Rabu, 29 April 2020

MAJALIS SINGKAT RAMADHAN 1441 H / 2020 M (Hari ke-6)


بسم الله الرحمان الرحيم


KAITAN ANTARA PUASA DENGAN KESABARAN

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (artinya)
"Hendaklah kalian melaksanakan ibadah Puasa, karena ibadah Puasa itu tidak ada tandingannya."  (HR.  Ahmad, dalam Al-Musnad)
Puasa termasuk amalan yang paling Afdhal, tercakup di dalamnya Puasa-puasa Sunnah, terutama Puasa Ramadhan.

HAKIKAT PUASA
Puasa tidak sekedar meninggalkan makan dan minum, dan tidak menggauli isterinya di siang hari.
Orang yang melaksanakan ibadah Puasa juga dituntut untuk bersabar, menahan amarah (murka)nya, karena hakikat dari Ibadah Puasa itu adalah kesabaran.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Wasta'iinu bishshabri wa as-shalah"

"Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Shalat."  (Al-Baqarah;  45)
Sebagian 'ulama menafsirkan as-sabr dengan puasa, sehingga ditafsirkan, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan Puasa dan Shalat."
Sebagian 'ulama menafsirkan, bahwa separuh dari puasa itu adalah kesabaran.
Karena Ramadhan dikenal juga dengan bulan kesabaran, maka padanya dituntut kesabaran yang membaja, kesabaran yang tulus, kesabaran yang ikhlas - sehingga ia mampu menahan dirinya dari semua godaan puasa.
Jadi, antara Puasa dengan Kesabaran itu sangat berkaitan, dengannya ia mampu menjaga keutuhan dan kesempurnaan puasanya.

"Apabila pada hari berpuasa salah seorang di antara kalian, .maka janganlah mengucapkan ucapan Rafat (kotor / keji), jangan pula berteriak-teriak.  Bila ada seseorang yang mencelanya, atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia mengatakan, 'Aku sedang berpuasa'"  (HR.  Al-Bukhari)
Dari sini, tampak jelas bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberikan bimbingan kepada orang yang berpuasa agar menahan diri dari 2 (dua) hal, yakni dari Syahwat dan Amarah.
Bila dia mampu mengendalikan kedua hal tersebut, maka sempurnalah puasanya.
Bila tidak, maka puasanya menjadi sia-sia.
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (artinya),
"Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dusta, dan amalan dustanya, maka Allah tidak punya kepentingan terhadap puasanya." (HR. Al-Bukhari), dalam riwayat lain disebutkan dari tindakan-tindakan yang bodoh (sia-sia).

Dengan motivasi kesabaran, seseorang akan sanggup menyempurnakan ibadah puasanya.
Jadi, semakin seseorang mampu menahan emosinya (mengendalikan amarahnya) maka akan semakin sempurnalah puasanya. Dan, semakin sulit seseorang bersikap sabar (menahan syahwat dan amarahnya), maka akan semakin sulit pula dia menyempurnakan puasanya.
Sehingga, Puasa dan Kesabaran merupakan dua hal yang harus selalu bergandengan.
Hal ini hanya mampu dilakukan oleh orang-orang kuat keimanannya.

Sabar itu memiliki 3 (tiga) tingkatan;
1. Sabar dalam meninggalkan maksiat (kemungkaran).
2. Sabar dalam melaksanakan ketaatan (perintah).
3. Sabar dalam menerima musibah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),

"Wa Allahu ma'a ash-shabirin"

"Sesungguhnya, Allah bersama orang-orang yang sabar."  (Al-Baqarah;. 249)
'Ulama mengatakan, bahwa kata Al-Ma'iyah (kebersamaan) di sini adalah kebersamaan yang khusus

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
"Tidaklah seseorang diberi anugerah yang lebih baik (lebih luas) daripada kesabaran."  (HR. Al-Bukhari, Abu Sa'id Al-Khudri)

Seseorang sangat membutuhkan kesabaran dalam melaksanakan semua aktivitas hidup dan kehidupannya, dalam semua keadaannya.
Sabar juga memerlukan upaya yang bersungguh-sungguh (kuat) dari seseorang untuk meraihnya meskipun terasa sulit.  Seperti Perkataan seorang penyair,
Kesabaran itu sama seperti namanya
Pahit rasanya, tetapi akibatnya lebih manis daripada madu

Dengan sabar tercapailah hakikat puasa, dan kesempurnaan puasa yang paling tinggi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),
"(Yaitu) Surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang Shalih dari bapak-bapak mereka, isteri-isterinya, dan anak cucunya.  Sedang Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.  (Sambil mengucapkan), 'Salamun 'Alaikum Bima shabartum'.  Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu."  (Ar-Ra'ad; 23-24)
Akhir dari do'a kita adalah,
اللهم أفرغ علينا صبرا وتوفنا من المسلمين
"Allahumma afrigh 'alainaa shabran wa tawaffanaa minal muslimiyn"
"Ya Allah, curahkanlah kepada kami kesabaran, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri."
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memasukkan kita ke dalam Surga-Nya karena kesabaran itu. Amiin.



oOo

(Disarikan dari kajian Al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar