Rabu, 03 Februari 2021

DOSA, PENGHALANG KESUKSESAN

 

بسم الله الرحمان الرحيم

Dosa yang diperbuat oleh anak manusia menjadi faktor penghambat keberhasilannya. 

Di dunia, dosa menjadi sebab terjadinya musibah.  Di akhirat, dosa yang tidak diampuni oleh Allah akan menghasilkan kerugian yang nyata (adzab), dan penyesalan yang terlambat.


Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menyebutkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat dosa dalam kitab Ad-Daa-u wad Dawaa’.  Beberapa contoh kerugian / bahaya yang ditimbulkan suatu perbuatan dosa – (disadur, sebagian di dunia):

1- Sulitnya mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

2- Hati yang menjadi keras.

3- Susah mendapatkan kekhusyu’an, dan beroleh kenikmatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

4- Urusan yang dihadapi menjadi sulit.

5- Melemahkan anggota badan (fisik).

6- Sulit / malas dalam menjalankan ketaatan / ibadah.

7- Dihilangkannya keberkahan dalam hidup.

8- Sulit mendapatkan Hidayah Taufiq dari Allah.

9- Dadanya menjadi sempit menghadapi setiap persoalan hidup.

10- Pelakunya menjadi hina di hadapan Allah, dan juga di hadapan para hamba-Nya.

11-  Hewan-hewan juga akan melaknat para pelaku dosa.

12- Terhalangi dari dikabulkannya doa.

13- Menyebabkan timbulnya kerusakan di darat dan di laut.

14- Hilangnya kenikmatan (ketenangan) hidup, dan penyebab datangnya adzab Allah.

15- Menyebabkan dirinya diperbudak oleh syaitan / Hawa Nafsu.

16- Tercabutnya rasa takut dari dalam dada musuh terhadap para pelaku dosa.

17- Su-ul khotimah (akhir hayat yang buruk).

Dan lain-lain. 


MUSUH DOSA ADALAH ISTIGHFAR 

Setiap manusia selain para Nabi, dan Rasul Allah pasti banyak melakukan perbuatan-perbuatan dosa.  Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk banyak memohon ampun (beristighfar) kepada-Nya.  َ

"Wahai hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, sedangkan Aku adalah Sang Pengampun dosa.  Maka mohonlah ampunan (beristighfarlah kepada-Ku) niscaya Aku ampuni kalian."

(Hadits Qudsi, Riwayat Muslim)

Jika dosa adalah penghambat kesuksesan, sebaliknya istighfar, dan taubat  adalah penyebab keberhasilan / keberuntungan hamba di dunia dan di Akhirat.

  "...dan bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah wahai orang yang beriman, agar kalian mendapatkan keberuntungan." (Q.S An-Nur:  31) 

Qotadah (seorang tabi’i murid Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu) berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini telah menunjukkan penyakit - beserta obatnya.  Penyakitnya adalah dosa, dan obatnya adalah istighfar” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)


MUSIBAH AKIBAT DOSA 

Musibah lebih sering diartikan pada hal-hal tidak mengenakkan yang menimpa manusia, seperti penyakit, kecelakaan, bencana, dan semisalnya. Segala bentuk musibah itu pada dasarnya disebabkan oleh dosa-dosa manusia. 

"Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan perbuatan kalian, dan banyak yang Allah maafkan." (Q.S Asy-Syuura:  30).

Namun, sebagai bentuk kemurahan dan kasih sayang Allah, masih jauh lebih banyak perbuatan (dosa-dosa) manusia yang Allah maafkan.  Jika satu dosa langsung dibalas dengan satu musibah, niscaya tidak akan ada seorangpun yang tersisa di muka bumi ini. Semuanya binasa karena saking banyaknya dosa yang terjadi. 

"Kalau seandainya Allah (langsung) mengadzab manusia disebabkan perbuatan mereka, niscaya tidak akan tertinggal di muka bumi suatu makhluk melatapun..."  (Q.S Faathir:  45)


DOSA PENGHAMBAT REZEKI 

Dosa juga menjadi sebab terhambatnya rezeki.  Dalam sebuah riwayat hadits dinyatakan:

"Sesungguhnya seseorang terhalangi dari rezekinya disebabkan dosa yang diperbuatnya."  (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim).

Catatan : Hadits tersebut dihasankan oleh Al-Hafizh Al-Iraqy, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, serta disetujui penshahihannya oleh Adz-Dzahaby.


BANYAK DOSA TAPI ‘SUKSES’ 

Tidak sedikit orang yang semakin banyak bermaksiat, semakin kaya. Semakin besar kedzhalimannya, semakin makmur hidupnya di dunia. Semakin besar kekafirannya, semakin tinggi jabatannya, dan seterusnya. Mereka adalah orang-orang yang ‘sukses’ (dalam tanda petik).  Sukses dalam pandangan mata orang awam.

Sukses’ semacam itu hanyalah semu. Ia seakan-akan sukses, padahal menabung penderitaan yang berlipat-lipat dan berkepanjangan.

Semakin seorang jauh dari Allah, semakin ia makmur di dunia.  Itu disebut sebagai istidraj.  Allah mengulur untuknya.  Allah beri limpahan nikmat yang terus berlipat seiring dengan kedurhakaannya, agar semakin bertumpuk dosanya, dan semakin besar adzabnya di sisi Allah kelak.  Ketika ia semakin berkubang dengan kemaksiatannya, semakin lalailah dia.  Sebagaimana makna firman-Nya,

"Maka, ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka.  Kamipun membukakan semua pintu (kesenangan) bagi mereka.

Sehingga, ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka - Kami siksa mereka secara tiba-tiba.  Maka, ketika itu mereka terdiam berputus asa."  (Al-An'am;  44)


KESUKSESAN YANG HAKIKI 

Kesuksesan dan keberuntungan hakiki di dunia ini adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. 

"...dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia mendapatkan keberhasilan yang besar."  (QS Al-Ahzab:  71).

"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, Allah akan memasukkannya ke dalam Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itu adalah keberhasilan yang besar."  (QS.  An-Nisaa’:  13)


KESUKSESAN DAN KEBERUNTUNGAN BAGI ORANG YANG BANYAK BERISTIGHFAR

"Sungguh beruntung bagi orang yang mendapati di lembaran (catatan amalnya tertulis) istighfar yang banyak." (HR. Ibnu Majah, dan Al-Bushiri menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Kesuksesan sesungguhnya adalah jika seseorang masuk Surga, dan dapat memandang Wajah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  َ

"…Barangsiapa yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung…"  (QS. Ali Imran:  186)

Seorang yang sengsara di dunia (miskin, tidak punya apa-apa, tidak punya kerabat, dicemooh orang, sering sakit-sakitan), akan tetapi ia termasuk Ahli Surga, maka ia sangat beruntung.  Disebutkan dalam hadits, bahwa nanti pada Hari Kiamat didatangkan seorang calon penduduk Surga yang ketika hidup di dunia termasuk orang yang paling sengsara.  Kemudian orang ini dicelupkan satu kali celupan ke dalam Surga.  Selanjutnya, ia ditanya, 'Apakah engkau pernah merasakan penderitaan sebelum ini?' Ia menjawab, 'Tidak, wahai Tuhanku. Aku tidak pernah merasakan penderitaan sekejap pun.' 

Sebaliknya, didatangkan seorang yang dulunya terhitung paling sejahtera di dunia (harta berlimpah, punya kedudukan dan banyak pembantu / bawahan, bergelimang kemewahan, sehat wal afiat, umur yang panjang), namun ia termasuk calon penghuni Neraka.  Kemudian dicelupkan ke dalam Neraka satu kali celupan. Selanjutnya ia ditanya, 'Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sebelum ini?'  Ia menjawab, 'Tidak sama sekali. Aku tidak pernah merasakan kenikmatan sedikitpun.'  (HR. Muslim)

Sepanjang-panjangnya umur manusia, di Akhirat ia akan merasakan bahwa masa hidupnya selama di dunia sangatlah singkat.

 "Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: Kamu tidaklah tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui."  (Q.S Al-Mukminuun:  112-115)

"Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sekedar sesaat saja di siang hari."  (QS.  Yunus:  45), dan 

"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore hari atau pagi hari." (QS An-Naazi’aat:  46), dan

"Pada hari itu mereka melihat hari yang dijanjikan (Hari Kiamat) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam di dunia, kecuali sekedar sesaat saja di siang hari."  (QS. Al-Ahqaf:  35)

Sungguh, tiada daya dan upaya manusia sedikitpun, kecuali dengan pertolongan, karunia, dan Rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar