Selasa, 19 Maret 2019

128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-99)



“MEMANDANG DUNIA DENGAN PENUH KEKAGUMAN”
بسم الله الر حمان الر حيم

Di dalam hati mereka (memandang) bahwa dunia itu sangatlah besar dan agung, sebagaimana ucapan mereka sendiri  (di dalam makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala),
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar dari salah satu dua negeri ini?'  
(QS. Az-Zukhruf;  31)

SYARAH (PENJELASAN)
Termasuk dari perkara jahiliyah adalah mengagungkan dunia dalam jiwa-jiwa mereka.  Orang-orang yang memiliki harta benda menurut mereka adalah orang-orang yang mulia, dan orang yang tidak memiliki harta benda adalah orang yang rendah dan hina.
Sampai-sampai di dalam masalah wahyu – dimana hal tersebut merupakan hak (prerogatif) Allah Subahanahu wa Ta’ala di dalam menentukan kepada siapa wahyu akan diturunkan (mereka kritisi).  Mereka berpandangan bahwa, wahyu itu wajib diturunkan kepada orang-orang kaya (terpandang), dan tidak diperkenankan untuk diturunkan kepada kaum fakir miskin.
Mereka berkata, “Allah tidak mendapati seseorang, kecuali seorang anak yatim (asuhan) Abu Thalib untuk diutus-Nya.”  Yang mereka maksudkan adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar dari salah satu dua negeri ini?’”  
(QS. Az-Zukhruf;  31)
Dua negeri yang mereka maksudkan adalah Mekkah dan Thaif.  Dan orang yang dimaukan (mereka maksudkan) adalah Al-Walid bin Al-Mughirah dari Mekkah, atau Habib bin ‘Amr Ats-Tsaqafi dari Thaif, dan ada (juga) yang mengatakan Urwah bin Mas’ud dari Thaif.
Mereka mengatakan, “Andai wahyu itu diturunkan kepada salah seorang tersebut, pastilah ini lebih pantas.”  Akan tetapi wahyu itu diturunkan kepada seorang anak yatim lagi fakir, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hal ini tidak pantas menurut mereka.  Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
. . .اهم يقسمون رحمة ربك   / “Ahum yaqsimuuna rahmata rabbika”  / “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu?”  
(QS. Az-Zukhruf;  32)
Maknanya;  Mereka ikut campur tangan di dalam perbuatan Allah ‘Azza wa Jalla.  Mereka berkeinginan untuk membagi rahmat Allah (sesuai keinginan mereka), dan tidak mau percaya dengan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lakukan. 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
. . .  الله اعلم حيث يجعل رسالته . . . /  “Allahu a’lamu haitsu yaj’alu risaalatahu” / “Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.”  
(QS. Al-An’am;  124)
(Baca dan renungkan syair, Inilah DUNIA)

oOo
(Disadur dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah;  Dr.  Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar