“FANATIK BUTA”
بسم الله الر حمان الر حيم
Fanatiknya seseorang terhadap golongannya semata,
(tak peduli) apakah itu di atas kebenaran atau kebathilan. Hal ini merupakan perkara yang menjadi keharusan
menurut orang-orang jahiliyah. Dan Allah
telah menyebutkan tentang perkara ini (di dalam kitab-Nya).
SYARAH
(PENJELASAN)
Fanatisme
yang tercela adalah, bila seseorang terus menerus berada di atas kebathilan,
dalam keadaan dia mengetahui kebathilan tersebut. Baik karena kesombongan, menentang
(kebenaran), membela individu atau kabilah (kelompok) tertentu.
Perbuatan
ini merupakan perbuatan orang-orang jahiliyah.
Salah seorang penyair berkata,
Aku
tidak lain hanyalah seorang prajurit
Jika
mereka tersesat, aku pun tersesat
jika
mereka mendapatkan petunjuk
aku
pun akan mendapatkan petunjuk
Allah ‘Azza
wa Jalla kemudian menurunkan (wahyu) berkenaan dengan hal ini, sebagaimana
dalam makna firman-Nya,
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”
(QS. Al-Maidah;
8)
Maksudnya;
“Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menjadikan kalian tidak
berbuat adil di dalam hak-hak mereka, meskipun mereka itu musuh kalian.”
Keadilan itu dituntut, baik kepada teman maupun
kepada lawan (musuh). Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman (artinya),
“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil meskipun dia adalah kerabat(mu).”
(QS. Al-An’am; 152), dan
“Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang (yang) benar-benar penegak
keadilan, menjadi
saksi karena Allah meskipun terhadap dirimu sendiri, atau ibu-bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemashlatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan
jika kamu memutar-balikkan (kata-kata), atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Nisa’;
135)
Yang
wajib dilakukan setiap orang adalah berbuat adil terhadap dirinya, kerabatnya,
temannya, dan terhadap musuhnya sekalipun.
Janganlah permusuhanmu kepada seseorang menyeretmu untuk berbuat zhalim,
atau bertindak sewenang-wenang terhadapnya.
Demikianlah seorang muslim seharusnya bersikap dan berperilaku.
Adapun
orang-orang jahiliyah, sesungguhnya mereka fanatik terhadap kaumnya
(kelompoknya), meskipun kaumnya tersebut berada di atas kezhaliman. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka.
Hendaknya kita mengatakan yang benar, meskipun
terhadap diri kita sendiri, kerabat, teman, bahkan musuh (lawan) kita.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Tolonglah
saudaramu, baik dia dalam keadaan zhalim, atau terzhalimi.”
Para
Sahabat berkata, “wahai Rasulullah, kita menolongnya apabila dia terzhalimi,
dan bagaimana kita menolongnya bila ia seseorang yang berbuat zhalim?”
Maka
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Kamu
cegah dia dari perbuatan zhalim, dengan demikian berarti kamu telah
menolongnya.”
(H.R. Al-Bukhari, no. 2443, 2444, 6952)
Kita
menolongnya yaitu dengan cara mencegahnya dari berbuat zhalim.
Dan bukanlah yang dimaksud dengan menolongnya adalah membantunya berbuat
zhalim. Maka yang demikian itu merupakan penghinaan, pelecehan, dan perendahan terhadap dirinya.
oOo
(Disadur
dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul
Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar