Selasa, 08 Oktober 2024

GELIAT DAN GELAGAT KOMUNISME DI INDONESIA

 

بسم الله الرحمن الرحيم 

Kesenjangan informasi yang terjadi khususnya tentang sejarah kelam bangsa Indonesia di masa lalu bisa menjadi celah masuknya kepentingan kaum komunis ke generasi milenial dan generasi Z.

Ucapan fenomenal Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, JAS MERAH;  Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, seakan telah terlupakan.


Di salah satu sudut Universitas Negeri Jember, secara berderet dipajang grafiti palu arit.
Apakah ini aksi spontanitas atau aksi angkatan muda komunis?  Beberapa anak muda tanpa rasa canggung memakai kaos yang berlogo Palu Arit, seolah tanpa beban sejarah di pundaknya.  Semua itu mereka lakukan karena faktor ketidak tahuan sejarah bangsa mereka.
Yang jelas, dari sekian banyak fenomena yang terjadi, mengisyaratkan bahwa hal itu tidak bisa dianggap sepele.  Beragam fenomena kebangkitan komunisme dengan kemasan kekinian tetap harus diwaspadai dan dicegah sedini mungkin, dengan cara mempertebal jiwa agamis yang lurus adalah cara terbaik menolak paham komunisme dan berbagai variannya.
Di Pamekasan, Jawa Timur misalnya, di tengah keramaian pawai bermunculan simbol-simbol Partai Komunis Indonesia (PKI).  Tak cuma gambar palu arit yang dipertontonkan.  Foto beberapa tokoh PKI pun disertakan dalam pawai itu.
Anak-anak sekolah yang mengusungnya dengan gagah membawa beragam atribut PKI.
Yang lebih memprihatinkan lagi, semua itu mereka lakukan atas perintah guru-guru di sekolahnya.
Meskipun ada klarifikasi dari sejumlah guru setelah berita itu menyebar di tengah masyarakat. Namun, apapun alasan yang dikemukakan, tentu sedikit banyak meninggalkan goresan hitam di wajah Ibu Pertiwi.

Barangsiapa yang mendukung dan bersimpati dengan ajaran komunisme, sungguh ia telah mendukung kembali aksi teror orang-orang komunis di Indonesia.

---

"Aku Bangga Menjadi Anak PKI".  Buku karya anak seorang tokoh PKI ini sempat mencuatkan polemik di tengah masyarakat.  Betapa tidak, anak salah seorang tokoh PKI yang kini duduk di lembaga legislatif pusat ini bertutur perihal dirinya yang dibesarkan dalam keluarga yang menganut paham komunisme.
Sebuah tuturan yang terdengar tabu bagi masyarakat Indonesia yang pernah merasakan kepedihan dibantai orang-orang komunis.
Pengkhianatan DN. Aidit dan kawan-kawan terhadap Republik ini masih sulit untuk dilupakan.  Bahkan, sekira dua dekade sebelum peristiwa 1965, Muso, Amir Sjarifuddin, beserta teman-teman pada tahun 1948 melakukan pemberontakan menentang pemerintahan Republik Indonesia di Madiun, Jawa Timur.
Akibat pengkhianatan ini, tidak sedikit masyarakat Madiun yang jadi korban keganasan orang-orang komunis.
Semua peristiwa itu masih terpatri dalam ingatan rakyat Indonesia.
Aroma komunisme pun terselip di spanduk sebuah partai politik.
Angka 45 (empatpuluh lima) yang tertera di spanduk dirancang sedemikian rupa dengan menyisipkan gambar palu arit.  Kebijakan menebar spanduk beraroma komunisme itu tidak terjadi di tingkat kabupaten saja.
Spanduk serupa juga bertebaran di kota-kota seperti Tasikmalaya (Jawa
Barat), Magelang, dan Solo.  Ketika bermunculan kritik masyarakat, pihak partai pun mengklarifikasinya dengan berbagai alasan.
Geliat komunisme di Tanah Air tak sekedar menampilkan atribut komunisme di tengah khalayak ramai semata.  Para pegiat yang pro-komunisme pun memanfaatkan situasi politik yang ada.  Saat kekuasaan beralih, para pegiat pro-komunisme beramai-ramai menyampaikan tuntutan permohonan
maaf.  Tuntutan permohonan maaf ini sebagai bentuk rehabilitasi dan rekonsiliasi terhadap para korban dari
kalangan komunis.  Terutama, anggota PKI yang menjadi korban pihak militer Indonesia.
Tuntutan agar presiden menyampaikan permohonan maaf sempat menguat.  Peristiwa ini menjadi sinyal bahwa beberapa anak keturunan PKI masih menyimpan dendam sejarah.
Kondisi psikologis semacam ini tentu bisa menjadi bahaya laten kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Ketidakpuasan terhadap sikap pemerintah yang mengabaikan permohonan mereka bisa jadi potensi melakukan langkah yang lebih jauh.
Karena ajaran komunisme tetap hidup di dalam dada-dada mereka. Semangat juang para orang tua mereka melawan pemerintah yang dianggap sebagai antek-antek para borjuis (tuan tanah) dan kapitalis (pemegang modal) bisa jadi terus menginspirasi.
Dengan begitu semangat untuk menghidupkan paham komunisme pun terus berkobar.
Komunisme tak akan pernah mati.
Apa buktinya?
Setelah mentok di Tanah Air, mereka mengangkat isu di negeri Belanda.
Didukung para aktivis di bidang hukum, mereka mempersoalkan hak-hak para korban di pihak komunis.  Pengadilan Rakyat Internasional 1965 pun di gelar di Den Haag, Belanda. Para saksi
sejarah mereka hadirkan. Mereka begitu bersemangat menggelar aksi Pengadilan Rakyat Internasional.
Tak ada lagi perasaan risih telah mempermalukan bangsa sendiri di hadapan masyarakat dunia.  Upaya menginternasionalisasikan korban
kalangan komunis di Indonesia tetap berlanjut.  Itulah semangat para kader komunis.  Mereka dibantu para aktivis yang tak segan-segan menjual bangsa dan negaranya sendiri.
Tak ketinggalan para mantan anggota PKI di Solo.  Setelah menghirup udara bebas di alam demokrasi yang karut-marut, para mantan anggota PKI coba menyuarakan ganjalan hatinya.  Sebuah seminar pun coba diselenggarakan pada akhir Februari 2015 lalu.  Dengan tajuk
“Layanan Kesehatan Korban Tragedi
1965/1966 untuk Mewujudkan Rekonsiliasi” mereka menaruh harapan dari terselenggaranya seminar tersebut.
Namun, apa yang mereka lakukan tak mendapat restu masyarakat Solo.
Seminar itu pun bubar. 

KASAD TNI Jenderal Mulyono pada 30 September 2015 lalu memberikan peringatan waspada kepada seluruh rakyat Indonesia sebagai berikut.
“Komunis akan bermetamorfosa menjadi bentuk baru, gerakannya semakin sulit dikenali dan menyusup ke berbagai lini tanpa disadari.”
“Kebangkitan ideologi komunis makin terlihat nyata, ada kelompok yang ingin memutar (balik) fakta sejarah seolah mereka adalah korban.”
(http://m.detik.com/news/berita/3032290/
ksad-kebangkitan-ideologi-komunis-semakin-nyata-waspada)

Walau seminar batal, setidaknya para mantan anggota partai terlarang ini telah menunjukkan keberaniannya untuk bersuara.
Mereka benar-benar memanfaatkan demokratisasi dan liberalisasi yang tengah disuntikkan para imperialis Barat ke negeri-negeri Kaum Muslimin.
Momentum kebebasan (Liberalisasi), isu Hak Asasi Manusia (HAM), dan Demokratisasi menjadi senjata ampuh untuk menghidupkan kembali paham komunisme.

Ketika ada yang meragukan komunisme di Indonesia akan bangkit (hidup) kembali, ketahuilah bahwa kebangkitan komunisme di Indonesia bukan ilusi, bukan pula hantu yang tak berwujud.  Kebangkitan komunisme di Indonesia masih sangat memungkinkan.  Mengapa?;

1. Komunisme sedemikian gencar dipublikasikan di beberapa tempat di Tanah Air, meski beberapa aktivis kekiri-kirian mereka yang masih hati-hati sambil mencermati perkembangan politik di Indonesia. 

Mereka masih memiliki rasa sungkan untuk berbicara secara terbuka.  Karena itu, mereka melakukan kampanye komunisme secara terselubung.  Atau, mereka berupaya menyebarluaskan ideologi kiri tersebut dengan berlindung di balik tameng hak asasi manusia. Intinya, mereka terus menggulirkan komunisme secara masif ke tengah masyarakat.

2. Berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, seperti bermunculannya logo komunisme palu-arit setidaknya bisa dijadikan isyarat adanya para penggerak militan dari kalangan komunis.  Penggerak inilah yang mengorganisir penyebaran logo palu-arit, baik melalui kaos, spanduk, pin, atau lainnya. 

3. Kebangkitan komunisme bisa dilihat juga dari para kader muda mereka yang telah berhasil duduk di lingkaran kekuasaan, seperti di lembaga legislatif atau posisi lain yang bersentuhan dengan pengambil kebijakan publik. 

4. Kebangkitan komunisme bisa tumbuh subur bila mendapat lahan penyemaiannya.  Lahan yang selama ini dijadikan basis pergerakan ideologi kafir komunisme adalah kaum buruh dan tani.

Partai komunis boleh saja mati, tetapi ideologi mereka tetap hidup.  Mereka bisa saja menyusup (menumpang) ke partai-partai lain sambil menyebarkan ajarannya.

(Baca artikel, DILEMA BERPARTAI DALAM ISLAM)

---

Revolusi Bolshevik tahun 1917 di Uni Soviet dulu di bawah pimpinan Lenin, berhasil menumbangkan pemerintahan nasionalis pimpinan Alexander Kerensky setelah Tsar Nikolas II turun tahta, didukung kaum buruh dan para petani.  Dari pergerakan Revolusi Bolshevik 1917 itu pula mulai ditetapkan dan dipopulerkan logo palu-arit.  Palu adalah logo untuk kaum buruh. Adapun arit logo bagi kaum tani.

Bagaikan "pupuk organik" yang mampu menumbuhkan kembali komunisme dan paham-paham lain yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Selain tentu saja, masyarakat yang tidak memiliki orientasi kehidupan berislam dengan lurus dan benar sesuai pemahaman tiga generasi terbaik Islam, bisa menjadi titik rawan menyusupnya paham komunisme dan paham-paham sesat lainnya.

Pokok-pokok ideologi komunis tersebut antara lain;

1. Tidak ada Tuhan dan kehidupan hanyalah materi tanpa ada Pencipta. 

2. Ingkar terhadap Hari Kiamat.

3. Ingkar terhadap adanya Surga dan Neraka. 

4. Menentang semua agama.

Dalam kehidupan beragama, orang-orang komunis tidak memedulikan agama.  Vladimir Lenin dalam tulisannya;

"Sosialisme dan Agama", mengatakan bahwa agama harus dinyatakan sebagai urusan pribadi. Lenin juga menginginkan agar penyebutan agama seseorang dalam dokumen dibatasi. 

Menurut ajaran komunisme, agama dianggap penghalang perkembangan (kemajuan) manusia.  Oleh karena itu, negara-negara sosialis yang menerapkan Marxisme-Leninisme bersikap atheistik dan antiagama. Inilah yang tampak di negara-negara sosialis komunis, seperti Uni Soviet (Rusia) dan Republik Rakyat Cina. 

Dalam hal agama, mayoritas kaum komunis adalah atheis, seperti kaum Dahriyun yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an.  Mereka menganggap bahwa hidup dan mati terjadi karena perputaran siklus semata.  

Allah Subhanahu wa Ta'ala membantahnya dengan firman (artinya),

"Mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (waktu)dan mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." 

(QS. Al-Jatsiyah: 24 )

Mereka tidak memercayai adanya kebangkitan setelah kematian, tidak pula meyakini adanya Hari Kiamat.

"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan, 'Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.'

Katakanlah, 'Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada Hari Kiamat yang tidak ada keraguan padanya.  Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

(QS. Al-Jatsiyah: 25—26)

Mewaspadai Komunisme di Indonesia tidak berbeda dengan kekejaman tokoh-tokoh komunisme dunia lainnya seperti Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong.

Tingkat kewaspadaan harus tetap tinggi.  Kaum muslimin harus membekali diri, terutama dengan pemahaman Islam yang benar, yang akan membentengi setiap muslim dari paham menyimpang (sesat).
Berpegang teguh pada Islam yang benar menjadi sebab turunnya pertolongan Allah.  Sebagaimana firman Allah (artinya),

“Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (Agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad: 7)

(Baca artikel, HADAPI DUNIA DENGAN KITABULLAH DAN SUNNAH NABI)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda (artinya),
“Wahai Anak muda, sungguh, aku akan mengajarimu beberapa kalimat. Jagalah (hukum-hukum) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (hukum-hukum) Allah, niscaya engkau akan mendapati Allah sebagai pembimbing (pemandumu). Apabila engkau meminta, hendaklah meminta kepada Allah.  Jika engkau memohon pertolongan, hendaklah memohon pertolongan kepada Allah.”
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Komunisme akan senantiasa menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya.  Meski dengan menumpahkan darah, membantai lawan politiknya, atau cara lain yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Tidak ada lagi rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melakukan perbuatan maksiat, berkhianat (curang) terhadap bangsa, negara dan rakyat, hingga menjual negara dan bangsa sendiri demi kepentingan pribadi dan kelompok adalah sifat-sifat (karakter) PKI yang dianggap biasa oleh kebanyakan oknum ASN, oknum militer maupun polisi zaman sekarang.  Kesetiaan terhadap cita-cita pendiri bangsa telah luntur, bahkan mungkin telah hilang, tercabut dari dada-dada mereka, yang penting memperkaya diri dan membela kelompok (partainya).  Bagaimana mungkin mengharapkan bangsa ini bisa maju?
Sejarah komunis di Indonesia telah menorehkan catatan hitam.  Tak sedikit korban berjatuhan dari kalangan muslimin.  Mereka dibantai, disiksa, hingga meregang nyawa. Sadis dan brutal.  Itulah kesimpulan kata terhadap aksi-aksi orang-orang komunis dulu maupun Neo Komunis.  Sedemikian besar permusuhan dan kebencian mereka terhadap Islam.
Oleh karena itu, waspadai kebangkitan komunisme di Tanah Air.  Geliat dan gelagat komunisme telah hadir di depan mata.
Wallahu a’lam.

oOo

(Disadur dari Majalah Asy-Syariah, Edisi Khusus, 01, 1437 H / 2116 M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar