Sabtu, 30 Mei 2020

PENYIMPANGAN AJARAN SUFI


بسم الله الرحمان الرحيم

Ratusan, bahkan mungkin ribuan jenis Tarikat terdapat di seluruh dunia, termasuk di negeri yang kita tercinta ini (Indonesia).
Terjemahan bebasnya, kata "Tarikat" adalah suatu ajaran / cara / jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (Mencari jalan sendiri).


Sehingga, ajaran Shufiyah (sufisme) tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para Sahabat Beliau semasa hidup, tidak pula dikenal pada masa Tabi’in, dan Tabi’it-tabi’in.  Ajaran tasawwuf, kaum sufi ini baru muncul setelah berlalu 3 (tiga) generasi utama (terbaik) tersebut.

▪️Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan, bahwa awal mula munculnya shufiyah adalah di kota Bashrah, Irak. (Fatawa, 11/5)

▪️Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i berkata: “Bid’ah Tasawuf, baru muncul setelah tahun ke-200 H. Tasawuf tidak ada di zaman Nabi shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di zaman Sahabat maupun Tabi’in.” (Mushara’ah, hal. 376)

Sebagai ajaran yang baru dalam agama Islam, Tasawwuf atau Shufiyah mengajarkan berbagai macam penyimpangan (kesesatan), di antaranya:

1⃣ Shufiyah berpecah menjadi beberapa kelompok (Tarikat-tarikat). 
Di antara nama tarikat yang terkenal adalah:  Tarikat Tijaniyah, Tarikat Qadiriyah, Tarikat  Naqsyabandiyah, Tarikat Syadziliyah, Tarikat Rifa'iyah, Tarikat Syahrawardiyyah, Tarikat Jistiyyah, dan lain-lain.

Tidak sekedar berbeda nama, melainkan mereka juga berbeda dalam keyakinan, dan amaliyah.  Masing-masing tarikat berbeda-beda sesuai dengan pola pikir dan hawa nafsu setiap penganutnya. Demikianlah kaum shufi berpecah-belah, padahal Islam telah melarang perpecahan dan hanya mengenal satu saja jalan kebenaran, yaitu Ash-Shirathal Mustaqim. Jalan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

 2⃣ Sebagian Shufiyah Berdo'a Kepada Selain Allah.
Sebagian dari mereka berdoa kepada para Nabi, para Malaikat, dan para Wali, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Mereka menyeru wali wali mereka yang sudah meninggal itu di saat-saat sempit, "Wahai Sayyid Badawi", "Wahai Sayyid Rifa’i,  "Wahai Sayyid Idrus, "Wahai Syaikh Abdul Qodir Jailani, bantulah kami".
Padahal doa merupakan salah satu bentuk ibadah, yang hanya boleh (mutlak) harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah shallallahi ’alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah.”
Maka, terjerembablah mereka (jatuh) kepada Syirkun Akbar (Syirik Besar) yang mengeluarkan mereka dari agama Islam.

3⃣ Shufiyah meyakini adanya Badal dan Quthub, yakni orang-orang yang meyakini sebagian wali tersebut IKUT ANDIL MENGATUR ALAM SEMESTA.
Ini adalah bagian dari kesyirikan dalam Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sebagai Satu-Satunya Dzat Yang Maha Menciptakan, Mengatur Alam Semesta, Yang menentukan hukum, Yang memberikan rizki, Yang menghidupkan dan mematikan.  Sebagaimana makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, serta siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah.'  Maka katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?'"  
(QS. Yunus: 31)

4⃣ Sebagian shufiyah
meyakini WIHDATUL WUJUD (manunggaling kawula gusti / penyatuan Pencipta / Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hamba / makhluk) 

Menurut mereka, tidak ada perbedaan antara Al-Khalik (Yang Maha Menciptakan) / Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan makhluk-Nya (yang diciptakan), semuanya adalah makhluk dan semuanya adalah Allah (Al-Khalik).  Jadi, pada hakikatnya mereka jauh lebih sesat lagi daripada orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi yang hanya memiliki dua atau tiga sesembahan.

5⃣ Shufiyah membolehkan BERJOGET, BERNYANYI sambil menabuh rebana dan berdzikir dengan suara yang keras, hingga "Mabuk kepayang" / kesurupan.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kepada kita untuk berdoa dan berdzikir menyebut Nama-Nya dengan suara yang lembut, menyadari kehinaan diri sebagai makhluk (Tawadhu'), sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan dengan suara keras, tarian dan nyanyian (musik).

▪️Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wad'i rahimahullah mengatakan bahwa, “Ibnul Qayyim  pernah menerangkan, bahwa beliau pernah melihat orang-orang shufiyah berjoget di Arafah. Beliau melihat mereka berjoget diiringi rebana. Juga melihat mereka berjoget di Masjid Khaif.” (Mushara’ah hal. 388 secara ringkas)

▪️Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi  juga mengatakan: “Pernah satu hari aku naik ke Masjidil Haram bagian atas. Aku dapati sekelompok besar manusia dari Turki, Sudan, dan Yaman, mereka berjoget sambil berputar-putar...” (Mushara'ah hal. 387)
Di antara mereka, ada yang menari sambil berputar-putar hingga tak sadarkan diri (pingsan).

7⃣ Sebagian Shufiyah Mengklaim Mengetahui Ilmu Ghaib 
Yang mereka istilahkan dengan ILMU LADUNI atau KASYSYAF

Padahal pengetahuan tentang ilmu ghaib hanya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebagaimana termaktub dalam makna firman-Nya,
"Katakanlah, 'Tidak ada seorang pun di langit maupun di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.”  (An-Naml: 65)

8⃣ Shufiyah Mengklaim Bahwa ALLAH MENCIPTAKAN NABI MUHAMMAD DARI CAHAYA-NYA, kemudian Allah menciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad.  Dan Al-Qur’an telah membantah keyakinan mereka tersebut, antara lain dalam makna firman-Nya,
"Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."  
(QS. Adz-Dzariyat;  56)
Bagaimana mungkin Cahaya (Dzat) Allah diperintahkan oleh Allah untuk menyembah Allah sendiri?  Apakah mereka tidak berpikir?

9⃣ Mereka Membagi Manusia Menjadi Tiga Tingkatan;
a. Tingkatan Syariat
b. Tingkatan Makrifat, dan
c. Tingkatan Hakikat.

Pada Tingkatan Syari'at masih ada kewajiban beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada Tingkatan Hakikat (tertinggi) seseorang tidak lagi terikat dengan beban Taklif (Kewajiban ibadah), tidak lagi terikat dengan masalah Halal dan Haram.  Mereka bebas berbuat apa saja yang mereka maui.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un."
Allah Subhanahu wa Ta'ala membantah Keyakinan sesat mereka itu dengan makna firman-Nya (antara lain),
"Dan, sembahlah Rabb-mu hingga datang kepadamu Al-Yaqin (Kematian)."  (Al-Ayah)

Dari sedikit catatan di atas, tampaklah pada kita betapa jauhnya penyimpangan kaum shufiyyah, dengan berbagai jenis tarikat yang terdapat di dalam kelompok mereka.
"Wabillahittaufiq." (Hanya dari Allah sematalah datangnya Taufik)

oOo

Disadur dari;

📲share https://t.me/suaratauhidfm

🌐 https://problematikaumat.com/catatan-kelam-sufisme-dan-tarekat/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar