بسم الله الرحمان الرحيم
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وعسى أن تكرهوا شياء وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شياء وهو شرلكم والله يعلم و انتم لا تعلمون
"Wa 'asaaa an-tak'rahuw syai-an wa huwa khairun lakum wa 'asaaa an-tuhibbuw syai-an wa huwa syarrun lakum wa Allahu ya'lamu wa antum laa ta'lamuwn"
"Dan, boleh jadi kamu membenci sesuatu - padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu - padahal ia amat buruk bagimu; Allah (Maha) Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah; 216)
Al-Imam Ibnu Qayyim berkata dalam Al-Fawaid (hal. 170),
"Secara umum kemaslahatan jiwa itu ada pada hal-hal yang tidak disukainya - Sebagaimana secara umum kemudharatan jiwa itu dan sebab-sebab kebinasaannya ada pada hal-hal yang dia sukai."
Beliau juga mengatakan,
"Barangsiapa yang benar ma'rifahnya tentang Rabb-nya, dan benar (pula) pemahamannya tentang Asma dan Sifat-Sifat-Nya, maka dia akan mengetahui dengan yakin - bahwa, segala kepahitan yang dialami (menimpa) serta ujian yang diturunkan kepadanya - terdapat kemaslahatan dan manfaat yang tidak sanggup dihitung oleh ilmu dan pikirannya. Bahkan, keselamatan seorang hamba pada apa yang tidak disukainya lebih besar (banyak) daripada kemaslahatan pada apa yang disukainya."
Selanjutnya beliau mengatakan (hal. 174),
"Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada (berupaya) merealisasikan perintah (Allah) sekalipun terasa berat baginya pada permulaannya, sebab pada akhirnya terdapat semua kebaikan, kebahagiaan, keledzatan, dan kegembiraan - sekalipun nafsunya tidak menyukai hal itu, tetapi itu lebih baik dan lebih bermanfaat baginya.
Sebaliknya, tidak ada yang lebih memudharatkan daripada melanggar larangan, sekalipun nafsunya cenderung (mengajak) kepadanya. Sebab, sesungguhnya seluruh akibatnya adalah kepedihan, sedih, buruk, dan musibah yang banyak.
Akal Orang-orang yang cerdik akan memilih menahan sakit sesaat - demi mendapatkan keledzatan yang agung (besar), kebaikan yang banyak... (Hingga ucapan beliau;)
Pandangan orang yang jahil (bodoh) terbatas pada permukaannya saja, dan tidak melampaui hingga ke dasar yang dalam. Sedangkan orang yang berakal cerdas senantiasa memandang pada kesudahannya, dan apa yang ada di balik tirai yang ada di depannya - sehingga, ia mampu melihat akibat yang terpuji atau yang tercela di balik tirai itu... (Hingga ucapan beliau;)
Akan tetapi ini membutuhkan kelebihan ilmu yang dengannya dapat diketahui akhir kesudahan urusan tersebut sejak awal.
Kekuatan kesabaran akan meneguhkan dirinya untuk memikul segala kesusahan perjalanan demi sesuatu yang dicita-citakan begitu sampai pada tujuannya.
Apabila keyakinan hilang dan kesabaran menipis, maka dia akan terhalangi untuk meraihnya. Sedangkan, bila keyakinan dan kesabarannya menguat - maka akan enteng baginya semua kesusahan yang ditemui - demi tuntutan kebaikan dan keledzatan yang kekal abadi."
Wahai kaum muslimin. Adalah wajib bagi kalian untuk memandang pada kesudahan segala urusan setiap kali engkau mengutarakan suatu perkara.
Renungkanlah Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya),
"Sesungguhnya, seorang hamba benar-benar berbicara tentang suatu permasalahan yang tidak jelas (dipahaminya / dikuasainya) - sehingga dia semakin jauh terperosok ke dalam Neraka, sejauh jarak antara Timur dengan Barat." (Muttafaqun Alaihi, dari Abi Hurairah)
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar