Senin, 03 Mei 2021

TUJUAN PUASA, SHALAT MALAM, DAN IKTIKAF

 


بسم الله الرحمان الرحيم

🌴 Bagusnya kondisi hati manusia dan keistiqamahannya sangat tergantung pada bisa atau tidaknya terkumpul semua aspek amalan-amalan hati manusia, yang hanya ditujukan kepada Allah ﷻ semata. 

Untuk mengumpulkan aspek-aspek hati yang berpencar tersebut, hanya bisa dilakukan dengan menghadap secara totalitas kepada Allah ﷻ saja.

⛔ Sementara itu, di sana ada hal-hal yang justru membuat aspek-aspek hati tersebut semakin tercerai-berai. Hal tersebut terjadi karena berlebihan dalam hal makan, minum, tidur, berbicara, dan bergaul dengan manusia.

Berlebihan dalam perkara-perkara tersebut akan melemahkan perjalan menuju Allah ﷻ , bahkan menghalangi - dan menghentikannya.

✅ Oleh karena itu, karena kasih sayang Allah ﷻ kepada manusia, maka Dia mensyariatkan amalan-amalan yang dapt mengurangi diri manusia kelebihan pada perkara-perkara tersebut.

Allah ﷻ menyariatkan puasa dalam rangka untuk menghilangkan kelebihan makan dan minum, serta mengosongkan hati dari syahwat yang bercampur dengan isi hati manusia.

Allah ﷻ juga mensyariatkan shalat malam untuk mengurangi kelebihan tidur.

Untuk mengurangi berlebihan dalam berbicara dan bergaul, Allah ﷻ mensyariatkan iktikaf. 

✅ Dengan sebab iktikaf, hati akan tertuju dan terkumpul secara terus-menerus kepada Allah ﷻ, dan menyendiri dengan-Nya, memutus kesibukan dengan para makhluk, dan hanya menyibukkan diri dengan Allah Yang Mahasuci saja, yang mana pada tataran niat dan lintasan hati, ingatannya, kecintaannya, dan arahnya hanya kepada-Nya semata.

Sehingga, semua keinginan hatinya tertuju kepada Allah ﷻ saja.  Semua lintasan pikirannya melulu berupa mengingat-Nya.  Serta olah pikirnya adalah untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan kedekatan kepada-Nya.

Jadilah perasaan senang dan tentram adalah kepada Allah ﷻ saja, sebagai pengganti dari merasa senang dan tentram terhadap makhluk. 

✅ Oleh sebab itu, perasaan senang dan tentram kepada-Nya tersebut ditujukan untuk mendapatkan rasa senang dan tentram pada hari kengerian di alam kubur (barzahk), yaitu ketika tidak ada yang memberikan ketenangan dan kegembiraan kecuali Dia.  Inilah maksud terbesar dari iktikaf. 

Tatkala maksud ini hanya tercapai jika disertai dengan puasa, maka iktikaf disyariatkan pada hari-hari yang paling utama di waktu puasa, yaitu sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.


📚 (Disadur dari Kitab Zadul-Ma'ad, juz 2, hlm. 82-83, karya Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)


➖➖➖

📝 *Catatan Penyadur:

Terwujudkah maksud disyariatkannya puasa, shalat malam, dan iktikaf tersebut pada diri kita?

Mari kita koreksi diri kita masing-masing.

Barakallahu fiikum.


✒ Oleh: Ustadz Muhammad Rofi حفظه الله



Tidak ada komentar:

Posting Komentar