Senin, 04 Mei 2020

MAJALIS SINGKAT RAMADHAN 1441 H / 2020 H (Hari ke-11)


بسم الله الرحمان الرحيم

Adab-Adab Mustahabbah (Sangat dianjurkan)
(Lanjutan)

* Menjaga (Memperbanyak) Shalat-Shalat Sunnah.
Seperti;  Shalat Tarawih, Shalat Rawatib (Ba'diyah dan Qabliyah), Shalat Dhuha, Shalat Sunnah Ba'dal Wudhu', dan lain-lain.
Disebutkan dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (artinya),
"Barangsiapa yang qiyamullail bersama Imam sampai selesai, maka dicatat baginya pahala qiyamullail semalam suntuk."  (HR. Ahmad, dari Abu Dzar Al-Ghifari), dan
"Barangsiapa yang Shiyam Ramadhan karena Iman dan Ihtishab (Mengharapkan pahala dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu."  (HR. Al-Bukhari - Muslim, dari Abu Hurairah), dan
"Orang-orang yang menjaga shalat Rawatibnya - akan dibangunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala rumah di Surga," dan
"Dua raka'at sebelum shalat Subuh lebih baik daripada dunia dengan segala isinya."

Shalat Tarawih bisa dikerjakan di masjid, atau sendirian di rumah.
Dalam situasi wabah Covid-19 seperti sekarang ini, sangat  dianjurkan untuk shalat Tarawih di rumah, sendiri atau berjamaah bersama keluarga, dalam rangka Menta'ati Pemerintah, sehingga tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.  Anda akan mendapatkan dua pahala, pahala karena taat kepada Pemerintah, dan pahala ibadah Ramadhan.
Yang Afdhal mengerjakan shalat Tarawih - seperti yang dilakukan kaum muslimin adalah di awal malam, setelah shalat Isya.

* Memperbanyak Do'a.
Secara istilah syari'at Islam, do'a bisa bermakna permintaan (permohonan), bisa juga bermakna puja-puji terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahkan menurut Al-Imam Ibnu Qayyim, puji-pujian ini lebih dekat kepada hakikat do'a yang sebenarnya.
Banyak sekali waktu-waktu mustajabnya do'a di bulan Ramadhan, maka dianjurkan untuk dilakukan setiap hari dan setiap saat.
"Doa itu adalah ibadah."  (Al-hadits), dan
"Ada 3 (tiga) orang yang tidak ditolak doanya, (di antaranya) orang yang berpuasa sehingga dia berbuka..."  (HR. Ahmad, At-Tirmidzi)
Jadi, sepanjang dia berpuasa - doanya akan senantiasa dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Berkata Asy-Syaikh, Al-'Allamah Shalih bin Fauzan hafizhahullah,
"Doa itu memiliki waktu-waktu yang sangat ditekankan untuk dipanjatkan ketika itu - diharapkan terkabulnya do'a pada waktu itu.  Di antaranya, adalah pada waktu puasa ini, pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, termasuk pada malam Qadar.
Bulan Ramadhan ini semuanya adalah bulan doa dan ibadah.  Namun, di bagian sepuluh terakhir sangat ditekankan berdo'a pada setiap keadaan hamba, melebihi waktu-waktu yang lain, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk, dan semua keadaannya."
Hendaklah dimanfaatkan semua kesempatan untuk berdoa.
Momen-momen lain untuk terkabulnya doa, adalah saat berbuka puasa, pada saat sahur, setelah adzan dan Iqamah.
"Ya Allah, angkatlah wabah Corona ini dari kaum muslimin."

* Ta'jil Ifthar (Menyegerakan berbuka).
Merupakan amalan yang sangat mulia, sebagaimana makna sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
"Umat manusia senantiasa berada dalam kebaikan - selama mereka menyegerakan berbuka puasa."  (HR. Al-Bukhari - Muslim, dari Sahl Ibnu Sa'idi), dan
"Sesungguhnya, hamba-hamba yang paling Aku cintai adalah yang paling bersegera berbuka puasa."  (Hadits Qudsy, riwayat Ahmad)
Janganlah menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menunggu terbitnya bintang-bintang sebelum berbuka puasa, hal ini melanggar sunnah, dan memberat-beratkan manusia.
Tanda berbuka puasa bisa dilihat langsung dari tenggelamnya matahari di arah Barat, atau mendengar suara adzan, atau dari Jadwal Waktu Shalat yang Mu'tabar.
Buka puasa tidak harus langsung makan nasi, tetapi yang penting adalah membatalkan dulu puasanya.  Makna hadits dari Anas bin Malik,
"Dulu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Ifthar sebelum mengerjakan shalat dengan beberapa ruthab (kurma basah), bila tidak ada ruthab maka Beliau berbuka dengan kurma kering, bila tidak ada kurma kering Beliau berbuka dengan beberapa teguk air."
Adalah sebuah kesalahan bagi orang yang suka menunda-nunda berbuka puasa, karena menyelisihi sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.


oOo
(Disarikan dari kajian Al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar