Senin, 13 April 2020

NIKMAT KETERASINGAN DI ATAS SUNNAH


بسم الله الرحمان الرحيم

Secara istilah syari'at, makna kata Sunnah yang benar tidak terbatas pada pengertian ilmu Fiqih; Suatu amalan yang bila dikerjakan berpahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa.  Bahkan, banyak Sunnah yang dihukmi wajib oleh para 'ulama, tidak boleh ditinggalkan atau diselisihi.  Sehingga hal ini terkadang dianggap aneh oleh orang-orang yang kurang paham.  
Makna sesungguhnya dari kata Sunnah itu ada beberapa macam, di antaranya;

1. Semua yang dibawa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tercakup di dalamnya;  Al-Qur'an, Rukun Islam, Rukun Iman, Masalah Tauhid, Tata cara ibadah Shalat, Puasa, Zakat, Haji - yang wajib maupun yang sunnah, Hablumminallah (Hubungan manusia dengan Allah), Hablumminannas (Hubungan sesama manusia), Berita-berita yang datang dari Beliau, dan lain-lain.
Perkataan Al-Imam Al-Barbahari,
"Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itu adalah Islam."
Tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.  Sehingga, apapun yang datang dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tidak boleh dibenci / ditolak.  Karena, semua berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai satu-satunya Sumber Kebenaran, bukan atas pemikiran (pendapat) pribadi Beliau.
Sesuai dengan firman Allah 'Azza wa Jalla dalam Al-Qur'an,
"Apa-apa yang datang dari Rasul - maka terimalah - dan apa-apa yang dilarangnya bagimu - maka tinggalkanlah.  Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah memiliki adzab yang pedih."  
(QS. Al-Hasyr;  7)

2. Sunnah dengan makna Hadits, meliputi;  Ucapan, Perbuatan, Persetujuan (didiamkan), dan apa yang tidak dianggap Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai suatu ibadah (ditinggalkan).
Seperti sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam,
تركت فيكم أمرين  لن تضلوا ماتمسكتم بهما؛  كتباالله و سنت رسوله
"Tarak'tu fiykum amrayni  lantadhilluw maa tamassak'tum bihimaa;  Kitaballahi wa Sunnata rasuwlihi"

"Aku tinggalkan bagi kalian 2 (dua) perkara, kalian tidak akan (pernah) sesat selama-lamanya (Selama kalian berpegang teguh pada keduanya);  Yaitu,  Al-Qur'an dan As-Sunnah."  (HR. Al-Hakim)

3. Sunnah menurut Ilmu Fiqih (Mustahab / anjuran)
Adalah suatu amalan yang bila dilakukan berpahala, dan bila ditinggalkan tidak berdosa.
Karena di dalam ilmu Fiqih Islam teradapat 5 (lima) Dasar Hukum;
a. Wajib Perbuatan (amalan) yang harus dilakukan, dan mendapatkan pahala.  Bila ditinggalkan berdosa.
Ada 2 (dua) bentuk kewajiban;
* Wajib 'Ain;  Wajib atas setiap individu muslim / mukmin untuk melakukannya.
* Wajib Kifayah Wajib atas sebagian muslim / mukmin (yang memiliki kemampuan) melakukannya - bila telah terwakili, maka kewajiban muslim / mukmin yang lain menjadi gugur.  Tapi bila tidak seorang pun yang melakukan, maka semuanya berdosa.  Misalnya, penyelenggaraan, menyalatkan dan menguburkan jenazah.  Mendakwahkan kebenaran, Jihad fi Sabilillah, dan lain-lain.
b. Sunnah Perbuatan yang bersifat anjuran (Mustahab);  Bila dikerjakan berpahala, dan bila ditinggalkan tidak berdosa.
c. Haram;  Berdosa bila dikerjakan (terlarang).
d. Makruh; Tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
e. Mubah; Boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan.

4. Sunnah dalam pengertian Aqidah, pokok-pokok keyakinan ('Itiqad) yang prinsip dan penting untuk diketahui serta diyakini, seperti percaya pada Qadha dan Qadar Allah Subhanahu wa Ta'ala, Percaya pada adzab dan nikmat kubur, Percaya pada semua berita yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

5. Sunnah dalam Pengertian Lawan dari Bid'ah.
Semua yang diajarkan, dicontohkan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam disebut sebagai Sunnah.  Dan, hal-hal yang bertentangan, dan menyelisihinya disebut sebagai Bid'ah.
Misalnya, orang-orang yang tidak meyakini adanya adzab kubur dan nikmat kubur - keyakinan tersebut disebut sebagai keyakinan Bid'ah, karena bertentangan dengan hadits yang shahih.  Sebaliknya meyakininya disebut keyakinan Sunnah.
Termasuk hal-hal yang Beliau tinggalkan, padahal Beliau mampu untuk melakukannya. Jadi, jangan kita merasa lebih tahu daripada Beliau tentang syari'at Islam.

PENJELASAN
Diterangkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
بدا الاسلام غريبا  و سيعود غريبا كما بدأ  فطوبى للغرباء
"Bada-a al-islaamu gharyban  wa saya'uwdu ghariyban kamaa bada-a  Fathuwbaa lilghurabaa'" 

"Islam itu awal (munculnya) asing, dan akan kembali menjadi asing (sebagaimana awalnya).  Maka, berbahagialah (Surga-lah) bagi orang-orang yang asing."  
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
Kata  طوبى "Thuwbaa" di dalam hadits ini diterangkan oleh para 'ulama bermakna; Kebahagiaan, Keberuntungan, Surga, atau sebuah Pohon yang sangat besar di dalam Surga, saking besarnya - seandainya dikelilingi oleh kuda yang berlari kencang selama 100 (seratus) tahun - niscaya ia belum menyelesaikannya.
Dengan demikian, semua perkataan, berita dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam adalah kebenaran (al-haq), karena bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, meskipun terasa aneh (asing) bagi manusia akhir zaman.

SIAPAKAH ORANG-ORANG ASING ITU?
1. Orang-orang yang mengikuti Millah (jalannya) / Sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hidup dan kehidupannya (Way of life).
2. Orang-orang yang Istiqamah (berpegang teguh hingga akhir hayatnya) di atas Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan berusaha memperbaiki (mengajak) manusia-manusia yang telah rusak pada kebaikan (keshalihan), ketika banyaknya perkara agama (al-haq) yang tersamarkan oleh sebagian besar manusia.
Makna lain, yang disebutkan oleh 'ulama adalah orang-orang yang memperbaiki As-Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah dirusak oleh manusia. 
Senantiasa berupaya mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam beramal dan beribadah berdasarkan bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta para Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik.

SEBAB-SEBAB DATANGNYA KENIKMATAN
1. Keyakinan yang dilandaskan pada Ash-Shiratal Mustaqim, yakni jalan yang lurus (Islam yang benar / lurus), jalan yang ditempuh Rasulullah, para Sahabat, dan generasi terbaik Islam yang telah mengantarkan mereka pada ketenangan hati, kemuliaan dan keridhaan Allah 'Azza wa Jalla - di tengah banyaknya keyakinan umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyimpang (72 golongan).
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan pada mereka masuk Surga dan Kemuliaan.
Sebagaimana makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah di atas jalan tersebut, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu takut, dan jangan pula merasa sedih.  Dan bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' "  
(QS. Fushshilat;  30) 
Para 'ulama menerangkan makna perkataan, 'Janganlah kamu takut,' artinya, janganlah kamu takut terhadap masa depanmu di Akhirat kelak.   Dan, 'Jangan pula merasa sedih,' artinya, janganlah kamu sedih terhadap  orang-orang yang ditinggalkan.  Semuanya dalam jaminan Allah Subhanahu wa Ta'ala
Mereka sangat yakin dengan janji Allah tersebut - sehingga menimbulkan ketenangan hati, kenikmatan, dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
3. Keyakinan Terhadap Pertolongan Allah dalam menghadapi segala persoalan hidup dan kehidupan mereka - bahkan, dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Bagaimanapun beratnya cobaan hidup yang dialami - mereka senantiasa bersabar, dan yakin terhadap pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang akan menguatkan mereka.
"Wallahu a'lam"


oOo

(Disadur dari kajian Al-Ustadz Muhammad Rijal hafizhahullah di radio RII)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar