“MEMANDANG DUNIA DENGAN PENUH KEKAGUMAN”
بسم الله الر حمان الر حيم
Di dalam
hati mereka (memandang) bahwa dunia itu sangatlah besar dan agung, sebagaimana
ucapan mereka sendiri (di dalam makna firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala),
“Dan
mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar
dari salah satu dua negeri ini?'”
(QS. Az-Zukhruf; 31)
SYARAH (PENJELASAN)
Termasuk dari perkara jahiliyah adalah mengagungkan
dunia dalam jiwa-jiwa mereka. Orang-orang yang memiliki harta
benda menurut mereka adalah orang-orang yang mulia, dan orang yang tidak
memiliki harta benda adalah orang yang rendah dan hina.
Sampai-sampai
di dalam masalah wahyu – dimana hal tersebut merupakan hak (prerogatif) Allah Subahanahu
wa Ta’ala di dalam menentukan kepada siapa wahyu akan diturunkan (mereka
kritisi). Mereka berpandangan bahwa,
wahyu itu wajib diturunkan kepada orang-orang kaya (terpandang), dan tidak
diperkenankan untuk diturunkan kepada kaum fakir miskin.
Mereka
berkata, “Allah tidak mendapati seseorang, kecuali seorang anak yatim (asuhan)
Abu Thalib untuk diutus-Nya.” Yang
mereka maksudkan adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman (artinya),
“Dan
mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar
dari salah satu dua negeri ini?’”
(QS. Az-Zukhruf; 31)
Dua
negeri yang mereka maksudkan adalah Mekkah dan Thaif. Dan orang yang dimaukan (mereka maksudkan)
adalah Al-Walid bin Al-Mughirah dari Mekkah, atau Habib bin ‘Amr Ats-Tsaqafi
dari Thaif, dan ada (juga) yang mengatakan Urwah bin Mas’ud dari Thaif.
Mereka
mengatakan, “Andai wahyu itu diturunkan kepada salah seorang tersebut, pastilah
ini lebih pantas.” Akan tetapi wahyu itu
diturunkan kepada seorang anak yatim lagi fakir, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka hal ini tidak pantas menurut mereka. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
. . .اهم يقسمون رحمة ربك / “Ahum yaqsimuuna rahmata rabbika” / “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Rabb-mu?”
(QS. Az-Zukhruf; 32)
Maknanya; Mereka ikut campur tangan di dalam perbuatan
Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka
berkeinginan untuk membagi rahmat Allah (sesuai keinginan mereka), dan tidak
mau percaya dengan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lakukan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
. . . الله اعلم حيث يجعل رسالته . . . / “Allahu a’lamu haitsu yaj’alu
risaalatahu” / “Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas
kerasulan.”
(QS. Al-An’am; 124)
(Baca dan renungkan syair, Inilah DUNIA)
(Baca dan renungkan syair, Inilah DUNIA)
oOo
(Disadur
dari kitab, “Perilaku dan Akhlak Jahiliyah”, Al-Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab At-Tamimi, Syarah;
Dr. Shalih bin Fauzan bin
Abdullah Al-Fauzan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar