Jumat, 22 Maret 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-113)



“MENCAMPUR ANTARA KEBENARAN DENGAN KEBATHILAN AGAR KEBATHILAN ITU DITERIMA”
بسم الله الر حمان الر حيم

Al-Labsu (mengaburkan) kebenaran dengan kebathilan.

SYARAH (PENJELASAN)
Merupakan adat dan tradisi orang-orang kafir dan jahiliyah dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan dari kalangan orang-orang Islam yang menyerupai mereka adalah, mengaburkan kebenaran dengan kebathilan.
Al-Labtsu adalah Al-Kalthu, yakni mencampur adukkan.  Maksudnya, mereka mencampur adukkan antara kebenaran dengan kebathilan, dalam rangka (untuk) menyebarkan kebathilan tersebut.  Karena kalau kebathilan semata (yang disebarkan), pastilah tidak akan ada seorang pun yang mau menerimanya.  Akan tetapi apabila dikaburkan (dicampur) dengan kebenaran, maka orang-orang yang mudah tertipu dari kalangan orang yang beriman, dan kalangan orang yang dangkal pandangannya akan mudah menerimanya, dan mereka akan mengatakan, “Di dalamnya ada (terselip) kebenaran.”  Lalu mereka pun menerima semuanya.
Adapun seandainya mereka menerima kebenaran saja darinya dan menolak yang bathil, niscaya akan baiklah tindakan itu.  Akan tetapi jika mereka menerima secara keseluruhan (tanpa mau memilah-milah), maka ini adalah suatu kesalahan.  Maka yang wajib bagi orang-orang berilmu dan berakal sehat, hendaknya jangan menerima segala sesuatu yang sesuai (cocok) dengan perasaannya saja.  Akan tetapi hendaklah diteliti dan diperiksa terlebih dahulu.  Lalu diterima jika di dalamnya terdapat kebenaran, dan ditolak atau dikembalikan jika di dalamnya ada kebathilan.
Terkadang orang-orang kafir menyampaikan kebenaran bukan dalam rangka semangat, atau menyukai kebenaran tersebut, akan tetapi mereka menyampaikannya untuk menyebarkan (“menyelipkan”) kebathilan padanya.  Maka, wajiblah kita waspada terhadap perbuatan mereka.  Ini merupakan tindakan preventif dan tidak tergesa-gesa dalam menerima perkara tersebut.
Ketika telah tampak pada perkara tersebut cahaya kebenaran, yang sebelumnya telah diuji dan diperiksa, maka kebenaran yang ada di dalamnya kita ambil, dan kebathilan yang ada di dalamnya kita tolak.  Dan (masalah) yang seperti ini hanya diketahui oleh ahli ilmu (‘ulama) dan ahli bashirah.
Adapun kalangan awam dan orang yang jahil (bodoh), yang sempit cara pandangnya, akan tertipu dan terkelabui dengan perkara-perkara semacam ini.  Oleh karena itu, yang menjadi kewajiban bagi mereka adalah bertanya kepada ahli ilmu (orang yang lebih mengetahui), dan meminta bimbingan para ‘ulama sebelum menerimanya, sehingga mereka bisa selamat dari berbagai kerancuan.

oOo

(Disadur dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah; Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar