بسم الله الرحمن الرحيم
Jejak menunjukkan tanda adanya perjalanan. Kotoran unta menunjukkan adanya unta.
Lebih dari itu, langit yang sesak dengan bintang-bintang serta planet, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang berombak menunjukkan bukti kuat adanya Yang Maha Menciptakan, Maha Mendengar dan Maha Melihat!
Dikisahkan, ada sekelompok orang dari firqah (sekte) Sumaniyah (kelompok pengingkar adanya Rabb / Tuhan) mendatangi Al-Imam Abu Hanifah. Mereka berasal dari India. Mereka mendebat Abu Hanifah tentang Sang Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Abu Hanifah menjanjikan agar mereka datang kembali setelah satu atau dua hari.
Mereka pun datang pada hari yang telah disepakati. Mereka berkata, “Apa yang hendak engkau katakan?”
Abu Hanifah berkata, “Saya sedang
memikirkan sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan berbagai rezeki. Ia datang membelah gelombang laut hingga tiba di sebuah pelabuhan. Lalu barang-barang itu turun dan kapal pun pergi. Kapal ini tidak memiliki nakhoda, tidak pula buruh.”
Mereka berkata, “Engkau berpikir
demikian?”
Abu Hanifah menjawab, “Ya.”
Mereka berkata, “Berarti engkau tidak punya akal. Apakah masuk akal, ada sebuah kapal yang datang tanpa nakhoda, lalu barang-barangnya turun sendiri dan kapal pun pergi? Ini tidak masuk akal.”
Abu Hanifah pun berkata kepada mereka, “Bagaimana bisa kalian menganggap itu tidak masuk akal, sedangkan kalian menganggap masuk akal bahwa langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pegunungan, pepohonan, hewan, dan manusia, semuanya ada tanpa ada yang menciptakan?!”
Akhirnya mereka sadar bahwa Abu Hanifah sedang mendebat mereka dengan apa yang mereka ketahui. Mereka tidak mampu menemukan jawabannya.
---
Adapun secara pancaindra, keberadaan Allah itu dapat kita buktikan paling tidak dari dua sisi:
1) Kita sering mendengar berita tentang terkabulnya doa manusia dan pertolongan terhadap orang-orang yang sedang mengalami kesulitan.
Ini jelas menunjukkan adanya Allah (Yang Maha mengabulkan). Allah berfirman (artinya),
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar (banjir yang menenggelamkan dunia).”
(QS. Al-Anbiya: 76)
Demikian pula firman-Nya,
"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu dikabulkan-Nya bagimu, “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut.”
(QS. Al-Anfal: 9)
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa seorang lelaki masuk ke dalam masjid pada hari Jum’at saat Rasulullah sedang berdiri berkhutbah. Lelaki itu menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, telah binasa harta (hewan ternak) dan perjalanan terhenti (karena lemahnya hewan tunggangan). Berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.”
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, “Demi Allah, kami tidak melihat adanya kumpulan awan yang tebal maupun tipis di langit. Tiada penghalang antara kami dan Bukit Sala’, baik rumah maupun bangunan. Tiba-tiba, dari arah belakang bukit tersebut muncul sekumpulan awan yang berbentuk seperti perisai (bulat). Awan tersebut menuju ke arah tengah lalu menyebar dan segera menurunkan hujan. Demi Allah, kami tidak pernah menyaksikan matahari selama enam hari.
Jum’at berikutnya, seorang lelaki masuk dari pintu masjid tersebut saat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sedang berdiri berkhutbah.
Lelaki tersebut mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah, telah binasa hewan ternak (disebabkan air yang melimpah ruah dan sulitnya memelihara hewan tersebut) dan perjalanan terhenti (karena sulitnya menempuh perjalanan yang dipenuhi air, -pen.). Berdoalah kepada Allah agar menahan hujan tersebut dari wilayah kami.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya lalu berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar (wilayah) kami dan bukan di atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan di atas perbukitan, pegunungan, di lembah-lembah, serta tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.”
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, “Hujan tiba-tiba berhenti. Kami pun keluar di tengah terik matahari.”
(Muttafaq ‘alaihi)
Manusia masih terus merasakan terkabulnya doa tatkala mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semua ini membuktikan bahwa Dia (Allah) benar-benar ada.
2) Tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang ditampakkan melalui kebenaran para Rasul yang diutus-Nya, yang disebut dengan mukjizat.
Mukjizat para Rasul disaksikan dan didengarkan oleh manusia. Mukjizat adalah urusan yang berada di luar kemampuan manusia.
Mukjizat tersebut adalah bagian dari
kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menguatkan para Rasul-Nya.
Misalnya, mukjizat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada Nabi Musa 'alaihissalam saat diperintah untuk memukulkan tongkatnya ke lautan yang menyebabkan terbelahnya lautan tersebut dan membentuk dua belas jalan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Lalu Kami wahyukan kepada Musa,
'Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.' Terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar."
(QS. Asy-Syu’ara: 63)
Contoh kedua, mukjizat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada Nabi Isa 'alaihissalam.
Beliau 'alaihissalam diberi kemampuan menghidupkan orang yang telah mati dan mengeluarkan mereka dari kuburnya, dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman (artinya),
"Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka), 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Rabbmu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah sebentuk burung kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah; aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”
(QS. Ali Imran: 49)
Firman-Nya (yang artinya),
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan,
'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul qudus.
Kamu dapat berbicara dengan manusia sewaktu masih dalam buaian dan setelah dewasa; dan (ingatlah) waktu Aku mengajarimu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu sebentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan izin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan izin-Ku, dan (ingatlah) waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan izin-Ku, dan (ingatlah) waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, ‘Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata’.”
(QS. Al-Maidah: 110)
Demikian pula mukjizat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala tampakkan kepada Rasul-Nya, Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala kaum Quraisy meminta beliau shalallahu 'alaihi wa sallam untuk menampakkan tanda kebenaran wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Beliau bawa. Beliau pun mengisyaratkan ke bulan, lalu bulan tersebut terbelah menjadi dua. Manusia melihat kejadian yang menakjubkan tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan dalam firman-Nya,
ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ
وَإِن يَرَوْا۟ ءَايَةً يُعْرِضُوا۟ وَيَقُولُوا۟ سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ
"Iqtarabatis-sā'atu wansyaqqal-qamar
Wa iy yarau āyatay yu'riḍụ wa yaqụlụ siḥrum mustamirr"
"Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, '(Ini adalah) sihir yang terus menerus.'” (QS. Al-Qamar: 1—2)
Masih banyak mukjizat para Rasul lainnya yang di luar kemampuan manusia. Semua itu menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu ada dan senantiasa memberi pertolongan kepada para Rasul-Nya.
Secara fitrah, yang menunjukkan adanya Allah Subhanahu wa Ta'ala ialah bahwa fitrah setiap hamba meyakini adanya pencipta, tanpa harus berpikir secara mendalam dan waktu yang lama. Tidak ada seorang manusia pun yang keluar dari fitrah ini kecuali yang fitrahnya telah dirusak oleh berbagai pemikiran sesat dan menyimpang.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah (Islam). Kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya (dia) menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti halnya hewan yang melahirkan seekor hewan, apakah engkau melihat telinganya terpotong?”
(Muttafaq ‘alaihi)
Semua bukti dan petunjuk ini merupakan hujjah yang pasti dan menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu ada, Dzat yang menciptakan segala yang ada di Jagad Raya ini, dan hanya Dia sajalah yang berhak untuk disembah. Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia semata.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya menyembah kepada-Nya.”
(QS. Fushshilat: 37)
Wallahul Muwaffiq
(Hanya Allah sajalah Pemberi Hidayah Taufiq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar