Sabtu, 26 Mei 2018

KARAMAH PARA WALI ALLAH



بسم الله الر حمان الر حيم


Para Wali Allah adalah orang-orang yang bertakwa, yang selalu mengikuti (Ittiba’) kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengerjakan apa yang Beliau perintahkan, dan menjauhi apa-apa yang Beliau larang dan cegah.  Senantiasa mengikutinya sesuai dengan yang Beliau ajarkan kepada mereka.  Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperkuat mereka dengan para Malaikat serta pertolongan-Nya, dan menyinari hati mereka dengan cahaya-Nya serta memberi Karomah kepada mereka sebagaimana yang Dia berikan kepada Para Wali-Nya yang Bertakwa.


Karomah  yang dimiliki oleh Para Wali Allah yang terpilih, sungguh merupakan Hujjah ("argumen") dalam Agama  atau merupakan suatu kebutuhan yang mesti dimiliki kaum muslimin, sebagaimana mukjizat Nabi mereka Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (untuk menambah keyakinan mereka pada Syari’at-Nya serta KeMahakuasaan-Nya terhadap segala sesuatu).
Karomah Wali Allah hanya dapat diperoleh dikarenakan barokah dari mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Yang sebenarnya termasuk (bagian) mukjizat Rasul juga.  Seperti terbelahnya bulan, bertasbihnya kerikil di telapak tangan Beliau, pohon yang mendekati Beliau, pemberitahuan Beliau tentang Baitul Maqdis pada malam Mi’raj, pemberitahuan Beliau tentang hal-hal yang telah dan akan terjadi, Al-Qur’an yang di turunkan kepada Beliau, memperbanyak makanan dan minuman brerulang kali, misalnya ketika Perang Khandak, dimana Beliau dapat membuat kenyang parta Sahabatnya dengan makanan yang sedikit.  Dalam hadits Ummu Sulaim yang terkenal, disebutkan bahwa makanan tersebut tidak berkurang.[1]
Beliau juga pernah memberi minum kepada bala tentaranya saat Perang Tabuk[2], hanya dari satu gentong air dan isi gentong itu tidak berkurang sedikit pun.
Pada saat Perang Tabuk, dengan makanan yang hanya sedikit, Beliau memenuhi kantong-kantong makanan milik para Sahabatnya.  Padahal jumlah mereka berkisar 30.000 orang, sedang makanan itu masih tetap utuh!
Berkali-kali, Nabi pernah mengeluarkan air dari sela-sela jari Beliau yang mulia, hingga  mencukupi semua orang yang bersama Beliau.  Seperti orang-orang pada perang Hudaibiyah yang berjumlah antara 1400 hingga 1500 orang.
Beliau juga pernah menyembuhkan mata Qatadah yang mengucurkan darah dan membasahi pipinya sehingga kembali lagi seperti semula.
Ketika Beliau mengirim Muhammad bin Maslamah untuk membunuh Ka’ab bin Asyraf, ia (Muhammad bin Maslamah) terjatuh dan patah kakinya.  Kemudian Beliau mengusapnya dengan telapak tangan Beliau yang mulia, lalu sembuh seperti sedia kala.
Pernah juga Beliau memberi makan 130 orang dengan daging kambing yang dipanggang, masing-masing mendapatkan sepotong dan dipotong menjadi dua bagian, kemudian mereka kebagian makanan semuanya.  Tetapi, daging kambing itu masih tersisa.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah membayarkan hutang Abdulah bin Amr kepada salah seorang Yahudi, sebanyak 30 wasak[3].  Kemudian Jabir meminta yang punya piutang untuk mengambil semua kurma yang ada padanya, tetapi ia (orang Yahudi itu) menolak.  Lalu Rasulullah lewat dan berkata kepada Jabir, “Penuhi saja kemauannya.”  Lalu Jabir pun memberinya 30 wasak.  Tetapi setelah dihitung, ternyata masih kelebihan 17 wasak.  Mukjizat Nabi yang semacam ini sangatlah banyak, sehingga kalau dihimpun dapat mencapai 1000 mukjizat.

Karomah Para Sahabat
Karomah para Sahabat dan Tabi’in serta orang-orang shalih, jumlahnya cukup banyak.  Seperti yang terjadi pada Usaid bin Hudhair, ketika ia membaca surat Al-Kahfi, turunlah seperti bayangan halus dari langit.  Mereka adalah para Malaikat yang turun untuk mendengarkan bacaannya.
Para Malaikat juga pernah memberi salam kepada Imran bin Hushain.
 Salman Al-Farisi dan Abu Ad-Darda pernah makan pada sebuah piring, kemudian piring itu bertasbih dan begitu juga apa yang ada di dalamnya.
Ubbad bin Basyar dan Usaid bin Hudhair, suatu ketika keluar dari majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada malam yang gelap gulita.  Kemudian muncul cahaya seperti ujung cemeti menerangi mereka.  Dan ketika mereka berpisah, cahaya itu pun berpisah dengan keduanya.  Kisah ini tidak hanya diriwayatkan oleh Al-Bukhari.
Kisah tentang Ash-Shiddiq dalam Al-Bukhari dan Muslim (Shahihain), ketika pergi bersama ketiga orang tamu kerumahnya.  Karena makanannya cuma sedikit, ia tidak makan sesuap pun, tetapi malah mucul makanan dari bagian bawahnya yang lebih banyak dari sebelumnya.  Saat ketiga tamunya telah kenyang, makanan itu masih tetap banyak.  Kemudian Abu Bakar dan Isterinya membawa tempat makan itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu banyak orang berdatangan dan ikut memakan makanan tersebut.
Ketika Khubaib bin Adi menjadi tawanan orang-orang Musyrik Makkah, setiap hari ada yang memberinya buah anggur untuk dimakan, padahal saat itu di Makkah tidak ada (sedang tidak musim) anggur.
Amir bin Fuhairah mati Syahid terbunuh, dan orang-orang mencari tubuhnya tetapi tidak menemukannya.  Ketika ia terbunuh, Amir bin Thufail melihat ada yang mengangkatnya.  Urwah berkata, “Mereka berpendapat bahwa Malaikat telah menguburkannya.”
Ketika meninggalkan Makkah dan Hijrah ke Madinah, Ummu Aiman sama sekali tidak membawa bekal makanan maupun air.  Ditengah perjalanan, hampir saja ia mati karena kehausan.  Saat datang waktu berbuka – ketika itu ia sedang berpuasa, ia mendengar sesuatu di atas kepalanya.  Ummu Aiman pun menoleh, ternyata ia melihat ember putih berisi air tergantung.  Lalu ia meminumnya sampai puas, dan sejak saat itu ia tidak pernah merasakan dahaga seumur hidupnya.
Safinah[4], pembantu Rasulullah Shallallahui ‘Alaihi wa Sallam pernah memberitahu kepada seekor singa, bahwa dia adalah pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian singa itu mengantarkannya sampai ke tujuannya [5].
Adalah Al-Barra bin Malik, jika bersumpah atas Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti Dia mengabulkan sumpahnya.  Suatu saat dalam sebuah pertempuran, ketika kaum muslimin mulai terdesak, sahabat-sahabatnya berkata, “Wahai Al-Barra, bersumpahlah atas Nama Tuhan-mu.”  Kemudian ia (Al-Barra) berkata, “Wahai Tuhan-ku, aku bersumpah dengan menyebut Nama-Mu, berikanlah kemenangan kepada kami.”  Maka pasukan musuh pun berhasil dikalahkan.  Dan pada peperangan Tustar, Al-Barra berkata, “Aku bersumpah kepada-Mu wahai Tuhan-ku, karuniakanlah kemenangan kepada kami dengan mengalahkan mereka.  Dan jadikan aku sebagai Syahid yang pertama.”  Kemudian kaum muslimin pun memperoleh kemenangan gemilang, dan mereka menyaksikan Al-Barra sebagai orang yang pertama Syahid pada hari itu.
Begitu juga Khalid bin Al-Walid, ketika dia dan pasukannya mengepung sebuah benteng yang kokoh, pimpinan pasukan musuh berkata, “Kami tidak akan menyerah sebelum kamu meminum racun.”  Khalid pun meminumnya, dan dia tetap segar-bugar tidak terkena pengaruh racun tersebut.
Adapun Sa’ad bin Abi Waqash, dia adalah orang yang mustajab do’anya.  Setiap do’anya selalu dikabulkan Allah.  Dan dialah orang yang menundukkan pasukan Kisra dan mengalahkan Irak.
Dikisahkan, bahwa Umar bin Khathab mengirim pasukan perang ke Ashbahan dibawah pimpinan Sariyah.  Ketika sedang berkhutbah pada hari Jum’at, tiba-tiba Umar berteriak, “Gunung, hai Sariyah!  Gunung, hai Sariyah!”
Sepekan kemudian, datang seorang utusan pasukan dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kami telah bertemu musuh dan mereka hampir saja mengalahkan kami.  Namun tiba-tiba kami mendengar suara teriakan yang keras, ‘Gunung, hai Sariyah!  Gunung, hai Sariyah!.’  Kami pun segera menuju ke arah gunung dan berlindung di situ, lalu Allah menghancurkan mereka.”
Ketika Zunairah[6] masuk Islam, dia disiksa sedemikian rupa dan dipaksa kembali lagi ke Agamanya yang lama.  Tetapi dia tetap bersikukuh dalam Islam.  Sehingga matanya menjadi buta disebabkan siksaan mereka.  Orang-orang musyrik itu berkata, “Matanya terkena laknat Lata dan Uzza.”  Dia (Zunairah) menjawab, “Demi Allah tidak.”  Lalu Allah mengembalikan penglihatannya seperti semula.
Said bin Zaid juga seorang yang makbul do’anya.  Dia pernah mendo’akan Arwa ketika mendustainya, “Ya Allah, jika ia berdusta, butakanlah matanya dan matikanlah ia di tanah miliknya.”  Maka Arwa pun buta dan jatuh terperosok kedalam lubang di tanah miliknya, kemudian mati di situ.
Al-Ala’ bin Al-Hadrami, seorang Gubernur Bahrain pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pernah mengucapkan, “Wahai Dzat Yang Mahamengetahui, Mahasabar, Mahatinggi dan Mahaagung,” dalam doanya dan dikabulkan.  Dia juga pernah berdo’a kepada Allah agar orang-orang mendapatkan air untuk berwudhu ketika mereka tidak mendapatkan air.  Pada saat pasukan kaum Muslimin terhalangi oleh laut ketika menuju suatu peperangan, dia berdo’a kepada Allah agar mereka dapat melewati bentangan laut yang luas dengan kuda-kuda yang mereka tunggangi.  Kemudian mereka pun berjalan di atas air dan pelana kuda mereka tidak basah sedikit pun.  Di akhir hayatnya, dia berdo’a, agar orang-orang tidak melihat tubuhnya jika dia meninggal.  Dan mereka pun tidak menemukan jasadnya dalam liang lahat.

Karomah Para Tabi’in
Abu Muslim Al-Khaulani misalnya, dia pernah menyeberangi sungai Tigris bersama pasukan kaum Muslimin dengan berjalan di atasnya, seakan-akan sungai Tigris beralaskan papan kayu di sepanjang permukaannya.  Kemudian dia menoleh kepada para Sahabatnya seraya berkata, “Apakah ada diantara kalian yang kehilangan sesuatu, biar aku berdo’a kepada Allah supaya ketemu?”  Ada salah seorang yang berkata, “Aku kehilangan keranjang.”  Abu Muslim berkata, “Ikut denganku.”   Lalu orang itu mengikuti Abu Muslim dan dia mendapatkan keranjangnya tergantung di ranting pepohonan, dia pun megambilnya.
Ketika Aswad Al-Ansi memproklamirkan dirinya sebagai seorang Nabi, dia memanggil Abu Muslim dan menanyainya, “Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?”  Abu Muslim menjawab, “Apa? Aku tidak mendengar.”[7]  Al-Ansi bertanya lagi, “Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?”  Kata Abu Muslim, “Ya.”  Karena merasa dilecehkan, Al-Ansi  segera memerintahkan anak buahnya agar membakar Abu Muslim di atas tumpukan kayu bakar yang berkobar-kobar dengan api.  Namun, bukannya meninggal, mereka malah melihat Abu Muslim shalat di dalamnya.  Api itu menjadi dingin dan tidak membahayakannya.
Suatu ketika, ia (Abu Muslim) datang ke madinah setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Umar menyuruhnya duduk di tengah-tengah antara dirinya dengan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhuma.  Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang belum mewafatkanku sampai aku melihat salah seorang dari ummat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diperlakukan Allah seperti Ibrahim Khalilullah (Nabi Ibrahim).”
Budak perempuannya juga pernah menaruh racun ke dalam makanannya, namun makanan beracun yang dimakannya itu tidak membahayakannya.
Dikisahkan juga, bahwa ada seorang perempuan ingin mencelakai isterinya, kemudian ia mendoakannya dan perempuan itu pun buta.  Lalu dia datang dan menyatakan bertaubat.  Abu Muslim pun berdo’a kepada Allah agar mengembalikan penglihatannya.
Seorang Tabi’in, Amir bin Abdi Qais namanya, dia mengambil gajinya sebesar 2000 dirham dan menyimpannya di balik baju.  Di perjalanan pulang, setiap kali bertemu dengan pengemis, dia selalu memberinya uang tanpa menghitungnya.  Kemudian sesampainya di rumah, uangnya sama sekali tidak berkurang dan beratnya juga tidak berubah.
Pernah suatu kali ia bertemu dengan rombongan khalifah yang tertahan oleh seekor singa.  Lalu dia mendatangi singa tersebut dan mengusapkan pakaiannya ke mulut singa.  Setelah itu ia meletakkan kakinya di atas leher singa itu dan berkata, “Kamu itu hanya seekor anjing dari sekian banyak anjingnya Allah, dan aku malu pada-Nya kalau sampai takut kepada selain-Nya.”  Rombongan khalifah pun melanjutkan perjalanannya.    
Dia juga pernah meminta kepada Allah supaya mempermudahnya bersuci pada musim dingin.  Dan Allah pun memberinya air yang beruap (hangat).  Diantara do’anya kepada Tuhan-nya dia meminta  agar mencegah syaithan masuk ke dalam hatinya ketika sedang shalat, maka syaithan pun tidak sanggup mengganggunya.
Hasan Al-Basri pernah menghilang dari pandangan Al-Hajjaj, padahal anak buah Al-Hajjaj telah mencarinya hingga enam kali.  Dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar melindunginya dan mereka tidak dapat melihatnya.  Dia juga pernah mendo’akan salah seorang Khawarij yang mengganggu dirinya.  Dan orang tersebut langsung tersungkur mati[8].
Adalah Shilah bin Usyaim, kudanya mati ketika dia sedang berada dalam medan pertempuran.  Dia berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau berikan kekuatan kepada musuh sehingga dapat mengalahkanku.”  Lalu ia berdoa kepada Allah agar menghidupkan kudanya, dan Allah pun menghidupkan kudanya.  Ketika sampai di rumah, ia berkata kepada anaknya, “Hai anakku, ambil pelana kudanya, karena dia tidak memerlukannya lagi.”  Anaknya pun mengambil pelananya dan kuda itu pun mati lagi.
Saat berada di Ahwaz, ia lapar dan berdo’a kepada Allah meminta makanan, tiba-tiba di belakangnya ada sekeranjang kurma dalam kain sutera.  Kemudian ia pun makan kurma tersebut dan memberikan kain sutera tadi kepada isterinya.
Pernah dia didatangi seekor singa pada waktu shalat di malam hari.  Seusai salam dia berkata kepada singa tersebut, “Carilah rezekimu di tempat lain.”  Dan singa itu pun berpaling sambil mengaum.
Disebutkan, bahwa Said bin Al-Musayyab pada hari-hari pengepungan Madinah[9], mendengar suara adzan dari kuburan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada waktu-waktu shalat.  Padahal masjid telah kosong dan tidak ada orang selain dia[10].
Seorang laki-laki dari Nakha’, keledainya mati saat sedang dalam perjalanan.  Teman-temannya berkata, “Mari kita bantu membawakan barang-barangmu.”  Ia menjawab, “Tunggu aku sebentar.”  Kemudian ia berwudhu dan shalat dua rakaat, lalu berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Maka Allah pun menghidupkan kembali keledainya yang sudah mati untuk membawa barang-barangnya.
Ketika Uwais Al-Qarni meninggal dunia, orang-orang mendapatkan beberapa kain kafan dalam pakaiannya, padahal sebelumnya Uwais tak pernah memilikinya.  Mereka juga mendapati liang kubur yang telah tersedia untuknya di daerah bebatuan.  Lalu mereka mengkafaninya dengan kain kafan tersebut dan menguburkannya di liang kubur yang telah tersedia untuknya.
Amru bin Utbah bin Farqad, suatu hari shalat di bawah terik matahari, kemudian ia dinaungi oleh awan.  Dan ketika ia menggembala binatang tunggangan sahabatnya, seekor binatang buas melindunginya, karena ia pernah berjanji kepada para sahabatnya untuk melayani mereka dalam perang.
Adalah Muthraf bin Abdullah bin Syukhair, setiap kali dia memasuki rumahnya, bejana-bejananya ikut bertasbih bersamanya.  Dan pada suatu malam yang gelap ketika ia berjalan dengan sahabatnya, muncul pucuk cemeti yang  menerangi mereka[11].
Ahnaf bin Qais ketika meninggal dunia, kopiah seseorang jatuh ke dalam kuburnya.  Lalu dia turun untuk mengambilnya, tiba-tiba ia mendapati kuburan itu melebar sejauh mata memandang.
Ibrahim At-Taymi pernah selama sebulan atau dua bulan selalu beribadah dan tidak memakan sesuatu apa pun[12].  Suatu hari ia keluar mencari makanan buat keluarganya, tetapi ia tidak mendapatkannya.  Kebetulan ia melewati dataran tanah merah, lalu ia mengambilnya sedikit.  Kemudian ia kembali ke keluarganya.  Keluarganya pun membuka bungkusan yang ia bawa, tahu-tahu tanah merah itu telah berubah menjadi gandum merah.  Sebagian dari biji gandum itu ia tanam, dan setiap kali panen, dari dasar tangkai sampai cabang-cabangnya mengeluarkan biji yang berlipat ganda.
Utbah Al-Ghulam meminta tiga hal kepada Tuhan-nya;  Suara yang merdu, Air mata yang deras, dan makanan tanpa harus bersusah payah.  Allah mengabulkan permintaannya.  Setiap kali membaca Al-Qur’an ia menangis, dan membuat orang yang mendengarkannya juga ikut menangis, air matanya terus mengalir deras.  Dan setiap dia kembali ke rumahnya, dia selalu mendapatkan makanan yang tidak dia ketahui dari mana datangnya.
Dikisahkan, bahwa Abdul Wahid bin Zaid terkena lumpuh separo pada anggota tubuhnya.  Dia memohon kepada Allah agar menguatkan anggota tubuh tersebut ketika berwudhu.  Dan ketika berwudhu, anggota tubuhnya yang lumpuh menjadi sehat, kemudian kembali lumpuh setelah itu.

Masalah karomah merupakan masalah yang sangat luas pembahasannya.  Dan pengarang buku (Ibnu Taimiyah) telah memaparkan secara panjang-lebar tentang karomah para Wali tidak hanya di dalam Bab ini.  Adapun karamah yang kami (Pengarang) ketahui dan lihat sendiri pada masa ini (semasa hidup Pengarang) cukup banyak jumlahnya.
Selamanya, karomah tidak dapat dipelajari.  Karena karomah adalah pemberian Allah 'Azza wa Jalla kepada para Wali-Nya pada saat-saat yang tidak bisa ditentukan.  Jadi, bila ada orang yang berusaha untuk mendapatkan kelebihan-kelebihan secara fisik, maka itu bukanlah karomah.  Termasuk juga dalam mempelajari Ilmu-Ilmu Tertentu, seperti ILMU KEBAL, TENAGA DALAM, PUKULAN JARAK JAUH, ILMU LADUNI (Tarikat Sufiyah), MEMBUNUH SESEORANG DARI JARAK JAUH, MENYEMBUHKAN SUATU PENYAKIT DARI JARAK JAUH, ILMU PENGASIHAN, TERBANG DI UDARA, BERJALAN DI ATAS AIR, MENARI-NARI DI ATAS PECAHAN KACA ATAU MEMAKAN PECAHAN KACA-TAPI TIDAK TERLUKA, MENEBAK APA YANG ADA DI DALAM HATI-ATAU YANG SEDANG DIPIKIRKAN OLEH ORANG LAIN, MENCERITAKAN SESUATU YANG SEDANG TERJADI DI SUATU TEMPAT PADA SAAT BERSAMAAN, BISA MENGHILANG, HADIR DI DUA ATAU TIGA TEMPAT YANG BERBEDA PADA WAKTU YANG  BERSAMAAN, DAN LAIN-LAIN.  Itu semua, sekalipun dipelajari dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an, Hadits-Hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ataupun mengamalkan amalan Sunnah, namun semuanya itu adalah ucapan-ucapan yang Mengatas-Namakan Allah, sedangkan Allah sama sekali tidak pernah menurunkan Hujjah untuk hal-hal tersebut.  Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala serta Rasul-Nya Shallallahu 'Allaihi wa Sallam berlepas Diri darinya.  Selain tidak ada landasannya dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, hal-hal tersebut juga mengharuskan seseorang melakukan amalan tertentu, pada waktu tertentu, dan dalam hitungan (jumlah) tertentu pula.  Jika pengamalannya tidak sesuai dengan yang disyaratkan (Iblis / Syaithan) tersebut, maka Ilmu yang dia pelajari akan gagal diperoleh.

oOo

(Disadur bebas dari kitab “Wali Allah versus Wali Setan”, Ibnu Taimiyah, Terj. Ikhwan El-Shafwa, Edt. H. Abduh Zulfidar Akaha, LC)
[1]  (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah)
[2]  Demikian yang tertulis dalam Kitab Aslinya.  Namun, mungkin yang benar adalah perang Khaibar.  Karena menurut Ibnu Hajar, setelah memaparkan berbagai pendapat, yang benar adalah perang Khaibar, bukan perang Tabuk, sebab inilah yang terdapat dalam Shahih Muslim (Edt.)
[3]  1 wasak = 60 sha’, 1 sha’ = kurang-lebih 2172 gram.
[4]  Safinah, seorang pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Konon namanya adalah Mahrah, tapi ada yang mengatakan Thahman dan ada juga yang mengatakan selain itu.  Berasal dari Persia, ketika masih sebagai budak, dia dibeli oleh Ummu Salamah.  Lalu Ummu Salamah membebaskannya dengan syarat dia bersedia mengabdi kepada Nabi.  Dia juga turut meriwayatkan hadits dari Beliau.
[5]  Diceritakan, bahwa Safinah pernah naik kapal, dan di tengah-tengah laut kapal itu pecah dan tenggelam.  Kemudian ia berpegangan pada sebilah kayu yang membawanya sampai ketepian pantai.  Di situ ia bertemu dengan seekor singa, lalu Safinah berkata kepada singa tersebut, “Aku adalah pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”  Singa itu pun tiba-tiba menundukkan pandangan dan kepalanya.  Kemudian singa itu mendorong-dorong Safinah dengan kepalanya, seolah-olah dia ingin menunjukkan jalan keluar dari hutan.  Safinah pun berjalan bersama-sama dengan singa tersebut.  Tatkala sampai di tepi jalan singa itu berhenti dan mengaum, seakan-akan dia mengucapkan selamat jalan kepada Safinah. (Lihat kisah ini di “Dalaa’il An-Nubuwwah”, Abu Nu’aim, hal 212. Edt.)
[6]  Zunairah, adalah mantan budak Abu Bakar Ash-Shiddiq yang telah dimerdekakan.
[7]  Abu Muslim pura-pura tidak mendengar (Edt.)
[8]  Dalam kitab “Jami’ Al’Ulum Al-Hikam”, Ibnu Rajab Al-Hambali menceritakan, bahwa ada orang Khawarij yang mengganggu majelis Hasan Al-Basri sehingga membuat dirinya dan murid-muridnya marah.  Dan ketika dia semakin menjadi-jadi dalam menjelek-jelekkan orang-orang yang ada di majelis itu, Hasan berdo’a, “Ya Allah, sungguh Engkau Tahu terhadap apa yang dilakukannya terhadap kami.  Oleh karena itu hindarkanlah kami dari orang ini sekehendak-Mu.”  Tiba-tiba orang tersebut berteriak dan jatuh tersungkur.  Kemudian dia dibawa pulang ke rumahnya dalam keadaan mati.
[9]  Hari pengepungan Madinah, adalah hari-hari ketika Madinah dikepung dan ditaklukkan secara paksa oleh pasukan Yazid bin Mu’awiyah dibawah pimpinan Muslim bin Uqbah.  Pada saat itu, banyak penduduk Madinah yang mati terbunuh, sebaagian diantaranya adalah para Sahabat yang mulia, dan harta benda serta penduduk Madinah – baik laki-laki maupun perempuan diperlakukan layaknya ghanimah dan tawanan perang.  Peristiwa ini terjadi pada tahun 69 H.  Dan ini adalah sebuah Noda Hitam dalam sejarah Islam yang tidak boleh terulang (Edt.)
[10]  Ketika itu, tidak ada seorang pun yang berani pergi ke masjid selain Said bin Al-Musayyab.  Sehingga tidak ada orang yang menyerukan adzan.  Namun sebagai gantinya, tetap ada suara adzan yang berasal dari kuburan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana yang didengar oleh Said (Edt.)
[11]  Orang Arab sering mengistilahkan sebuah cahaya yang kecil dengan pucuk cemeti, karena kalau kita melecutkan sebuah cemeti (cambuk) dengan keras, maka akan muncul sekelebat cahaya dari ujung cemeti tersebut (Edt.)
[12]  Agak janggal memang, ada orang yang tidak makan sampai dua bulan.  Namun bila mengingat bahwa ia adalah Karomah, maka hal itu bukan merupakan sesuatu yang mustahil.  Lagi pula Imam Ahmad menyebutkan kisah ini dalam kitab “Az-Zuhud”, dan Ibnul Jauzi dalam “Shifatu Ash-Shafwah” (Edt.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar