Wafatnya Nabi MUSA ‘alaihissalam
بسم الله الر حما ن الر حيم
Imam Ahmad meriwayatkan, Al-Hasan memberitahu kami, Luhai’ah
memberitahu kami, Abu Yunus Sulaim bin Jubair memberitahu kami, dari Abu
Hurairah, ia menceritakan,
Malaikat Maut pernah mendatangi Musa ‘alaihissalam,
lalu ia berkata, “Penuhilah panggilan Tuhanmu.”
Lalu Musa memukul mata Malaikat Maut hingga matanya keluar. Kemudian ia (Malaikat) kembali kepada Allah
seraya berkata, “Sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada hamba-Mu yang
tidak menginginkan kematian.” “ Ia telah
melukai mataku,” lanjut Malaikat Maut.
Setelah itu Allah mengembalikan matanya seperti sediakala. Lalu Allah berfirman, “Kembalilah kepada
hamba-Ku itu, lalu tanyakan kepadanya, ‘Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika engkau menginginkan kehidupan, maka letakkanlah
tanganmu di atas bulu (kulit) sapi. Dan bulu
sapi yang berhasil engkau tutup dengan tanganmu itu, maka setiap (helai) bulu
akan dihitung satu tahun untuk masa hidupnya.’”
Ia (Malaikat Maut) bertanya, “Lalu apa lagi?” Allah berfirman, “Setelah itu kematian.” Ia berujar, “Jadi, sekarang berangkat.”
Diriwayatkan sendiri oleh Imam Ahmad dengan status mauquf
dengan lafaz tersebut.
Juga diriwayatkan Ibnu Hibban dalam kitabnya melalui jalan
Mu’ammar, dari Ibnu Thawus, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah. Mu’ammar bercerita, orang yang mendengar
Hasan memberitahuku, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam..., lalu ia menyebutkan matan hadits.
Kemudian hal itu dipermasalahkan, dan oleh Ibnu Hibban
dijawab, bahwa ketika mengatakan hal itu, Musa ‘alaihissalam tidak
mengenal Malaikat Maut tersebut, karena ia datang dalam wujud seorang yang
tidak dikenal Musa ‘alaihissalam, sebagaimana Malaikat Jibril pernah datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam wujud seorang Badui. Dan sebagaimana kedatangan Malaikat kepada
Nabi Ibrahim dan Luth yang menyerupai
seorang pemuda, sehingga awalnya Ibrahim dan Luth sama sekali tidak
mengenalnya. Demikian juga halnya dengan
Musa, mungkin ia tidak mengenalnya. Oleh
karena itu ia (Musa) memukul wajahnya (Malaikat Maut) hingga keluar matanya,
karena Malaikat itu masuk ke rumahnya tanpa idzin. Dan hal itu jelas sejalan dengan syari’at
kita yang membolehkan memukul mata orang
yang yang melihat kita di dalam rumah tanpa idzin.
Al-Sadi meriwayatkan, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari
Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari beberapa orang Sahabat, mereka
berkata,
“Sesungguhnya di sana Allah Ta’ala memberikan wahyu
kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku (Allah) akan mewafatkan Harun, maka datangilah
bukit ini dan itu.’ Kemudian, Musa dan
Harun berangkat menuju bukit itu, tiba-tiba mereka berada di sebatang pohon,
yang belum pernah ada pohon seperti itu, dan tiba-tiba mereka berada di
bangunan rumah, dan tiba-tiba mereka berada di atas tempat tidur yang di
atasnya ada selimut tebal, dan di dalam rumah itu terdapat bau yang semerbak
mewangi. Ketika Harun menyaksikan Bukit,
Rumah dan apa yang terdapat di dalamnya, maka ia sangat terkagum-kagum. Ia berkata, “Hai Musa, sesungguhnya aku suka
tidur di atas tempat tidur ini.” Lalu
Musa berkata kepadanya, “Tidurlah di atasnya.”
“Sesungguhnya aku takut pemilik
rumah ini akan datang dan marah kepadaku,” ujar Harun. “Janganlah engkau merasa takut, cukup bagimu
aku sebagai pemelihara rumah ini, maka tidurlah,” papar Musa. Kemudian Harun berkata, “Hai Musa, tidurlah
bersamaku di sini, sehingga jika datang
pemilik rumah ini ia akan marah kepada kita berdua.”
Ketika mereka berdua tidur, maka Harun ‘alaihissalam
dijemput kematian. Dan ketika menemukan
inderanya, Harun berkata, “Hai Musa, engkau menghianatiku.”
Setelah dicabut nyawa Beliau, rumah tersebut diangkat,
sedang pohon itu pun lenyap, dan tempat tidur itu juga di angkat ke atas langit.
Kemudian Musa ‘alaihissalam kembali kepada kaumnya,
sedang bersamanya tidak terdapat Harun, maka mereka berkata, “Sesungguhnya Musa
telah membunuh Harun, karena ia iri atas kecintaan Bani Israil kepadanya.” Dan Harun itu lebih lembut kepada Bani Israil
dibandingkan Musa, sedangkan di mata mereka Musa mempunyai kesalahan terhadap
mereka. Setelah berita itu terdengar
oleh Musa. Maka Musa berkata kepada
mereka, “Celaka kalian, ia itu saudaraku sendiri. Apakah kalian menyaksikan aku
membunuhnya?” Setelah banyak dari mereka
berkumpul kepadanya, ia mengerjakan shalat dua rakaat dan kemudian berdo’a
kepada Allah, lalu turunlah tempat tidur sehingga mereka melihatnya berada di
antara langit dan bumi.
Suatu ketika Musa ‘alaihissalam pernah berjalan-jalan bersama Yusha’, salah seorang muridnya. Tiba-tiba datang angin yang berwarna hitam. Ketika melihatnya, Yusha’ menduga yang demikian itu sebagai hari kiamat. Lalu ia berpegangan dengan erat kepada Musa seraya berkata, “Hari Kiamat datang sedang aku berpegang erat kepada Nabiyullah, Musa.” Maka Musa melepaskan bajunya dan membiarkan bajunya itu di tangan Yusha’. Ketika Yusha’ datang dengan membawa baju Musa, maka Bani Israil mengambilnya seraya berkata, “Engkau telah membunuh Nabiyullah.” “Demi Allah, aku tidak membunuhnya, tetapi ia melepaskan diri dariku,” sahut Yusha’. Tetapi mereka tidak mempercayainya dan bahkan mereka berniat membunuhnya. Lalu ia berkata, “Jika kalian tidak percaya kepadaku, maka berilah tangguh untukku tiga hari.” Kemudian ia berdo’a kepada Allah. Maka setiap orang yang mejaganya tertidur, lalu masing-masing mereka diberitahu bahwa Yusha’ tidak membunuh Musa, karena sesungguhnya Kami (Allah) telah mengangkatnya kepada Kami. Dan kemudian mereka pun melepaskannya.
Sebagaimana telah kami kemukakan sebelumnya, bahwasanya
tidak ada seorang pun yang ikut keluar dari Tiih (Padang Pasir) bersama Musa
kecuali Yusha’ bin Nun dan Khalib bin Yaufana, yaitu suami Maryam.
Wahab bin Munabbih menceritakan, bahwa Musa ‘alaihissalam
pernah berjalan melewati sekumpulan Malaikat yang sedang menggali kuburan,
dimana ia belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah dan menyenangkan
darinya. Kemudian ia berkata, “Hai para
Malaikat Allah, untuk siapa kalian menggali kuburan ini?” Mereka menjawab, “Untuk seorang hamba Allah
yang Mulia, jika engkau ingin menjadi hamba tersebut, maka masuklah ke dalam
kuburan ini dan menghadaplah kepada Tuhan-mu serta bernafaslah dengan nafas
yang paling ringan.” Maka ia pun
melakukan hal itu. Hingga akhirnya Musa ‘alaihissalam
pun meninggal dunia, lalu para Malaikat menyalatkan dan menguburkannya.
Penutup;
Masih jauh lebih banyak kisah-kisah Nabi Musa ‘alaihissalam
yang tidak kami ceritakan (muat) dalam blog ini, dikarenakan keterbatasan waktu dan
kemampuan kami untuk memilih dan memilah bagian-bagian yang kami anggap "layak" untuk disajikan kehadapan para pembaca yang Budiman, sehingga menjadikannya sebagai suatu Santapan Rohani yang "bernas", yang kami hidangkan dengan kedua telapak tangan kami.
Semoga yang sedikit ini dapat menjadi “Pembuka Mata Hati” para Pembaca, dan dapat diambil Hikmah serta I’tibar yang sangat kaya di dalam kisah-kisah tersebut, Amiin.
Semoga yang sedikit ini dapat menjadi “Pembuka Mata Hati” para Pembaca, dan dapat diambil Hikmah serta I’tibar yang sangat kaya di dalam kisah-kisah tersebut, Amiin.
Tamat.
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar