Selasa, 08 Mei 2018

Kisah Nabi MUSA 'Alaihissalam (8)


Wafatnya Nabi MUSA ‘alaihissalam

بسم الله الر حما ن الر حيم

Imam Ahmad meriwayatkan, Al-Hasan memberitahu kami, Luhai’ah memberitahu kami, Abu Yunus Sulaim bin Jubair memberitahu kami, dari Abu Hurairah, ia menceritakan,
Malaikat Maut pernah mendatangi Musa ‘alaihissalam, lalu ia berkata, “Penuhilah panggilan Tuhanmu.”  Lalu Musa memukul mata Malaikat Maut hingga matanya keluar.  Kemudian ia (Malaikat) kembali kepada Allah seraya berkata, “Sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian.”  “ Ia telah melukai mataku,” lanjut Malaikat Maut.  Setelah itu Allah mengembalikan matanya seperti sediakala.  Lalu Allah berfirman, “Kembalilah kepada hamba-Ku itu, lalu tanyakan kepadanya, ‘Apakah kehidupan yang engkau inginkan?  Jika engkau menginginkan kehidupan, maka letakkanlah tanganmu di atas bulu (kulit) sapi.  Dan bulu sapi yang berhasil engkau tutup dengan tanganmu itu, maka setiap (helai) bulu akan dihitung satu tahun untuk masa hidupnya.’”  Ia (Malaikat Maut) bertanya, “Lalu apa lagi?”  Allah berfirman, “Setelah itu kematian.”  Ia berujar, “Jadi, sekarang berangkat.”
Diriwayatkan sendiri oleh Imam Ahmad dengan status mauquf dengan lafaz tersebut.
Juga diriwayatkan Ibnu Hibban dalam kitabnya melalui jalan Mu’ammar, dari Ibnu Thawus, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah.  Mu’ammar bercerita, orang yang mendengar Hasan memberitahuku, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam...,  lalu ia menyebutkan matan hadits.
Kemudian hal itu dipermasalahkan, dan oleh Ibnu Hibban dijawab, bahwa ketika mengatakan hal itu, Musa ‘alaihissalam tidak mengenal Malaikat Maut tersebut, karena ia datang dalam wujud seorang yang tidak dikenal Musa ‘alaihissalam, sebagaimana  Malaikat Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam wujud seorang Badui.  Dan sebagaimana kedatangan Malaikat kepada Nabi  Ibrahim dan Luth yang menyerupai seorang pemuda, sehingga awalnya Ibrahim dan Luth sama sekali tidak mengenalnya.  Demikian juga halnya dengan Musa, mungkin ia tidak mengenalnya.  Oleh karena itu ia (Musa) memukul wajahnya (Malaikat Maut) hingga keluar matanya, karena Malaikat itu masuk ke rumahnya tanpa idzin.  Dan hal itu jelas sejalan dengan syari’at kita yang membolehkan  memukul mata orang yang yang melihat kita di dalam rumah tanpa idzin.
Al-Sadi meriwayatkan, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari beberapa orang Sahabat, mereka berkata,
“Sesungguhnya di sana Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku (Allah) akan mewafatkan Harun, maka datangilah bukit ini dan itu.’  Kemudian, Musa dan Harun berangkat menuju bukit itu, tiba-tiba mereka berada di sebatang pohon, yang belum pernah ada pohon seperti itu, dan tiba-tiba mereka berada di bangunan rumah, dan tiba-tiba mereka berada di atas tempat tidur yang di atasnya ada selimut tebal, dan di dalam rumah itu terdapat bau yang semerbak mewangi.  Ketika Harun menyaksikan Bukit, Rumah dan apa yang terdapat di dalamnya, maka ia sangat terkagum-kagum.  Ia berkata, “Hai Musa, sesungguhnya aku suka tidur di atas tempat tidur ini.”  Lalu Musa berkata kepadanya, “Tidurlah di atasnya.”  “Sesungguhnya aku takut  pemilik rumah ini akan datang dan marah kepadaku,” ujar Harun.  “Janganlah engkau merasa takut, cukup bagimu aku sebagai pemelihara rumah ini, maka tidurlah,” papar Musa.  Kemudian Harun berkata, “Hai Musa, tidurlah bersamaku di sini, sehingga jika  datang pemilik rumah ini ia akan marah kepada kita berdua.”
Ketika mereka berdua tidur, maka Harun ‘alaihissalam dijemput kematian.  Dan ketika menemukan inderanya, Harun berkata, “Hai Musa, engkau menghianatiku.”
Setelah dicabut nyawa Beliau, rumah tersebut diangkat, sedang pohon itu pun lenyap, dan tempat tidur itu juga di angkat ke atas langit.
Kemudian Musa ‘alaihissalam kembali kepada kaumnya, sedang bersamanya tidak terdapat Harun, maka mereka berkata, “Sesungguhnya Musa telah membunuh Harun, karena ia iri atas kecintaan Bani Israil kepadanya.”  Dan Harun itu lebih lembut kepada Bani Israil dibandingkan Musa, sedangkan di mata mereka Musa mempunyai kesalahan terhadap mereka.  Setelah berita itu terdengar oleh Musa.  Maka Musa berkata kepada mereka, “Celaka kalian, ia itu saudaraku sendiri.  Apakah kalian menyaksikan aku membunuhnya?”  Setelah banyak dari mereka berkumpul kepadanya, ia mengerjakan shalat dua rakaat dan kemudian berdo’a kepada Allah, lalu turunlah tempat tidur sehingga mereka melihatnya berada di antara langit dan bumi.

Suatu ketika Musa ‘alaihissalam pernah berjalan-jalan bersama Yusha’, salah seorang muridnya.  Tiba-tiba datang angin yang berwarna hitam.  Ketika melihatnya, Yusha’ menduga yang demikian itu sebagai hari kiamat.  Lalu ia berpegangan dengan  erat kepada Musa seraya berkata, “Hari Kiamat datang sedang aku berpegang erat kepada Nabiyullah, Musa.”  Maka Musa melepaskan bajunya dan membiarkan bajunya itu di tangan Yusha’.  Ketika Yusha’ datang dengan membawa baju Musa, maka Bani Israil mengambilnya seraya berkata, “Engkau telah membunuh Nabiyullah.”  “Demi Allah, aku tidak membunuhnya, tetapi ia melepaskan diri dariku,” sahut Yusha’.  Tetapi mereka tidak mempercayainya dan bahkan mereka berniat membunuhnya.  Lalu ia berkata, “Jika kalian tidak percaya kepadaku, maka berilah tangguh untukku tiga hari.”  Kemudian ia berdo’a kepada Allah.  Maka setiap orang yang mejaganya tertidur, lalu masing-masing mereka diberitahu bahwa Yusha’ tidak membunuh Musa, karena sesungguhnya Kami (Allah) telah mengangkatnya kepada Kami.  Dan kemudian mereka pun melepaskannya.
Sebagaimana telah kami kemukakan sebelumnya, bahwasanya tidak ada seorang pun yang ikut keluar dari Tiih (Padang Pasir) bersama Musa kecuali Yusha’ bin Nun dan Khalib bin Yaufana, yaitu suami Maryam.
Wahab bin Munabbih menceritakan, bahwa Musa ‘alaihissalam pernah berjalan melewati sekumpulan Malaikat yang sedang menggali kuburan, dimana ia belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah dan menyenangkan darinya.  Kemudian ia berkata, “Hai para Malaikat Allah, untuk siapa kalian menggali kuburan ini?”  Mereka menjawab, “Untuk seorang hamba Allah yang Mulia, jika engkau ingin menjadi hamba tersebut, maka masuklah ke dalam kuburan ini dan menghadaplah kepada Tuhan-mu serta bernafaslah dengan nafas yang paling ringan.”  Maka ia pun melakukan hal itu.  Hingga akhirnya Musa ‘alaihissalam pun meninggal dunia, lalu para Malaikat menyalatkan dan menguburkannya.

Penutup;
Masih jauh lebih banyak kisah-kisah Nabi Musa ‘alaihissalam yang tidak kami ceritakan (muat) dalam blog ini, dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan kami untuk memilih dan memilah bagian-bagian yang kami anggap "layak" untuk disajikan kehadapan para pembaca yang Budiman, sehingga menjadikannya sebagai suatu Santapan Rohani yang "bernas", yang kami hidangkan dengan kedua telapak tangan kami.  
Semoga yang sedikit ini dapat menjadi “Pembuka Mata Hati” para Pembaca, dan dapat diambil Hikmah serta I’tibar yang sangat kaya di dalam kisah-kisah tersebut, Amiin.
Tamat.

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar