Selasa, 05 Maret 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-57 & 58)



MENTAHRIF (MENGUBAH) DAN MEMASUKKAN UCAPAN MANUSIA KE DALAM KITAB ALLAH”
بسم الله الر حمان الر حيم

Men-tahrif (mengubah) kalimat (dalam kitab Allah) dari tempatnya, dan memasukkan ucapan manusia ke dalam kitab (Allah).


SYARAH (PENJELASAN)
Men-tahrif kalimat dari tempat-tempatnya adalah merubah huruf-hurufnya, atau memalingkan dari makna yang sebenarnya.  Dalam hal ini pentahrifan ahli kitab adalah yang paling jelek.  Mereka telah mentahrif kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya.  Baik dengan cara merubah lafazhnya, merubah makna-maknanya, maupun menafsirkan dengan tafsiran yang bathil.
Setiap orang yang men-tahrif kalamullah, maka sesungguhnya dia telah berada di atas madzhab jahiliyah.  Adapun Ahlul Bathil dan orang-orang yang menyelisihi (ajaran) Islam, dari kalangan kelompok-kelompok sesat yang menashabkan diri mereka kepada Islam, maka mereka telah melakukan perubahan terhadap nash-nash (dalam Al-Qur'an dan hadits), agar mencocoki maksud, tujuan, dan madzhabnya.  Baik mereka merubah lafazh-lafazhnya, makna-maknanya, maupun mentafsirkan dengan tafsiran yang bathil (keliru).  Dan perbuatan ini merupakan warisan perbuatan orang-orang jahiliyah.
Yang wajib (bagi kita) adalah mengimani apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik lafazh maupun maknanya, dan mengamalkannya sesuai dengan kandungannya, tanpa merubah dan menyimpangkannya.  Inilah yang wajib.  Baik itu mencococki hawa nafsu dan keinginanmu ataupun tidak.
Pada saat sekarang ini, orang-orang yang memiliki pemahaman yang jelek, dan madzhab yang bathil menafsirkan nash-nash yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tafsiran yang bathil, apabila mereka tidak mampu menolak dan mendustakannya.  Cara yang seperti ini adalah tata cara orang-orang jahiliyah, dan metode kaum Yahudi.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap manusia-manusia yang beriman, adalah menghormati dan memuliakan kitabullah, dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengimani keduanya secara lafazh dan makna, sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Tidak mengubah nash-nash dari makna yang sebenarnya, dan tidak pula mengubah lafazh-lafazhnya, baik dengan menambah-nambah atau mengurangi, ataupun menyusupkan kebathilan ke dalamnya (dengan alasan / tujuan apa pun, pen.)

Catatan Penulis Blog;
Termasuk juga dalam perkara ini adalah orang-orang yang ingin memalingkan makna ("memperhalus", menurut sangkaan mereka) kata "Kafir" dari makna aslinya.  Sadar atau tidak, mereka telah masuk ke dalam perangkap iblis.  Dan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti mereka akan "memperhalus" perumpamaan-perumpamaan lain yang dibuat Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Kitab-Nya terhadap orang-orang kafir, bodoh, munafik dan sesat seperti kata keledai, binatang ternak, anjing, dan perumpamaan lainnya.  
"Na'uudzubillahi min dzaalika" 

oOo

(Disalin dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah;  Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar