بسم الله الرحمن الرحيم
Tendensi manusia akhir zaman semakin tidak peduli dengan halal - haram. Semuanya "disikat", hantam kromo selagi ada kesempatan dan kekuasaan, demi pelampiasan hawa nafsu dan gaya hidup (hedonisme).
Persis seperti yang disabdakan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam 14 abad yang lampau;
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
"Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman, pada saat itu seseorang tidak peduli lagi dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan halal ataukah haram."
[HR. Al-Bukhari]
Rakus dan tamak terhadap dunia, tidak ada lagi rasa takut terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, menganggap enteng resiko yang akan ditanggung di Akhirat kelak, menunjukkan kurangnya ilmu Agama dan ketaqwaan.
Firman Allah 'Azza wa Jalla;
ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ
...Innamā yakhsyallāha min 'ibādihil-'ulamā`...
..."Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama..."
(QS. Al-Fathir; 28)
Dan, tiada lain yang menyebabkan hilangnya rasa takut manusia kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah kebodohan dan ketiadaan ilmu.
Beberapa Akibat Buruk Harta (Makanan) Haram adalah;
Tertolaknya amal ibadah, doa yang tidak dikabulkan oleh Allâh 'Azza wa Jalla, dan harta serta usaha yang tidak diberkahi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang berkata, “Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya): "Sesungguhnya Allâh 'Azza wa Jalla itu baik dan Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allâh telah memerintahkan kepada orang-orang beriman dengan apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Sebagaimana Allâh 'Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
"Wahai sekalian para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan."
[QS. Al-Mukminûn (23): 51]
Sedekah dari harta yang haram akan tertolak (tidak diterima). Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ ، وَلاَ صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ
"Allâh tidak akan menerima shalat seseorang tanpa berwudlu (bersuci), dan tidak akan menerima sedekah dari harta ghulul (curian / korupsi / suap / Mark-up yang tidak resmi, dll)."
[HR. Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَدَّيْتَ زَكَاةَ مَالِكَ فَقَدْ قَضَيْتَ مَا عَلَيْكَ، وَمَنْ جَمَعَ مَالًا حَرَامًا ثُمَّ تَصَدَّقَ مِنْهُ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِ أَجْرٌ وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ
"Jika engkau telah menunaikan zakat hartamu maka engkau telah melaksanakan kewajiban dan barangsiapa mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan beroleh pahala, bahkan dosa yang akan menimpanya."
[HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibbân dalam Shahihnya]
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda :
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحتٍ إلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَولَى بِهِ
"Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali Neraka lebih utama baginya."
[HR. Tirmidzi]
Arti kata السحت dalam hadits di atas adalah semua yang haram dalam segala jenisnya, baik dzat maupun caranya seperti hasil riba, hasil suap-menyuap, mengambil harta anak yatim dan hasil berbagai bisnis yang diharamkan syari’at.
Hendaklah setiap muslim selalu ingat, bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan bertanya padanya pada Hari Kiamat kelak tentang hartanya; Darimana dia peroleh dan kemana dia belanjakan.
Maka siapa yang melatih dirinya untuk memiliki sifat takwa, wara’ (menahan diri dari yang haram), ‘iffah (menjaga kehormatan diri), qanâ’ah (mencukupkan diri dengan yang ada dan halal), serta memandang kebawah dalam urusan dunia. Memandang ke atas dalam urusan Akhirat.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
"Katakanlah, 'Kesenangan di dunia ini hanya sekejap dan Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun'”
[QS. An-Nisâ’ (4); 7]
Dari Sahabiyah yang mulia, Khaulah Al-Anshâriyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ رِجَالًا يَتَخَوَّضُونَ فِي مَالِ اللَّهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمْ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Sesungguhnya ada sebagian orang yang mengambil harta milik Allâh tidak dengan cara yang haq, sehingga mereka akan mendapatkan Neraka pada Hari Kiamat"
[HR. Al-Bukhari]
Ghulul, adalah Dosa Besar yang dianggap remeh.
Diantara dosa besar yang dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat (Al-Ghulûl) adalah mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Seperti harta milik pemerintah, atau memanfaatkan barang-barang inventaris kantor untuk kepentingan pribadi atau keluarga. Perilaku semacam ini termasuk kezhaliman yang besar, pelakunya diancam dengan hukuman yang keras di dunia dan hukuman berat di Akhirat, sebagaimana firman Allâh 'Azza wa Jalla:
وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu”
[QS. Ali Imrân (3): 161]
Dari Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mempekerjakan seseorang dari kabilah Al-Azdi yang bernama Ibnu Al-Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Setelah bekerja ia datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Ini untuk Anda dan yang ini untukku, aku diberi hadiahkan. Mendengar ini, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar seraya bersabda, ‘Ada apa dengan seorang pengurus zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan, ‘Ini untukmu dan ini hadiah untukku!’ Cobalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau rumah ibunya, dan melihat, apakah ia diberi hadiah ataukah tidak? Demi Allâh Azza wa Jalla, tidaklah seseorang datang dengan mengambil sesuatu dari yang tidak benar melainkan (kelak) dia akan datang dengannya pada Hari Kiamat, lalu dia akan memikulnya di lehernya. (Jika yang ia ambil adalah) unta, maka akan keluar suara unta. Jika sapi, maka akan keluar suara sapi; Jika kambing, maka akan keluar suara kambing.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami bisa melihat putih kedua ketiak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, ‘Yaa Allâh! Aku telah menyampaikannya!?’
[HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu yang berkata bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), "Barangsiapa yang kami angkat untuk melakukan suatu tugas, dan kami telah menetapkan rezeki (gaji atau upahnya), maka harta yang dia ambil selain gaji dari kami adalah ghulûl (pengkhianatan, korupsi atau penipuan)"
[HR. Abu Daud]
Jika penyakit ghulûl (korupsi, mengambil sesuatu yang bukan haknya) dibiarkan merajalela, maka dia akan menyebar kemana-mana, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta. Orang-orang yang sudah terbiasa mengambil suatu yang kecil, lama kelamaan akan berani mengambil yang lebih besar.
Gejala ini dapat dilihat dari trend korupsi yang terjadi di Indonesia. Dulu korupsi dalam jumlah milyaran rupiah sudah dianggap besar, tapi sekarang mainnya sudah Triliunan, puluhan bahkan ratusan Triliun. Nominal milyaran dianggap tidak seberapa. Betul-betul mengerikan dan memprihatinkan.
---
Berkata Sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ûd radhiyallahu 'anhu,
“Yang pertama kali hilang dari agamamu adalah (sifat) amanah.”
Sifat amanah berarti dapat dipercaya serta memiliki rasa tanggung jawab (dunia dan Akhirat) pada setiap tugas atau kepercayaan yang diembankan padanya.
Bila sifat amanah sudah tidak ada, maka jangan harap keadilan akan tegak. Lawannya, kezhaliman pasti akan merajalela. Hilang rasa aman dalam kehidupan bermasyarakat, berganti dengan ketakutan yang senantiasa menghantui. Berbagai fitnah yang belum pernah ada sebelumnyapun bermunculan, karena keberkahan hidup telah hilang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya);
"Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah Hari Kiamat."
(HR. Abu Hurairah)
Berarti, dengan hilangnya amanah pertanda bahwa Hari Kiamat telah sangat dekat.
Inna lillahi wa Inna ilaihi raaji'uun.
(pen blog, dari berbagai sumber).
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar