“MENTAHRIF (MENGUBAH) DAN MEMASUKKAN
UCAPAN MANUSIA KE DALAM KITAB ALLAH”
بسم الله الر حمان الر حيم
Men-tahrif (mengubah) kalimat (dalam kitab
Allah) dari tempatnya, dan memasukkan ucapan manusia ke dalam kitab (Allah).
SYARAH (PENJELASAN)
Men-tahrif
kalimat dari tempat-tempatnya adalah merubah huruf-hurufnya, atau memalingkan dari
makna yang sebenarnya. Dalam hal ini
pentahrifan ahli kitab adalah yang paling jelek. Mereka telah mentahrif kalimat-kalimat dari
tempat-tempatnya. Baik dengan cara
merubah lafazhnya, merubah makna-maknanya, maupun menafsirkan dengan tafsiran yang
bathil.
Setiap orang yang men-tahrif kalamullah,
maka sesungguhnya dia telah berada di atas madzhab jahiliyah.
Adapun Ahlul Bathil dan orang-orang yang menyelisihi (ajaran) Islam,
dari kalangan kelompok-kelompok sesat yang menashabkan diri mereka
kepada Islam, maka mereka telah melakukan perubahan terhadap nash-nash
(dalam Al-Qur'an dan hadits), agar mencocoki maksud, tujuan, dan madzhabnya. Baik mereka merubah lafazh-lafazhnya,
makna-maknanya, maupun mentafsirkan dengan tafsiran yang bathil (keliru). Dan perbuatan ini merupakan warisan
perbuatan orang-orang jahiliyah.
Yang wajib (bagi kita) adalah mengimani apa yang
telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik lafazh maupun maknanya,
dan mengamalkannya sesuai dengan kandungannya, tanpa merubah dan
menyimpangkannya. Inilah yang
wajib. Baik itu mencococki hawa nafsu
dan keinginanmu ataupun tidak.
Pada
saat sekarang ini, orang-orang yang memiliki pemahaman yang jelek, dan madzhab
yang bathil menafsirkan nash-nash yang shahih dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan tafsiran yang bathil, apabila mereka tidak mampu
menolak dan mendustakannya. Cara
yang seperti ini adalah tata cara orang-orang jahiliyah, dan metode kaum Yahudi.
Kewajiban
yang harus dilakukan oleh setiap manusia-manusia yang beriman, adalah
menghormati dan memuliakan kitabullah, dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, mengimani keduanya secara lafazh dan makna, sesuai dengan apa
yang dimaukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tidak mengubah nash-nash
dari makna yang sebenarnya, dan tidak pula mengubah lafazh-lafazhnya, baik
dengan menambah-nambah atau mengurangi, ataupun menyusupkan kebathilan ke dalamnya (dengan alasan / tujuan apa pun, pen.)
Catatan Penulis Blog;
Termasuk juga dalam perkara ini adalah orang-orang yang ingin memalingkan makna ("memperhalus", menurut sangkaan mereka) kata "Kafir" dari makna aslinya. Sadar atau tidak, mereka telah masuk ke dalam perangkap iblis. Dan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti mereka akan "memperhalus" perumpamaan-perumpamaan lain yang dibuat Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Kitab-Nya terhadap orang-orang kafir, bodoh, munafik dan sesat seperti kata keledai, binatang ternak, anjing, dan perumpamaan lainnya.
Catatan Penulis Blog;
Termasuk juga dalam perkara ini adalah orang-orang yang ingin memalingkan makna ("memperhalus", menurut sangkaan mereka) kata "Kafir" dari makna aslinya. Sadar atau tidak, mereka telah masuk ke dalam perangkap iblis. Dan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti mereka akan "memperhalus" perumpamaan-perumpamaan lain yang dibuat Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Kitab-Nya terhadap orang-orang kafir, bodoh, munafik dan sesat seperti kata keledai, binatang ternak, anjing, dan perumpamaan lainnya.
"Na'uudzubillahi min dzaalika"
oOo
(Disalin
dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr.
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar