بسم الله الرحمان الرحيم
Dahulu, para Salafush Shalih sangat memperhatikan khathimah-khathimah (penutup) suatu amalan.
Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan,
"Tidak diragukan lagi, bahwa khathimah (penutup) suatu amalan itu memiliki pengaruh yang sangat besar. Dahulu para Salafush Shalih memberikan perhatian khusus pada suatu amalan. Dalam rangka meneladani Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan mengamalkan makna firman Allah Subhanahu wa dalam surat Al-Mu'minun; 60,
"Dan, Orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan (dari amal-amal Shalih) dengan hati yang takut, (karena mereka mengetahui), bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka."
Mereka khawatir kalau-kalau pemberian (sedekah) dan amal shalih mereka itu tidak diterima Rabb-nya."
Juga disebutkan dalam makna hadits dari Al-Bukhari - Muslim,
"Sesungguhnya, amal itu bergantung kepada bagaimana akhirnya."
Sehingga, bila amal itu akhirnya baik - itulah yang sangat diharapkan, tetapi bila akhirnya buruk - itulah yang sangat dikhawatirkan.
Ada sebuah kaidah di antara kaum Salaf yang menyebutkan,
"Bukanlah yang dianggap bagus itu baiknya sebuah permulaan, tetapi yang dianggap bagus itu adalah baiknya penutup suatu amalan seseorang."
Maka, untuk menutup suatu amalan menjadi baik pada bulan yang mulia ini, ada beberapa hal yang harus kita lakukan;
1. Memperbanyak istighfar.
Seperti yang diisyaratkan oleh Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan pada Risalah terdahulu, bahwa kaum Salaf memperbanyak istighfar dan taubat di penghujung amal mereka, meskipun mereka bersungguh-sungguh dalam beramal pada bulan Ramadhan maupun diluar Ramadhan, akan tetapi mereka merasa takut amal shalih mereka itu tidak diterima sedikitpun oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka merekapun banyak beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2. Menghitung-hitung keburukan amal-amal kita, dosa-dosa kita, dan kekurangan kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (menghisab diri sendiri).
Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan, "Wajib atas seorang muslim untuk menghitung-hitung keburukan amalnya, bukan menghitung-hitung kebaikannya, lalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
3. Memiliki 'Azzam (tekad) yang kuat untuk melanjutkan semua amal kebaikan yang mereka kerjakan pada bulan Ramadhan pada masa-masa setelahnya. Jadi, tidak hanya sebagai amalan semusim.
Para Salaf menganggap mereka yang berbuat seperti itu adalah sejelek-jelek makhluk, yang hanya mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala pada saat bulan Ramadhan.
Asy-Syaikh menyebutkan ciri-ciri diterimanya amalan seseorang pada saat bulan Ramadhan;
a. Mengiringi amal kebaikan itu dengan kebaikan berikutnya. Maka, apabila seorang muslim itu bagus keadaannya pasca Ramadhan - lebih banyak beramal kebaikan, itulah bukti diterimanya amal.
Adapun, bila yang terjadi sebaliknya - dia mengiringi amal kebaikan di bulan Ramadhan dengan keburukan-keburukan setelahnya, lalai, dan berpaling dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka itulah pertanda tidak diterimanya amalan ketika Ramadhan.
b. Banyak berdoa dan memohon Hidayah Taufiq kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar diberi kemudahan untuk mengamalkan berbagai kebaikan setelah bulan Ramadhan.
c. Bergembira dengan selesainya Ramadhan. Namun, kegembiraan di sini perlu diperinci;
* Dia bergembira karena telah mempergunakan kesempatan pada bulan Ramadhan dengan berbagai amal shalih, sehingga berharap pahala dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
* Sementara, kegembiraan orang-orang munafik adalah karena mereka bisa bebas kembali untuk melakukan berbagai maksiat yang terkekang selama bulan Ramadhan.
Maka, hendaklah kalian bertakwa dan berpamitan dengan bulan Ramadhan dengan banyak beristighfar dan bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Semoga, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima semua amal ibadah kita, Amiin ya Rabbal 'Alamin.
oOo
(Disarikan dari kajian Al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar