Sabtu, 27 Februari 2021

ANTARA KEBERADAAN ROH DENGAN JASAD

 


بسم الله الرحمان الرحيم

Materi ini jarang dibahas dan dibicarakan dalam buku-buku para 'ulama, baik yang besar maupun yang kecil.
Terdapat ratusan dalil dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, yang menyatakan bahwa roh itu dapat berdiri sendiri, naik dan turun, berhubungan, terpisah, bergerak, diam, keluar, masuk, pergi, dan datang.


Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri telah mensifati roh itu, yang dapat masuk dan keluar, ditahan, ditidurkan, dikembalikan, dinaikkan ke atas langit, pintu-pintu langit dibukakan baginya dan ditutup kembali.  Allah berfirman tentang hal ini (artinya);
"Alangkah dahsyatnya, sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul-maut.  Sedangkan para Malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawa kalian.'"  (Al-An'am;  93), dan
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka, masuklah ke dalam Jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku." 
(Al-Fajr;  27-30)
Hal itu, digambarkan oleh Allah ketika roh meninggalkan badan.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyempurnakan penciptaan jiwa (roh), maka Dia juga menyempurnakan penciptaan badan, seperti firman-Nya (artinya),
"Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu, dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang."  (Al-Infithar;  7)
Kesempurnaan badan (dapat) mengikuti kesempurnaan jiwa (roh), karena badan merupakan tempat jiwa, seperti wadah yang menjadi tempat sesuatu yang berada di dalamnya.
Dari sini dapat kita ketahui, bahwa suatu roh (jiwa) itu berbentuk rupa (wujud) tertentu di dalam badan, yang membedakannya dengan yang lain.
Ia mempengaruhi, dipengaruhi, dan dapat berpindah dari badan sebagaimana badan juga dapat mempengaruhi serta beralih dari roh itu.  Badan yang baik maupun yang buruk memiliki pengaruh terhadap roh tersebut dari kebaikan dan keburukannya.
Bila ada sesuatu yang paling kuat korelasi, kesesuaian, pengaruh, antara satu dengan yang lain, maka itu adalah hubungan antara roh dengan badan.
Oleh karena itu, dikatakan kepada roh ketika berpisah dengan badan,
"Keluarlah wahai jiwa yang tenang, yang dulunya berada di dalam badan yang baik."
Dan, "Keluarlah wahai jiwa yang buruk, yang dulunya berada di dalam badan yang buruk (pula)."

Allah berfirman (yang artinya)
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya, dan (memegang) jiwa orang yang belum mati ketika tidurnya.
Maka, Dia tahan jiwa (orang)
yang telah Dia ditetapkan kematiannya, dan Dia melepaskan jiwa yang lain hingga waktu yang telah ditentukan."  (Az-Zumar;  42)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kepada roh itu sifat ditahan dan dilepaskan, sebagaimana ia juga diberi sifat dikeluarkan, dimasukkan, dikembalikan, dan disempurnakan.  

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada kita;
"Sesungguhnya, pandangan orang yang meninggal itu mengikuti rohnya ketika dia diwafatkan."  (Ditakhrij Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah).
Beliau juga mengabarkan,
"Sesungguhnya, seorang Malaikat menahannya.  Lalu, diambil oleh Malaikat yang lain dari tangannya.
Dari roh itu tercium bau harum seperti hembusan minyak kesturi yang terdapat di muka bumi.  Atau, tercium bau busuk seperti bau bangkai yang ada di muka bumi."  (Diriwayatkan Ahmad)
Beliau juga mengabarkan,
"Roh itu naik ke langit, dan setiap Malaikat yang berada di antara langit dan bumi berdo'a kepada Allah untuk roh tersebut.  Pintu-pintu langit dibukakan bagi roh itu, lalu ia naik dari satu langit ke langit yang lainnya.   Hingga tiba di langit yang di sana Allah berada.  Roh tersebut diletakkan di hadapan-Nya, dan Dia memerintahkan agar namanya ditulis di dalam buku para penghuni 'Illiyyin (orang-orang yang berbuat baik), atau di dalam buku orang-orang durhaka (Sijjin), kemudian ia dikembalikan ke bumi.
Sedangkan roh orang kafir dilemparkan dengan satu kali lemparan, dan ia masuk ke dalam kuburnya bersama badan untuk menghadapi pertanyaan."  (Diriwayatkan Ahmad)
Beliau juga mengabarkan, bahwa roh orang muslim itu terbang, dan hinggap di sebuah pohon di Surga, lalu dikembalikan Allah ke jasadnya.
Beliau juga mengabarkan, bahwa roh para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) berada di dalam tubuh burung yang berwarna hijau, terbang kian-kemari di sungai-sungai Surga, dan makan dari buah-buahan yang terdapat di Surga.
Beliau juga mengabarkan, bahwa roh itu mendapatkan kenikmatan, dan adzab di alam barzakh (kubur) - hingga datangnya Hari Kiamat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan tentang rohnya kaum Fir'aun, yang kepada mereka ditampakkan Neraka pada setiap pagi dan petang - sampai Hari Kiamat tiba.  Sedangkan kepada roh para Syuhada yang hidup di sisi Rabb mereka dalam keadaan mendapatkan rezeki, rezeki mereka terus mengalir.  Jika tidak demikian keadaannya, maka roh hanyalah suatu wujud yang tercabik-cabik.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menafsirkan kehidupan roh ini dengan sabda Beliau (artinya),
"Sesungguhnya, roh mereka berada di dalam tubuh seekor burung yang berwarna hijau, yang memiliki pelita-pelita yang tergantung di 'Arsy, berterbangan di dalam Surga menurut kehendaknya.  Kemudian burung itu hinggap di pelita tersebut.  Dan, Rabb mereka menampakkan Diri kepada mereka dengan satu kali penampakan, seraya bertanya, 'Apakah kalian menginginkan sesuatu?'  Mereka menjawab, 'Apalagi yang kami inginkan, sementara kami dapat berterbangan di Surga menurut kehendak kami?'  Allah menanyakan hal itu hingga tiga kali.
Ketika mereka telah menyadari, bahwa sekali-kali mereka tidak dibiarkan untuk (tidak) meminta, maka mereka berkata, 'Kami ingin agar roh kami dikembalikan ke dalam badan kami, agar kami dapat berperang di jalan-Mu sekali lagi.'" 
Disebutkan pula di dalam riwayat yang shahih, bahwa roh para Syuhada tersebut berada di dalam seekor burung yang berwarna hijau - yang bergantung pada buah Surga.
Ibnu Abbas berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
"Ketika saudara kalian terbunuh di (perang) Uhud, maka Allah meletakkan roh mereka di dalam badan seekor burung yang berwarna hijau, menempati sungai-sungai Surga, memakan buah-buahannya, hingga di pelita-pelita dari emas di bawah lindungan 'Arsy.  Ketika mereka mendapatkan tempat minum, tempat makan, dan tempat tidur mereka yang bagus, mereka berkata, 'Seandainya saudara kita mengetahui apa yang telah diperbuat Allah terhadap kita, tentu mereka tidak akan menghindari Jihad, dan tidak melarikan diri dalam peperangan.'  (Lalu) Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku (Yang) akan menyampaikan kepada mereka tentang (keberadaan) kalian.'"

Kemudian Allah menurunkan ayat kepada Rasul-Nya (artinya),
"Janganlah kamu mengira, bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rezeki."  (Ali-Imran;  169)
Hadits ini diriwayatkan Ahmad, yang secara nyata menunjukkan kepada kita, bahwa roh itu memiliki aktivitas makan, minum, bergerak, berpindah-pindah, dan berbicara.
Begitulah keadaan roh setelah terpisah dari badan, dimana perbedaannya lebih nyata daripada perbedaan antara badan yang satu dengan badan lainnya.  Boleh jadi, terdapat keserupaan di antara beberapa badan, akan tetapi pada roh hal ini jarang terjadi.
Dengan demikian dapat dijelaskan, bahwa kita tidak melihat adanya persamaan badan para Nabi, Sahabat, dan para Imam.  Mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu jauh lebih tinggi dibandingkan kita.  Dan, kelebihan ini tidak hanya sekedar kelebihan dari badan-badan mereka semata.  Sebagaimana yang telah disampaikan kepada kita, bahwa badan (jasad) sebagian di antara mereka pun memiliki kekhususan dibandingkan sebagian yang lain.  Akan tetapi, kelebihan yang nyata kita lihat adalah karena sifat-sifat Roh mereka, dan apa yang diperbuat oleh Roh tersebut.  Kelebihan suatu roh dibandingkan dengan roh lainnya adalah karena sifat-sifat yang dimilikinya.  Perbedaan ini jauh lebih besar daripada perbedaan satu badan dengan badan lainnya atas sifat-sifat yang mereka miliki.  Bukankah kalian melihat, nyaris tidak ada perbedaan antara badan orang-orang kafir dengan badan orang-orang yang berimanAkan tetapi, perbedaan roh mereka sangatlah jauh berbeda.
Atau, bisa jadi engkau menemukan anak kembar yang hampir-hampir tidak bisa dibedakan satu dengan yang lainnya, tetapi sifat roh mereka masing-masing sangat berbeda.
Apabila roh ini telah terlepas dari badan, maka perbedaannya satu sama lain akan semakin tampak, dan semakin jelas.

Perlu kami sampaikan sesuatu kepada anda, bahwa seandainya anda mengamati perbedaan keadaan beberapa roh dan badan, tentu anda dapat melihat dengan mata-kepala anda sendiri.  Bahwa hampir tidak terdapat badan yang buruk, melainkan juga tersusun padanya jiwa yang buruk pula - selaras dengan bentuk dan rupanya itu.  Jarang sekali anda melihat cacat pada badan yang pada rohnya juga terdapat cacat yang serupa.  Karena itu pula, banyak para peramal yang membuat ramalan berdasarkan bentuk dan keadaan tubuh, dan ramalannya itu jarang yang meleset.  Banyak riwayat yang dikisahkan oleh Imam Asy-Syafi'i tentang hal ini.  (Catatan;  Hal ini bukan berarti mendatangi para peramal itu diperbolehkan dalam agama Islam, pen blog)
Sebaliknya, jarang anda temukan bentuk dan rupa yang menawan, serta susunan anggota tubuh yang sempurna - juga didapati roh yang menawan pada anggota tubuh tersebut, sesuai dengan keadaannya.  Asalkan pemahaman ini tidak dipukul rata, karena bisa saja orang yang memiliki tubuh yang jelek, tetapi memiliki roh yang mulia - karena pengaruh belajar ilmu Agama, latihan, dan kebiasaan.
Jika roh para Malaikat berbeda-beda antara sebagian mereka dengan sebagian lainnya, sementara mereka tidak memiliki jasad (badan), demikian pula dengan bangsa Jin.  Maka, roh manusia lebih layak memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.

oOo

(Dikutip dari kitab Roh, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar