Selasa, 15 Oktober 2024

LIBERALISME MERUSAK CARA PANDANG ISLAM

 

بسم الله الرحمن الرحيم 

Patung Liberty yang menjulang di tepian sungai Seine, di Paris - Prancis adalah lambang Kebebasan kehidupan manusia.
Ideologi Liberalisme adalah paham yang menghendaki kebebasan manusia dalam berpikir dan berbuat sebebas-bebasnya, dipandu akal dan perasaan masing-masing manusia, siapapun manusianya.


Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut liberty yang artinya kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal, kemerdekaan pribadi, hak menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi dan hak milik.
Seakan dengan melepas kendalikan seluruh aspirasi kemanusiaan akan tercipta keharmonisan hidup sesama manusia, bahkan mewujudkan Surga (versi mereka) di planet bumi.

Paham liberal sebagai reaksi (baca; perlawanan) dari penindasan yang dulu dilakukan oleh kaum bangsawan (darah biru) dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme dalam pemerintahan monarki absolute.  Pendukung utama paham liberal adalah kaum borjuis (tuan tanah) dan kaum-kaum terpelajar kota.

Mengutip Heru Nugroho dalam penelitiannya di Jurnal Ilmiah Bestari dengan judul Tinjauan Kritis Liberalisme dan Sosialisme (Vol. 13, 2000: 2), paham liberalisme mulai bersemi pada abad ke-18 dan 19 di Prancis dan Inggris.
Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance (Abad Pembaruan di Benua Eropa, kurun 14 - 17 M, pen blog) yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama.  Pada masa itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat di sana.
Rakyat tidak dibiarkan memiliki kebebasan dalam berpendapat dan berbuat.  Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dan reaksi dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan dalam seluruh sisi kehidupan manusia.
---
Dwi Siswanto dalam penelitiannya berjudul Konvergensi antara Liberalisme dan Kolektivisme sebagaiDasar Etika Politik di Indonesia dalam Jurnal Filsafat (Vol. 38, 2004: 270), menyebutkan bahwa ada empat unsur yang mendorong lahirnya liberalisme;
1. Perkembangan ilmu pengetahuan. 

2. Pemanfaatan (kemampuan) alat-alat teknologi (semaksimal mungkin).
3. Perubahan sosial (budaya).
4. Timbulnya kesadaran untuk memperbaharui cara (gaya, trend) hidup manusia.
Salah satu peristiwa yang membidani lahirnya liberalisme di Eropa adalah Revolusi Industri di Inggris.

Ciri-ciri Liberalisme
Mengutip Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271), disebutkan ada lima ciri liberalisme:
* Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
* Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
* Pengaturan yang dilakukan pemerintah harus dibatasi.
* Kekuasaan seseorang (individual) dinilai sebagai hal buruk dalam kehidupan.
* Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.

Penerapan Liberalisme di Dunia
Heru Susanto, menuturkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh atau praktik liberalisme yang berjalan dan mempengaruhi kehidupan (manusia) saat ini ditandai dengan munculnya (era) globalisasi.
Globalisasi mengintroduksikan pasar bebas, hiperliberalisasi individu, dan upaya mengurangi peran pemerintah dalam sektor ekonomi.
Pengaruh itu tampak pada perkembangan gaya hidup manusia yang mengikuti perkembangan zaman.
Gaya hidup mewah (hedonisme) dan kebebasan dalam memilih kebutuhan hidup (sebebas-bebasnya) merupakan ciri lain liberalisme.

CARA PANDANG ISLAM
Islam memandang seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia di bumi harus dibatasi.  Tidak bisa dibiarkan lepas bebas begitu saja tanpa kendali, wajib dipandu dengan bimbingan Syari'at (Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabinya).  Sesuai perintah dan larangan Dzat Yang menciptakan manusia itu sendiri (Allah Subhanahu wa Ta'ala).
Kebebasan dan keluasan berpikir manusia hanya boleh dilepaskan dan dibiarkan melanglang buana dalam ranah penciptaan mahkluk (alam semesta) itupun dalam rangka merenungkan, memahami dan mengagungkan Sang Pencipta Jagat Raya dan segala firman-Nya.


Liberalisme adalah pemikiran asing yang coba dimasukkan para pendukung dan penggemarnya ke dalam Islam.  Pemikiran ini sama sekali meniadakan keterkaitan dan keterikatan agama dengan pola (sistem) kehidupan manusia.
Pemikiran liberalisme menganggap agama adalah rantai pemasung kebebasan manusia, sehingga harus dilenyapkan.
Para perintis dan pemikir liberal merancang pokok-pokok ajarannya sedemikian rupa sehingga berada diluar garis (tatanan) seluruh agama yang ada di muka bumi.
Sehingga, liberalisme sangat bertolak belakang dengan Islam.  Tidak sedikit pembatal-pembatal ke-Islaman yang tabu dilakukan umatnya justru menjadi ajaran ideologi ini.
(Baca artikel, SEPULUH PEMBATAL KEISLAMAN)

Diantaranya, menyerukan kepada manusia untuk berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menghilangkan prinsip Al-Wala (loyalitas) dan Al-Bara’ (berlepas diri dari segala bentuk dosa, maksiat, penyimpangan, ketidak adilan dan kezaliman)
Hakikat sebenarnya dari paham liberalisme, adalah menyeru manusia untuk menanggalkan fitrah (Islam) yang ditanamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mereka bawa sejak lahir dengan mengikuti pola pemikiran Barat (westernisasi), meninggalkan Agama dan adat-istiadat ketimuran, dengan mendangkalkan aqidah umat Islam.

Dalih (dalil) paling kuat yang mendasari pola pemikiran mereka hanyalah Hak Azasi Manusia yang telah absurd (saru) dengan azas peri kebinatangan.

Pertanyaan pentingnya adalah, "Mungkinkah mengandalkan akal pemikiran dan perasaan manusia yang sangat beragam dan berubah-ubah, serta memiliki kecenderungan tidak bisa diatur ini menyelamatkan kehidupan mereka di dunia dan Akhirat?"

Wallahul muwaffiq.

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar