipun terhadap diri kita sendiri, kerabat, teman, bahkan musuh (lawan) kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Tolonglah saudaramu, baik dia dalam keadaan zhalim, atau terzhalimi.”
Para Sahabat berkata, “wahai Rasulullah, kita menolongnya apabila dia terzhalimi, dan bagaimana kita menolongnya bila ia seseorang yang berbuat zhalim?”
Maka Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
Kamu cegah dia dari perbuatan zhalim, dengan demikian berarti kamu telah menolongnya.”  
(H.R.  Al-Bukhari, no. 2443, 2444, 6952)
Kita menolongnya yaitu dengan cara mencegahnya dari berbuat zhalim.  Dan bukanlah yang dimaksud dengan menolongnya adalah membantunya berbuat zhalim.  Maka yang demikian itu merupakan penghinaan, pelecehan, dan perendahan terhadap dirinya.

oOo

(Disadur dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar