بسم
الله الر حمان الر حيم
Para Wali Allah adalah orang-orang yang bertakwa,
yang selalu mengikuti (Ittiba’) kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, mengerjakan apa yang Beliau perintahkan, dan menjauhi apa-apa
yang Beliau larang dan cegah. Senantiasa
mengikutinya sesuai dengan yang Beliau ajarkan kepada mereka. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala
memperkuat mereka dengan para Malaikat serta pertolongan-Nya, dan menyinari
hati mereka dengan cahaya-Nya serta memberi Karomah kepada mereka sebagaimana
yang Dia berikan kepada Para Wali-Nya yang Bertakwa.
Karomah yang dimiliki oleh Para Wali Allah yang terpilih, sungguh merupakan Hujjah ("argumen") dalam Agama atau merupakan suatu kebutuhan yang mesti dimiliki kaum muslimin, sebagaimana mukjizat Nabi mereka Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (untuk menambah keyakinan mereka pada Syari’at-Nya serta KeMahakuasaan-Nya terhadap segala sesuatu).
Karomah Wali Allah hanya dapat diperoleh dikarenakan barokah
dari mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang sebenarnya termasuk (bagian) mukjizat
Rasul juga. Seperti terbelahnya bulan, bertasbihnya
kerikil di telapak tangan Beliau, pohon yang mendekati Beliau, pemberitahuan
Beliau tentang Baitul Maqdis pada malam Mi’raj, pemberitahuan Beliau
tentang hal-hal yang telah dan akan terjadi, Al-Qur’an yang di turunkan kepada Beliau,
memperbanyak makanan dan minuman brerulang kali, misalnya ketika Perang Khandak,
dimana Beliau dapat membuat kenyang parta Sahabatnya dengan makanan yang
sedikit. Dalam hadits Ummu Sulaim yang
terkenal, disebutkan bahwa makanan tersebut tidak berkurang.[1]
Beliau juga pernah memberi minum kepada bala
tentaranya saat Perang Tabuk[2], hanya dari satu gentong air
dan isi gentong itu tidak berkurang sedikit pun.
Pada saat Perang Tabuk, dengan makanan yang hanya
sedikit, Beliau memenuhi kantong-kantong makanan milik para Sahabatnya. Padahal jumlah mereka berkisar 30.000 orang,
sedang makanan itu masih tetap utuh!
Berkali-kali, Nabi pernah mengeluarkan air dari sela-sela
jari Beliau yang mulia, hingga mencukupi semua orang yang bersama Beliau. Seperti orang-orang pada perang Hudaibiyah
yang berjumlah antara 1400 hingga 1500 orang.
Beliau juga pernah menyembuhkan mata Qatadah yang
mengucurkan darah dan membasahi pipinya sehingga kembali lagi seperti semula.
Ketika Beliau mengirim Muhammad bin Maslamah untuk membunuh
Ka’ab bin Asyraf, ia (Muhammad bin Maslamah) terjatuh dan patah kakinya. Kemudian Beliau mengusapnya dengan telapak tangan
Beliau yang mulia, lalu sembuh seperti sedia kala.
Pernah juga Beliau memberi makan 130 orang dengan daging
kambing yang dipanggang, masing-masing mendapatkan sepotong dan dipotong
menjadi dua bagian, kemudian mereka kebagian makanan semuanya. Tetapi, daging kambing itu masih tersisa.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah
membayarkan hutang Abdulah bin Amr kepada salah seorang Yahudi, sebanyak 30
wasak[3]. Kemudian Jabir
meminta yang punya piutang untuk mengambil semua kurma yang ada padanya, tetapi
ia (orang Yahudi itu) menolak. Lalu
Rasulullah lewat dan berkata kepada Jabir, “Penuhi saja kemauannya.” Lalu Jabir pun memberinya 30 wasak. Tetapi setelah dihitung, ternyata masih kelebihan
17 wasak. Mukjizat Nabi yang semacam ini
sangatlah banyak, sehingga kalau dihimpun dapat mencapai 1000 mukjizat.
Karomah Para Sahabat
Karomah para Sahabat dan Tabi’in serta orang-orang shalih,
jumlahnya cukup banyak. Seperti yang
terjadi pada Usaid bin Hudhair, ketika ia membaca surat Al-Kahfi,
turunlah seperti bayangan halus dari langit.
Mereka adalah para Malaikat yang turun untuk mendengarkan bacaannya.
Para Malaikat juga pernah memberi salam kepada Imran bin
Hushain.
Salman Al-Farisi
dan Abu Ad-Darda pernah makan pada sebuah piring, kemudian piring
itu bertasbih dan begitu juga apa yang ada di dalamnya.
Ubbad bin Basyar dan Usaid bin Hudhair, suatu
ketika keluar dari majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada
malam yang gelap gulita. Kemudian muncul
cahaya seperti ujung cemeti menerangi mereka.
Dan ketika mereka berpisah, cahaya itu pun berpisah dengan
keduanya. Kisah ini tidak hanya
diriwayatkan oleh Al-Bukhari.
Kisah tentang Ash-Shiddiq dalam Al-Bukhari dan Muslim
(Shahihain), ketika pergi bersama ketiga orang tamu kerumahnya. Karena makanannya cuma sedikit, ia tidak
makan sesuap pun, tetapi malah mucul makanan dari bagian bawahnya yang lebih
banyak dari sebelumnya. Saat ketiga tamunya
telah kenyang, makanan itu masih tetap banyak.
Kemudian Abu Bakar dan Isterinya membawa tempat makan itu kepada
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu banyak orang berdatangan
dan ikut memakan makanan tersebut.
Ketika Khubaib bin Adi menjadi tawanan orang-orang
Musyrik Makkah, setiap hari ada yang memberinya buah anggur untuk dimakan,
padahal saat itu di Makkah tidak ada (sedang tidak musim) anggur.
Amir bin Fuhairah mati Syahid terbunuh, dan
orang-orang mencari tubuhnya tetapi tidak menemukannya. Ketika ia terbunuh, Amir bin Thufail melihat
ada yang mengangkatnya. Urwah berkata, “Mereka
berpendapat bahwa Malaikat telah menguburkannya.”
Ketika meninggalkan Makkah dan Hijrah ke Madinah, Ummu
Aiman sama sekali tidak membawa bekal makanan maupun air. Ditengah perjalanan, hampir saja ia mati
karena kehausan. Saat datang waktu berbuka
– ketika itu ia sedang berpuasa, ia mendengar sesuatu di atas kepalanya. Ummu Aiman pun menoleh, ternyata ia
melihat ember putih berisi air tergantung.
Lalu ia meminumnya sampai puas, dan sejak saat itu ia tidak pernah
merasakan dahaga seumur hidupnya.
Safinah[4], pembantu Rasulullah Shallallahui
‘Alaihi wa Sallam pernah memberitahu kepada seekor singa, bahwa dia adalah
pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian singa itu
mengantarkannya sampai ke tujuannya [5].
Adalah Al-Barra bin Malik, jika bersumpah atas Nama
Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti Dia mengabulkan sumpahnya. Suatu saat dalam sebuah pertempuran, ketika
kaum muslimin mulai terdesak, sahabat-sahabatnya berkata, “Wahai Al-Barra,
bersumpahlah atas Nama Tuhan-mu.”
Kemudian ia (Al-Barra) berkata, “Wahai Tuhan-ku, aku bersumpah dengan
menyebut Nama-Mu, berikanlah kemenangan kepada kami.” Maka pasukan musuh pun berhasil
dikalahkan. Dan pada peperangan Tustar,
Al-Barra berkata, “Aku bersumpah kepada-Mu wahai Tuhan-ku, karuniakanlah
kemenangan kepada kami dengan mengalahkan mereka. Dan jadikan aku sebagai Syahid yang pertama.” Kemudian kaum muslimin pun memperoleh
kemenangan gemilang, dan mereka menyaksikan Al-Barra sebagai orang yang pertama
Syahid pada hari itu.
Begitu juga Khalid bin Al-Walid, ketika dia dan
pasukannya mengepung sebuah benteng yang kokoh, pimpinan pasukan musuh berkata,
“Kami tidak akan menyerah sebelum kamu meminum racun.” Khalid pun meminumnya, dan dia tetap
segar-bugar tidak terkena pengaruh racun tersebut.
Adapun Sa’ad bin Abi Waqash, dia adalah orang yang
mustajab do’anya. Setiap do’anya selalu
dikabulkan Allah. Dan dialah orang yang
menundukkan pasukan Kisra dan mengalahkan Irak.
Dikisahkan, bahwa Umar bin Khathab mengirim pasukan
perang ke Ashbahan dibawah pimpinan Sariyah. Ketika sedang berkhutbah pada hari Jum’at,
tiba-tiba Umar berteriak, “Gunung, hai Sariyah!
Gunung, hai Sariyah!”
Sepekan kemudian, datang seorang utusan pasukan dan berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, kami telah bertemu musuh dan mereka hampir saja
mengalahkan kami. Namun tiba-tiba kami
mendengar suara teriakan yang keras, ‘Gunung, hai Sariyah! Gunung, hai Sariyah!.’ Kami pun segera menuju ke arah gunung dan
berlindung di situ, lalu Allah menghancurkan mereka.”
Ketika Zunairah[6] masuk Islam, dia disiksa
sedemikian rupa dan dipaksa kembali lagi ke Agamanya yang lama. Tetapi dia tetap bersikukuh dalam Islam. Sehingga matanya menjadi buta disebabkan siksaan
mereka. Orang-orang musyrik itu berkata,
“Matanya terkena laknat Lata dan Uzza.”
Dia (Zunairah) menjawab, “Demi Allah tidak.” Lalu Allah mengembalikan penglihatannya
seperti semula.
Said bin Zaid juga seorang yang makbul do’anya. Dia pernah mendo’akan Arwa ketika
mendustainya, “Ya Allah, jika ia berdusta, butakanlah matanya dan matikanlah ia
di tanah miliknya.” Maka Arwa pun buta
dan jatuh terperosok kedalam lubang di tanah miliknya, kemudian mati di situ.
Al-Ala’ bin Al-Hadrami, seorang Gubernur Bahrain pada
masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pernah mengucapkan, “Wahai
Dzat Yang Mahamengetahui, Mahasabar, Mahatinggi dan Mahaagung,” dalam doanya
dan dikabulkan. Dia juga pernah berdo’a
kepada Allah agar orang-orang mendapatkan air untuk berwudhu ketika mereka
tidak mendapatkan air. Pada saat pasukan
kaum Muslimin terhalangi oleh laut ketika menuju suatu peperangan, dia berdo’a
kepada Allah agar mereka dapat melewati bentangan laut yang luas dengan
kuda-kuda yang mereka tunggangi.
Kemudian mereka pun berjalan di atas air dan pelana kuda mereka tidak
basah sedikit pun. Di akhir hayatnya,
dia berdo’a, agar orang-orang tidak melihat tubuhnya jika dia meninggal. Dan mereka pun tidak menemukan jasadnya dalam
liang lahat.
Karomah Para Tabi’in
Abu Muslim Al-Khaulani misalnya, dia pernah
menyeberangi sungai Tigris bersama pasukan kaum Muslimin dengan berjalan di
atasnya, seakan-akan sungai Tigris beralaskan papan kayu di sepanjang
permukaannya. Kemudian dia menoleh
kepada para Sahabatnya seraya berkata, “Apakah ada diantara kalian yang
kehilangan sesuatu, biar aku berdo’a kepada Allah supaya ketemu?” Ada salah seorang yang berkata, “Aku
kehilangan keranjang.” Abu Muslim
berkata, “Ikut denganku.” Lalu orang
itu mengikuti Abu Muslim dan dia mendapatkan keranjangnya tergantung di ranting
pepohonan, dia pun megambilnya.
Ketika Aswad Al-Ansi memproklamirkan dirinya sebagai
seorang Nabi, dia memanggil Abu Muslim dan menanyainya, “Apakah kamu bersaksi
bahwa aku adalah utusan Allah?” Abu
Muslim menjawab, “Apa? Aku tidak mendengar.”[7] Al-Ansi bertanya lagi, “Apakah kamu bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah?”
Kata Abu Muslim, “Ya.” Karena
merasa dilecehkan, Al-Ansi segera
memerintahkan anak buahnya agar membakar Abu Muslim di atas tumpukan kayu bakar
yang berkobar-kobar dengan api. Namun,
bukannya meninggal, mereka malah melihat Abu Muslim shalat di dalamnya. Api itu menjadi dingin dan tidak
membahayakannya.
Suatu ketika, ia (Abu Muslim) datang ke madinah setelah
wafatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Umar menyuruhnya duduk di tengah-tengah
antara dirinya dengan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhuma. Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang
belum mewafatkanku sampai aku melihat salah seorang dari ummat Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam yang diperlakukan Allah seperti Ibrahim Khalilullah (Nabi
Ibrahim).”
Budak perempuannya juga pernah menaruh racun ke dalam
makanannya, namun makanan beracun yang dimakannya itu tidak membahayakannya.
Dikisahkan juga, bahwa ada seorang perempuan ingin
mencelakai isterinya, kemudian ia mendoakannya dan perempuan itu pun buta. Lalu dia datang dan menyatakan
bertaubat. Abu Muslim pun berdo’a kepada
Allah agar mengembalikan penglihatannya.
Seorang Tabi’in, Amir bin Abdi Qais namanya, dia
mengambil gajinya sebesar 2000 dirham dan menyimpannya di balik baju. Di perjalanan pulang, setiap kali bertemu
dengan pengemis, dia selalu memberinya uang tanpa menghitungnya. Kemudian sesampainya di rumah, uangnya sama
sekali tidak berkurang dan beratnya juga tidak berubah.
Pernah suatu kali ia bertemu dengan rombongan khalifah yang
tertahan oleh seekor singa. Lalu dia
mendatangi singa tersebut dan mengusapkan pakaiannya ke mulut singa. Setelah itu ia meletakkan kakinya di atas
leher singa itu dan berkata, “Kamu itu hanya seekor anjing dari sekian banyak
anjingnya Allah, dan aku malu pada-Nya kalau sampai takut kepada selain-Nya.” Rombongan khalifah pun melanjutkan perjalanannya.
Dia juga pernah meminta kepada Allah supaya mempermudahnya
bersuci pada musim dingin. Dan Allah pun
memberinya air yang beruap (hangat).
Diantara do’anya kepada Tuhan-nya dia meminta agar mencegah syaithan masuk ke dalam hatinya
ketika sedang shalat, maka syaithan pun tidak sanggup mengganggunya.
Hasan Al-Basri pernah menghilang dari pandangan
Al-Hajjaj, padahal anak buah Al-Hajjaj telah mencarinya hingga enam kali. Dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
agar melindunginya dan mereka tidak dapat melihatnya. Dia juga pernah mendo’akan salah seorang Khawarij
yang mengganggu dirinya. Dan orang
tersebut langsung tersungkur mati[8].
Adalah Shilah bin Usyaim, kudanya mati ketika dia
sedang berada dalam medan pertempuran.
Dia berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau berikan kekuatan kepada musuh
sehingga dapat mengalahkanku.” Lalu ia
berdoa kepada Allah agar menghidupkan kudanya, dan Allah pun menghidupkan kudanya. Ketika sampai di rumah, ia berkata kepada
anaknya, “Hai anakku, ambil pelana kudanya, karena dia tidak memerlukannya
lagi.” Anaknya pun mengambil pelananya
dan kuda itu pun mati lagi.
Saat berada di Ahwaz, ia lapar dan berdo’a kepada Allah
meminta makanan, tiba-tiba di belakangnya ada sekeranjang kurma dalam kain
sutera. Kemudian ia pun makan kurma
tersebut dan memberikan kain sutera tadi kepada isterinya.
Pernah dia didatangi seekor singa pada waktu shalat di malam
hari. Seusai salam dia berkata kepada
singa tersebut, “Carilah rezekimu di tempat lain.” Dan singa itu pun berpaling sambil mengaum.
Disebutkan, bahwa Said bin Al-Musayyab pada hari-hari
pengepungan Madinah[9], mendengar suara adzan dari kuburan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam pada waktu-waktu shalat.
Padahal masjid telah kosong dan tidak ada orang selain dia[10].
Seorang laki-laki dari Nakha’, keledainya mati saat sedang
dalam perjalanan. Teman-temannya
berkata, “Mari kita bantu membawakan barang-barangmu.” Ia menjawab, “Tunggu aku sebentar.” Kemudian ia berwudhu dan shalat dua rakaat,
lalu berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah pun menghidupkan kembali
keledainya yang sudah mati untuk membawa barang-barangnya.
Ketika Uwais Al-Qarni meninggal dunia, orang-orang
mendapatkan beberapa kain kafan dalam pakaiannya, padahal sebelumnya Uwais tak
pernah memilikinya. Mereka juga
mendapati liang kubur yang telah tersedia untuknya di daerah bebatuan. Lalu mereka mengkafaninya dengan kain kafan
tersebut dan menguburkannya di liang kubur yang telah tersedia untuknya.
Amru bin Utbah bin Farqad, suatu hari shalat di bawah
terik matahari, kemudian ia dinaungi oleh awan.
Dan ketika ia menggembala binatang tunggangan sahabatnya, seekor
binatang buas melindunginya, karena ia pernah berjanji kepada para sahabatnya
untuk melayani mereka dalam perang.
Adalah Muthraf bin Abdullah bin Syukhair, setiap kali
dia memasuki rumahnya, bejana-bejananya ikut bertasbih bersamanya. Dan pada suatu malam yang gelap ketika ia
berjalan dengan sahabatnya, muncul pucuk cemeti yang menerangi mereka[11].
Ahnaf bin Qais ketika meninggal dunia, kopiah
seseorang jatuh ke dalam kuburnya. Lalu
dia turun untuk mengambilnya, tiba-tiba ia mendapati kuburan itu melebar sejauh
mata memandang.
Ibrahim At-Taymi pernah selama sebulan atau dua bulan
selalu beribadah dan tidak memakan sesuatu apa pun[12]. Suatu hari ia keluar mencari makanan buat
keluarganya, tetapi ia tidak mendapatkannya.
Kebetulan ia melewati dataran tanah merah, lalu ia mengambilnya sedikit. Kemudian ia kembali ke keluarganya. Keluarganya pun membuka bungkusan yang ia
bawa, tahu-tahu tanah merah itu telah berubah menjadi gandum merah. Sebagian dari biji gandum itu ia tanam, dan
setiap kali panen, dari dasar tangkai sampai cabang-cabangnya mengeluarkan biji
yang berlipat ganda.
Utbah Al-Ghulam meminta tiga hal kepada Tuhan-nya; Suara yang merdu, Air mata yang deras, dan
makanan tanpa harus bersusah payah.
Allah mengabulkan permintaannya.
Setiap kali membaca Al-Qur’an ia menangis, dan membuat orang yang
mendengarkannya juga ikut menangis, air matanya terus mengalir deras. Dan setiap dia kembali ke rumahnya, dia
selalu mendapatkan makanan yang tidak dia ketahui dari mana datangnya.
Dikisahkan, bahwa Abdul Wahid bin Zaid terkena lumpuh
separo pada anggota tubuhnya. Dia memohon
kepada Allah agar menguatkan anggota tubuh tersebut ketika berwudhu. Dan ketika berwudhu, anggota tubuhnya yang
lumpuh menjadi sehat, kemudian kembali lumpuh setelah itu.
Masalah karomah merupakan masalah yang sangat luas pembahasannya. Dan pengarang buku (Ibnu Taimiyah) telah memaparkan secara panjang-lebar tentang karomah para Wali tidak hanya di dalam Bab ini. Adapun karamah yang kami (Pengarang) ketahui dan lihat sendiri pada masa ini (semasa hidup Pengarang) cukup banyak jumlahnya.
Selamanya, karomah tidak dapat dipelajari. Karena karomah adalah pemberian Allah 'Azza wa Jalla kepada para Wali-Nya pada saat-saat yang tidak bisa ditentukan. Jadi, bila ada orang yang berusaha untuk mendapatkan kelebihan-kelebihan secara fisik, maka itu bukanlah karomah. Termasuk juga dalam mempelajari Ilmu-Ilmu Tertentu, seperti ILMU KEBAL, TENAGA DALAM, PUKULAN JARAK JAUH, ILMU LADUNI (Tarikat Sufiyah), MEMBUNUH SESEORANG DARI JARAK JAUH, MENYEMBUHKAN SUATU PENYAKIT DARI JARAK JAUH, ILMU PENGASIHAN, TERBANG DI UDARA, BERJALAN DI ATAS AIR, MENARI-NARI DI ATAS PECAHAN KACA ATAU MEMAKAN PECAHAN KACA-TAPI TIDAK TERLUKA, MENEBAK APA YANG ADA DI DALAM HATI-ATAU YANG SEDANG DIPIKIRKAN OLEH ORANG LAIN, MENCERITAKAN SESUATU YANG SEDANG TERJADI DI SUATU TEMPAT PADA SAAT BERSAMAAN, BISA MENGHILANG, HADIR DI DUA ATAU TIGA TEMPAT YANG BERBEDA PADA WAKTU YANG BERSAMAAN, DAN LAIN-LAIN. Itu semua, sekalipun dipelajari dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an, Hadits-Hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ataupun mengamalkan amalan Sunnah, namun semuanya itu adalah ucapan-ucapan yang Mengatas-Namakan Allah, sedangkan Allah sama sekali tidak pernah menurunkan Hujjah untuk hal-hal tersebut. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala serta Rasul-Nya Shallallahu 'Allaihi wa Sallam berlepas Diri darinya. Selain tidak ada landasannya dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, hal-hal tersebut juga mengharuskan seseorang melakukan amalan tertentu, pada waktu tertentu, dan dalam hitungan (jumlah) tertentu pula. Jika pengamalannya tidak sesuai dengan yang disyaratkan (Iblis / Syaithan) tersebut, maka Ilmu yang dia pelajari akan gagal diperoleh.
oOo
(Disadur bebas dari kitab “Wali Allah versus Wali Setan”,
Ibnu Taimiyah, Terj. Ikhwan El-Shafwa, Edt. H. Abduh Zulfidar Akaha, LC)
[1] (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah)
[2] Demikian
yang tertulis dalam Kitab Aslinya. Namun,
mungkin yang benar adalah perang Khaibar. Karena menurut Ibnu Hajar, setelah memaparkan
berbagai pendapat, yang benar adalah perang Khaibar, bukan perang Tabuk,
sebab inilah yang terdapat dalam Shahih Muslim (Edt.)
[3] 1 wasak =
60 sha’, 1 sha’ = kurang-lebih 2172 gram.
[4] Safinah,
seorang pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Konon namanya adalah Mahrah, tapi ada yang
mengatakan Thahman dan ada juga yang mengatakan selain itu. Berasal dari Persia, ketika masih sebagai
budak, dia dibeli oleh Ummu Salamah.
Lalu Ummu Salamah membebaskannya dengan syarat dia bersedia mengabdi
kepada Nabi. Dia juga turut meriwayatkan
hadits dari Beliau.
[5]
Diceritakan, bahwa Safinah pernah naik kapal, dan di tengah-tengah laut
kapal itu pecah dan tenggelam. Kemudian
ia berpegangan pada sebilah kayu yang membawanya sampai ketepian pantai. Di situ ia bertemu dengan seekor singa, lalu
Safinah berkata kepada singa tersebut, “Aku adalah pembantu Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.” Singa itu pun
tiba-tiba menundukkan pandangan dan kepalanya.
Kemudian singa itu mendorong-dorong Safinah dengan kepalanya,
seolah-olah dia ingin menunjukkan jalan keluar dari hutan. Safinah pun berjalan bersama-sama dengan
singa tersebut. Tatkala sampai di tepi jalan
singa itu berhenti dan mengaum, seakan-akan dia mengucapkan selamat jalan
kepada Safinah. (Lihat kisah ini di “Dalaa’il An-Nubuwwah”, Abu Nu’aim,
hal 212. Edt.)
[6] Zunairah,
adalah mantan budak Abu Bakar Ash-Shiddiq yang telah dimerdekakan.
[7] Abu
Muslim pura-pura tidak mendengar (Edt.)
[8] Dalam
kitab “Jami’ Al’Ulum Al-Hikam”, Ibnu Rajab Al-Hambali menceritakan,
bahwa ada orang Khawarij yang mengganggu majelis Hasan Al-Basri sehingga
membuat dirinya dan murid-muridnya marah.
Dan ketika dia semakin menjadi-jadi dalam menjelek-jelekkan orang-orang
yang ada di majelis itu, Hasan berdo’a, “Ya Allah, sungguh Engkau Tahu terhadap
apa yang dilakukannya terhadap kami.
Oleh karena itu hindarkanlah kami dari orang ini sekehendak-Mu.” Tiba-tiba orang tersebut berteriak dan jatuh tersungkur. Kemudian dia dibawa pulang ke rumahnya dalam
keadaan mati.
[9] Hari
pengepungan Madinah, adalah hari-hari ketika Madinah dikepung dan ditaklukkan
secara paksa oleh pasukan Yazid bin Mu’awiyah dibawah pimpinan Muslim bin
Uqbah. Pada saat itu, banyak penduduk
Madinah yang mati terbunuh, sebaagian diantaranya adalah para Sahabat yang
mulia, dan harta benda serta penduduk Madinah – baik laki-laki maupun perempuan
diperlakukan layaknya ghanimah dan tawanan perang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 69 H. Dan ini adalah sebuah Noda Hitam dalam
sejarah Islam yang tidak boleh terulang (Edt.)
[10] Ketika
itu, tidak ada seorang pun yang berani pergi ke masjid selain Said bin
Al-Musayyab. Sehingga tidak ada orang
yang menyerukan adzan. Namun sebagai
gantinya, tetap ada suara adzan yang berasal dari kuburan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam sebagaimana yang didengar oleh Said (Edt.)
[11] Orang
Arab sering mengistilahkan sebuah cahaya yang kecil dengan pucuk cemeti, karena
kalau kita melecutkan sebuah cemeti (cambuk) dengan keras, maka akan muncul
sekelebat cahaya dari ujung cemeti tersebut (Edt.)
[12] Agak
janggal memang, ada orang yang tidak makan sampai dua bulan. Namun bila mengingat bahwa ia adalah Karomah,
maka hal itu bukan merupakan sesuatu yang mustahil. Lagi pula Imam Ahmad menyebutkan kisah ini
dalam kitab “Az-Zuhud”, dan Ibnul Jauzi dalam “Shifatu Ash-Shafwah” (Edt.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar